Meredam Emosi Dengan Ketenangan
LONDON, KAMIS - Perilaku Nick Kyrgios yang kerap mengundang emosi diatasi Rafael Nadal dengan bersikap tenang. Sikap itu pula yang dipertahankannya untuk berhadapan dengan Jo-Wilfried Tsonga pada babak ketiga Wimbledon.
Kemenangan atas Kyrgios, 6-3, 3-6, 7-6 (5), 7-6 (3), pada babak kedua di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Kamis (4/7/2019) malam waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, diekspresikan oleh Nadal dengan melompat sambil mengepalkan tangannya ke udara.
Dia juga mengacungkan telunjuk ke arah timnya di tribune dengan raut wajah lega. Ekspresinya seolah menandakan bahwa dia telah memenangi babak yang lebih tinggi, setidaknya semifinal.
Namun, saat wartawan bertanya tentang makna kemenangan itu saat konferensi pers, Nadal mencoba memperlihatkan ketenangannya. “Tadi hanyalah babak kedua, bukan semifinal atau final. Memang, saya berhadapan dengan lawan berat, tetapi tetap saja, itu baru pertandingan babak kedua. Saya akan menghadapi lawan yang kian berat,” komentar Nadal.
Pada babak ketiga, juara Wimbledon 2008 dan 2010 itu akan berhadapan dengan Tsonga, mantan petenis peringkat kelima dunia. Tsonga empat kali mengalahkan Nadal, termasuk pada pertemuan terakhir di semifinal ATP Masters 1000 Shanghai 2015.
“Setiap pertandingan melawan Tsonga selalu berat. Tak ada waktu untuk santai. Tetapi, saya cukup senang bisa mengatasi tekanan dan bermain dengan determinasi yang tepat ketika melawan Kyrgios,” katanya.
Kemenangan atas Kyrgios mengangkat kepercayaan diri Nadal. Kyrgios adalah salah satu dari sedikit petenis yang bisa mengimbangi Nadal dalam statistik pertemuan mereka. Dari enam persaingan sebelumnya, mereka berbagi tiga kemenangan.
Salah satu kemenangan didapat Kyrgios pada babak keempat Wimbledon 2014 saat dia masih berusia 19 tahun dan bertanding karena mendapat wildcard. Itulah pertemuan pertama Kyrgios dan Nadal. Petenis keturunan Yunani itu juga mengalahkan Nadal dalam pertemuan terakhir, di ATP Acapulco, Meksiko, lima bulan lalu.
Tak hanya statistik pertemuan dan kekuatan pukulan yang menjadi tantangan bagi Nadal. Petenis Australia peringkat ke-43 dunia itu memiliki perilaku buruk yang bisa menjatuhkan mental lawannya.
Melawan Nadal pada Rabu malam, seperti juga yang dilakukan di Acapulco, Kyrgios dua kali melakukan servis dari bawah seperti orang baru belajar tenis. Meski legal, ini mengesalkan karena sulit diantisipasi. Nadal membalas servis, yang salah satunya membuat Kyrgios memenangi gim kedelapan set pertama itu, dengan senyum.
Seiring dengan senyum Nadal, penonton memberi tepuk tangan meriah atas taktik yang memberi as bagi Kyrgios itu. Namun, mereka mencemoohnya ketika melakukan servis bawah untuk kedua kali.
Media dan mantan petenis juga mengomentari Kyrgios yang tak meminta maaf atas kejadian pada set ketiga. Dari baseline, Kyrgios melakukan forehand keras ke arah tubuh Nadal yang berada di dekat net. Gerakan refleks menghindarkan benturan bola ke tubuh Nadal. Sesaat, raut wajah Nadal menampakkan kekesalan.
“Marah? Kalian harus melihat rekaman kejadian tadi. Saya tak marah karena bola tak mengenai tubuh saya. Kalaulah dia sengaja melakukannya, saya masih bisa bersikap profesional. Saya hanya berpikir, bagaimana kalau bola yang berbahaya seperti itu mengenai penjaga garis atau penonton. Dalam pertandingan seperti tadi, kita tak akan pernah tahu ke mana arah bola,” tutur Nadal.
Mantan petenis, John McEnroe, dan mantan pelatih Nadal, Toni Nadal, berkomentar, Kyrgios harus memperbaiki sikapnya. Apalagi ketika dalam konferensi pers, dia mengatakan, sengaja melakukan itu.
“Ya, saya ingin memukul bola ke arah dadanya. Kenapa saya harus meminta maaf? Saya mendapat poin. Dia adalah juara banyak Grand Slam. Berapa banyak uang di rekening banknya? Saya rasa, dia mengatasi kalau bola itu mengenai dadanya. Saya tak akan meminta maaf karena itu,” katanya.
Sebelum Wimbledon, Kyrgios juga berpendapat bahwa berapa pun gelar Grand Slam yang diraih Novak Djokovic, petenis nomor satu dunia itu bukanlah petenis hebat baginya. Djokovic menanggapinya dengan santai. “Saya mencoba menghormati semua orang. Saya tak tahu alasan dia mengatakan itu, tetapi saya tetap menghormatinya,” ujar Djokovic.
“Nick harus memperbaiki sikapnya karena sebenarnya dia punya kemampuan bagus. Kami menginginkannya di tenis, terutama setelah masa keemasan ‘Big Three’ telah lewat,” kata McEnroe yang saat ini menjadi komentator BBC.
McEnroe, yang bermain di arena profesional pada 1978-2006, juga dikenal sebagai petenis temperamental. Tetapi, dia juga menjadi salah satu legenda tenis berkat 17 gelar Grand Slam di nomor tunggal dan ganda.
Kejutan berlanjut
Tiada hari tanpa kejutan yang terjadi di Wimbledon sejak hari pertama. Babak ketiga yang berlangsung Jumat menandai tersingkirnya mantan petenis putri nomor satu dunia yang menjadi unggulan ke-14, Caroline Wozniacki. Juara Australia Terbuka 2018 itu kalah dari Zhang Shuai, petenis China peringkat ke-50 dunia, 4-6, 2-6.
Unggulan ke-10 tunggal putra, Karen Khachanov, juga terhenti pada babak ketiga setelah dikalahkan Roberto Bautista Agut (Spanyol/23), 3-6, 6-7 (3), 1-6.
Sehari sebelumnya, juara bertahan tunggal putri, Angelique Kerber (Jerman), disingkirkan Lauren Davis (AS) pada babak kedua. Kerber kalah, 6-2, 2-6, 1-6. Davis sebenarnya tak lolos dari babak kualifikasi, namun dia berhak tampil pada babak utama, sebagai lucky loser, menggantikan petenis yang mengundurkan diri.
Sementara, setelah tersingkir pada babak pertama ganda putra bersama Hsieh Cheng Peng (Taiwan), petenis Indonesia, Christopher “Christo” Rungkat, melanjutkan penampilan pada ganda campuran. Christo bermain bersama petenis Jepang, Shuko Aoyama. Babak pertama melawan pasangan Perancis, Nicolas Mahut/Alize Cornet berlangsung pada Jumat tengah malam WIB. (AP/AFP/REUTERS)