Napas Pramono (35) terengah-engah saat memasuki ruangan di lantai empat Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Lampung, Bandar Lampung, Jumat (5/7/2019) sore. Meski tampak kehausan, Pramono memilih langsung duduk dan mendengarkan penjelasan tentang saham. Matanya awas mengamati pergerakan harga saham yang ditampilkan di layar monitor.
Pramono menempuh jarak sekitar 25 kilometer dari Desa Tanjung Bintang, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan, demi mengikuti Sekolah Pasar Modal. Pedagang elpiji itu tertarik berinvestasi saham. ”Saya harus mengikuti perkembangan zaman. Masalahnya, orang desa seperti saya belum paham tentang saham, makanya saya datang ke sini untuk belajar,” kata Pramono.
Dia mengetahui tentang saham dari tetangganya yang sudah lebih dulu menjadi investor. Cerita kesuksesan meraup cuan (untung) membuat Pramono penasaran. ”Tetangga saya dapat untung Rp 100.000 hingga jutaan rupiah. Saya ingin tahu bagaimana caranya,” ujarnya.
Semula Pramono ragu berinvestasi saham karena pernah tertipu investasi bodong. Tahun lalu, dia memberi modal Rp 50 juta kepada temannya untuk bisnis peternakan ayam. Namun, temannya malah memakai modal itu untuk investasi bodong secara daring.
Dia mulai yakin berinvestasi saham setelah mendapat sosialisasi tentang menabung saham dari grup belajar saham di grup Whatsapp dan Telegram. Informasi tentang saham diberikan sejumlah fasilitator dari perusahaan sekuritas.
Dengan modal Rp 100.000, Pramono memutuskan membuka akun saham. Tak ingin merugi, Pramono memilih belajar saham dari nol. ”Kalau nanti tua tidak bisa berdagang, saya masih punya investasi saham. Kalau investasi sawah, saya tidak punya kemampuan bertani,” katanya.
Suwarto Siagian (40) juga tertarik berinvestasi saham sejak enam bulan lalu. Dia mengikuti Sekolah Pasar Modal untuk menambah pengetahuan tentang saham. Tak jarang, dia ke kantor RHB Sekuritas untuk konsultasi soal saham.
Saat ini, Suwarto memiliki tujuh jenis saham. Nilai investasinya sekitar Rp 15 juta. Meski harga beberapa sahamnya sedang turun, Suwarto tak terlalu khawatir. Alasannya, saham-saham itu masuk saham rekomendasi BEI. ”Saya harus tahan dulu sampai harga saham naik lagi. Kuncinya harus sabar dan jangan terburu-buru,” katanya.
Emha Choirul Samsi, Associate Equity Sales & Trading PT RHB Sekuritas, menuturkan, tidak mudah mengajak masyarakat berinvestasi saham. Namun, berkat sosialisasi rutin yang dilakukan sejak 2017, masyarakat mulai tertarik.
Saat ini, PT RHB Sekuritas memiliki 450 nasabah. Sekitar 250 orang berasal dari Bandar Lampung, sisanya dari sejumlah kabupaten di Lampung dan luar provinsi. ”Tujuan utama kami agar masyarakat tahu bahwa saham adalah investasi legal dan dijamin pemerintah. Dengan begitu, tidak ada lagi warga yang terjebak investasi bodong,” ujarnya.
Selain sosialisasi melalui seminar, PT RHB Sekuritas juga bekerja sama dengan BEI Lampung dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Lampung membentuk Desa Menabung Saham. Sejak 2018, Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, dicanangkan sebagai Desa Menabung Saham di Lampung. Nilai transaksi saham di Desa Sidorejo Rp 24,3 miliar. Literasi warga tentang keuangan digital cukup tinggi.
Berdasarkan data OJK Lampung, jumlah investor saham di Lampung kian meningkat. Desember 2018, jumlah investor saham di Lampung 16.398 orang, naik dari tahun 2017 yang berjumlah 9.014 orang. Nilai transaksi saham di Lampung naik dari Rp 218,51 miliar menjadi Rp 622,41 miliar. Lewat Sekolah Pasar Modal, diharapkan semakin banyak warga berinvestasi dan meraup untung dari saham.(VINA OKTAVIA)