Jemaah dari Embarkasi Surabaya mulai bertolak menuju Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji 1440 Hijriah, Sabtu (6/7/2019). Mereka berangkat pada Sabtu pagi dari Surabaya dan dijadwalkan tiba di Madinah pada Sabtu siang.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jemaah calon haji dari Embarkasi Surabaya, Jawa Timur, mulai bertolak menuju Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji 1440 Hijriah, Sabtu (6/7/2019). Mereka berangkat pada Sabtu pagi dari Surabaya dan dijadwalkan tiba di Madinah pada Sabtu siang.
Keberangkatan Kelompok Terbang (Kloter) 1 Embarkasi Surabaya dilepas anggota DPR dari Komisi VIII, Hasan Aminuddin. Pada Sabtu ada dua kloter yang berangkat menuju Arab Saudi dengan jumlah masing-masing 450 orang. ”Jaga kesehatan karena saat ini cuaca di Mekkah dan Madinah sangat panas, mencapai 41 derajat celsius,” ujar Hasan.
Calon haji dari Embarkasi Surabaya berjumlah 38.150 orang. Mereka berasal dari Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur dan terbagi menjadi 85 kloter yang dijadwalkan berangkat mulai 6 Juli hingga 6 Agustus 2019.
Keberangkatan calon haji terbagi menjadi dua gelombang. Kloter 1 hingga 40 dijadwalkan tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Sementara kloter 41 hingga 85 tiba di Bandara Internasional Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat penyambutan jemaah calon haji Embarkasi Surabaya, Jumat (5/7/2019), mengingatkan jemaah agar selalu menjaga kesehatan fisik. Jemaah harus bisa menjaga pola makan selama beribadah agar tubuh selalu sehat selama menjalankan ibadah yang berlangsung sekitar 40 hari.
”Lakukan pola hidup sehat. Konsumsi makanan yang menyehatkan. Aktivitas yang tidak penting dihindari karena tubuh perlu istirahat,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya dokter Muhammad Budi Hidayat mengatakan, calon haji yang tiba di asrama haji harus menjalani pemeriksaan kesehatan. Khusus bagi calon haji dari Pacitan, selain menjalani pemeriksaan klinis, mereka juga diwajibkan melakukan pemeriksaan laboratorium.
Setiap anggota jemaah yang berasal dari Pacitan diambil sampel darah untuk memastikan tidak terjangkit hepatitis A yang saat ini merebak di daerah itu. Statusnya bahkan sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. ”Kami mengantisipasi risiko penularan penyakit hepatitis A dari Pacitan,” ujar Budi.
Bagi anggota jemaah yang diketahui mengidap hepatitis A, keberangkatannya akan ditunda. Mereka harus menjalani serangkaian pengobatan hingga dinyatakan sehat. ”Apa pun hasilnya, mereka tetap bisa berangkat,” katanya.
Kami mengantisipasi risiko penularan penyakit hepatitis A dari jemaah Pacitan.
Calon haji asal Pacitan, Sugeng Budiarto, mengatakan berupaya menjaga kondisi kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah penularan virus hepatitis A. Keluarga dan tetangganya yang tinggal di Kecamatan Pacitan tidak ada yang terjangkit virus ini. Pemeriksaan ini dinilai amat baik karena mencegah terjadinya penularan hepatitis A kepada sesama anggota jemaah.
Sementara itu, menurut Lukman, PPIH terus melakukan berbagai peningkatan pelayanan kepada jemaah calon haji. Mulai tahun ini, lokasi pemondokan jemaah berdasarkan zonasi. Artinya, mereka dari satu provinsi akan berada di satu lokasi yang sama.
”Tahun ini, untuk pertama kalinya kami memasang pendingin ruangan di tenda-tenda Arafah yang sebelumnya hanya menggunakan kipas angin. Pemasangan pendingin ruangan untuk mengantisipasi udara panas,” ujar Lukman.
Di bidang transportasi, bus yang digunakan oleh jemaah calon haji dari Indonesia adalah bus baru yang nyaman untuk ditumpangi. Sementara petugas pendamping dan tenaga medis akan melakukan pelaporan aktivitas berbasis elektronik sehingga laporan bisa lebih mudah dan efektif. Inovasi ini diyakini bisa meningkatkan kenyamanan jemaah asal Indonesia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan para anggota jemaah calon haji untuk menjaga nama baik Indonesia ketika bertemu dengan jemaah dari negara lain. Jemaah calon haji dari Indonesia merupakan salah satu yang terbanyak sehingga harus menjaga komunikasi dengan baik antaranggota jemaah.