JAKARTA, KOMPAS — Penegakan keamanan secara lunak atau soft security melalui peningkatan kontrol sosial bersama antarnegara semakin diperlukan untuk memastikan keamanan dan perdamaian di wilayah Asia secara khusus dan di tingkat global secara umum. Pendekatan itu dinilai penting guna menjawab tantangan dan dinamika di masa depan di tengah sepak terjang China dan perkembangan Semenanjung Korea.
Hal itu dinyatakan Hitoshi Tanaka, Kepala Institut untuk Strategi Internasional pada Institut Penelitian Jepang yang juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang dalam Seri Kuliah Umum Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Kamis (4/7/2019). Kuliah umum bertema ”Perspektif Jepang di Bidang Keamanan di Asia Timur” itu dimoderatori salah satu pendiri CSIS, Jusuf Wanandi.
”Di masa depan, soft security bisa diaplikasikan di kawasan Asia. Semua pihak dapat berkolaborasi, termasuk di dalamnya tentu saja adalah ASEAN,” kata Tanaka. ”Itu artinya transparansi ASEAN akan memfasilitasi hal itu secara luas di kawasan di mana akan lebih banyak pihak dan negara yang bekerja sama di dalamnya.”
AS vs China
Tanaka menggambarkan dinamika kekuatan-kekuatan besar yang akan menentukan perkembangan zaman. Hal itu disebutnya meliputi upaya Amerika Serikat (AS) mempertahankan hegemoni secara global dan kebangkitan China yang cepat, tidak semata di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang-bidang lain. Dia pun mencoba mengevaluasi dampak kekuatan utama itu terhadap keamanan Jepang, khususnya pada apa yang telah mereka lakukan dan apa yang bisa mereka lakukan di masa depan.
Digambarkan, antara lain, bagaimana ekonomi China makin tumbuh, membesar, seiring dengan pengaruhnya di bidang-bidang lain. Dengan proyeksi Presiden Xi Jinping berpeluang menjabat sebagai presiden seumur hidup, China berambisi untuk meraih impian China sebagai kekuatan utama dan penguasa dalam tataran global.
Sementara di sisi lain, AS— sebagaimana tergambar dalam pemerintahan Donald Trump— justru tidak mudah terprediksi langkah-langkahnya. Jika kecenderungan itu berlanjut, menurut dia, kepercayaan terhadap AS dipertaruhkan.
”Seperti yang kita ketahui, China akan tumbuh dan AS mungkin menurun,” kata Tanaka perihal kekuatan dan pengaruh dua negara itu.
Menjadi pekerjaan rumah dari masing-masing negara, baik melalui forum bilateral maupun multilateral, untuk memastikan keamanan di kawasan. Dalam dunia yang semakin dinamis, pendekatan secara lunak dan mengedepankan sikap antisipatif dinilai sangat diperlukan. Sikap elaboratif Jepang-AS dan Jepang-China senantiasa tetap diperlukan.
Merujuk pada pengalaman menjaga dinamika di Semenanjung Korea, keberadaan peta jalan dan ketaatan atas pelaksanaannya diharapkan dipegang oleh semua pihak. Kolaborasi setiap negara yang terlibat dibutuhkan untuk memastikan agar kesepakatan itu dijalankan.