Konflik Iran-AS memasuki perkembangan baru dengan ditangkapnya tanker Iran, berkat peran Inggris, di dekat Gibraltar. Eropa yang selama ini berusaha netral mulai condong ke AS.
LONDON, JUMAT— Inggris mengikuti jejak Amerika Serikat dengan bertindak keras kepada Iran. Pasukan Inggris menangkap, lalu menahan, tanker yang diduga membawa minyak Iran menuju Suriah. Penangkapan terjadi di lepas pantai Gibraltar, wilayah pesisir Spanyol yang dikuasai Inggris. Otoritas Inggris dan Gibraltar mengakui penangkapan itu pada Kamis (4/7/2019) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.
”Ini pertama kali Uni Eropa melakukan sesuatu yang agresif dan terbuka. Saya membayangkan (penangkapan) itu juga dikoordinasikan dengan AS, dengan mempertimbangkan pasukan anggota NATO juga terlibat,” kata Matthew Oresman, pengacara dari kantor hukum Pillsbury Winthrop Shaw Pittman, yang kerap mendampingi perusahaan-perusahaan dalam daftar sanksi internasional.
”Ini sepertinya dimaksudkan sebagai tanda bagi Suriah dan Iran, demikian juga bagi AS, bahwa Eropa serius menegakkan sanksi dan Uni Eropa juga bisa merespons tindakan berbahaya Iran terkait negosiasi nuklir yang kini berlangsung.”
Bersama AS, Perancis, Jerman, Rusia, dan China, Inggris ikut membuat kesepakatan nuklir dengan Iran (JCPOA) pada 2015. Kelanjutan JCPOA kini di ujung tanduk setelah AS memutuskan keluar pada 2018, lalu menerapkan serangkaian sanksi lebih keras kepada Iran.
Belakangan, Iran mengancam akan keluar dari JCPOA jika Inggris, Jerman, dan Perancis tak segera bertindak menyelamatkan kesepakatan itu. Penyelamatan yang dimaksud Teheran adalah pencabutan sanksi ekonomi bagi Iran, yang disepakati dalam JCPOA. Teheran memberi tenggat sampai 7 Juli 2019. Sampai sekarang, Eropa menyatakan masih mengupayakan transaksi dagang dengan Iran tanpa melanggar sanksi AS.
Lokasi penangkapan
Dalam penangkapan tanker Iran itu, Pemerintah Gibraltar mengatakan, aparat Inggris dan Gibraltar masuk ke kapal itu kala tanker bernama Grace 1 berlayar di perairan untuk menerima pasokan barang dari darat. Gibraltar menyebut marinir Inggris hanya mendampingi aparat Gibraltar.
”Kami percaya Grace 1 membawa minyak mentah menuju kilang minyak Banyar di Suriah. Pengilangan itu milik pihak dalam daftar sanksi UE terhadap Suriah. Dengan persetujuan saya, aparat penegak hukum dan pelabuhan dengan bantuan dari Marinir Inggris menjalankan operasi ini,” kata Menteri Besar Gibraltar Fabian Picardo.
Inggris beralasan, pengiriman minyak ke Suriah menjadi penyebab penangkapan Grace 1. Sejak 2011, UE—termasuk Inggris—menjatuhkan sanksi ekonomi pada Suriah, termasuk larangan pengiriman minyak.
Lokasi penangkapan Grace 1 menjadi perdebatan di antara Inggris, Spanyol, dan Iran. Inggris menyebut lokasi penangkapan, yakni 4 kilometer di selatan Gibraltar, sebagai perairan teritorialnya. Sementara Spanyol menyebut perairan itu wilayah mereka dan karenanya aparat Inggris ataupun Gibraltar tidak punya kewenangan. Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell menyatakan, penangkapan itu atas permintaan AS.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menyatakan gembira atas penangkapan itu. Ia menyebut informasi itu sebagai kabar luar biasa.
Adapun Iran berkeras kapal itu berada di perairan internasional. Teheran menuding London telah melakukan premanisme maritim lewat aksi itu. ”Inggris tidak punya hak menerapkan sanksi unilateralnya ataupun (sanksi) Uni Eropa di luar wilayahnya terhadap negara lain,” demikian pernyataan salah satu pejabat Iran.
Iran mengancam
Teheran mengancam akan menangkap kapal Inggris atau kapal yang membawa muatan milik Inggris jika Grace 1 tidak segera dilepaskan. ”Jika Inggris tidak melepaskan tanker Iran, wajib untuk menangkap tanker Inggris,” kata Sekretaris Dewan Kebijakan sekaligus pejabat Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Mohsen Rezai.
Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyebut Grace 1 membawa minyak mentah dari Iran. Pengakuan itu berkebalikan dengan dokumen di tanker yang menyatakan minyak di kapal itu berasal dari Irak.
Pada awal 2019, kantor berita Reuters pernah mengungkap bahwa Grace 1 adalah salah satu dari empat tanker yang mengangkut minyak dari Iran menuju Singapura dan China. Pengiriman itu melanggar sanksi AS. (AFP/AP/REUTERS/RAZ)