Seekor burung cenderawasih menari riang di lantai hutan yang sebelumnya ia bersihkan sendiri dari dedaunan kering dan ranting-ranting kecil. Bulu hitamnya ia kembangkan menyerupai rok, lalu melakukan gerakan berputar bagai balerina. Sambil berputar, kepalanya digeleng-gelengkan dengan mata kuning yang menyala.
Ritual untuk menarik pasangan itu menyihir penonton episode ketiga film Our Planet, sampai-sampai sulit berpaling dari layar selama hampir dua menit. Di balik keindahan koreografi parotia barat (Parotia sefilata) itu, mungkin tersisa pertanyaan di benak penonton, seberapa mudah menyaksikan tarian burung-burung surgawi di habitatnya di Papua ataupun Maluku saat ini.
Sir David Attenborough, narator film dokumenter itu, menerangkan, dari leluhur mirip gagak, cenderawasih telah berkembang menjadi sekitar 40 jenis berbeda. Mereka hidup tersebar di Indonesia timur, pulau-pulau di Selat Torres, Papua Niugini, dan Australia timur.
Menengok laman IUCN Red List of Threatened Species (www. iucnredlist.org), hampir semua jenis cenderawasih dalam kategori Least Concern. Meski ”berisiko rendah”, keberadaan mereka terancam, terutama oleh perburuan dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan besar.
Perburuan dan penyelundupan satwa eksotik, termasuk burung cenderawasih, bukan berita baru. Sejak dulu, cenderawasih sudah jadi obyek perburuan pedagang China. Hasil buruan diawetkan dan dibentuk dengan kaki yang sudah dipotong, lalu dijual ke Eropa.
Keindahan perpaduan warna bulu cenderawasih menarik minat konsumen. Burung awetan tanpa kaki itu diyakini sebagai pembawa kabar baik dari surga. Dari situlah cenderawasih disebut sebagai bird of paradise.
Sampai sekarang, perburuan dan perdagangan liar maskot Papua itu masih berlangsung. Maret lalu, empat orang ditangkap di Dumai, Riau, dalam upaya menyelundupkan 38 ekor burung yang dilindungi, termasuk cenderawasih. Berkali-kali diberikatakan, polisi di Kepulauan Aru, Maluku, menggagalkan penyelundupan cenderawasih jenis kepala kuning (Paradisaea apoda) yang telah diawetkan.
Namun, masih ada upaya konservasi habitat cenderawasih di sejumlah tempat. Di Kepulauan Aru, Maluku, misalnya, Koalisi Save Aru sedang mengembangkan ekowisata demi menjaga kelestarian habitat cenderawasih. Wisatawan akan diajak menyaksikan burung-burung surgawi menari di habitat aslinya dalam bulan September hingga November.