Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, setelah KPU menetapkan Jokowi-Amin menjadi presiden-wapres terpilih, segala bentuk perseteruan seyogianya berakhir dan diakhiri.
JAKARTA, KOMPAS - Segala bentuk perseteruan semestinya berakhir dan dihentikan mengingat kontestasi politik sudah berakhir setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024. Kini saatnya seluruh elemen masyarakat bersatu dan mengingat kembali tujuan bernegara, yakni membangun, memajukan, dan menyejahterakan bangsa Indonesia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara halalbihalal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Jakarta, Jumat (5/7/2019), mengungkapkan, sebenarnya seluruh elemen masyarakat memiliki tujuan kebangsaan yang sama, yakni memajukan bangsa dan negara Indonesia. Tujuan itu pula yang ingin diwujudkan oleh semua kekuatan serta tokoh politik, tak terkecuali kedua pasangan calon presiden-calon wapres yang bersaing saat pemilu 17 April lalu.
Hal itu, ujar Wapres Kalla, setidaknya terungkap dari pernyataan capres Prabowo Subianto saat bertemu dengan Wapres Kalla beberapa waktu lalu.
”Waktu saya bertemu Pak Prabowo bulan lalu, pertama kali saya tanya ke beliau tujuannya apa (ikut pemilu)? Pak Prabowo menjawab bahwa tujuannya memajukan bangsa ini, ekonominya, sosialnya secara adil. Kalau begitu kita sama,” kata Wapres Kalla.
Mendengar jawaban Prabowo, kata Wapres Kalla, pihaknya menyampaikan bahwa tujuan seluruh elemen bangsa itu sama, yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, termasuk Jokowi-Amin. Oleh karena itu, Wapres Kalla pun mengajak Prabowo menyudahi perselisihan pascapemilu akibat perbedaan selama kontestasi. Dengan diakhiri dan dihentikannya perselisihan, diharapkan seluruh pendukung Prabowo-Sandiaga pun kembali bersatu dan bersama-sama ikut membangun bangsa.
Hal senada disampaikan Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie, yang juga meminta masyarakat menyudahi perselisihan yang pernah terjadi akibat perbedaan pilihan politik. ”Tidak usah dipelihara kekecewaan dan tidak usah pula berlebihan menunjukkan kegembiraan. Sekarang saatnya aksi nyata, bersama-sama memajukan bangsa,” ujar Jimly.
Bersatu dalam perbedaan
Saat halalbihalal Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Mahfud MD, mengatakan, Indonesia adalah rumah yang harus dijaga. Oleh karena itu, meskipun banyak perbedaan, bangsa Indonesia harus terus bersatu dan bersikap toleran. Pasalnya, toleransi merupakan salah satu dari fondasi berdirinya Indonesia.
”Itu ajaran Islam di mana kita (harus) toleran terhadap perbedaan. Kenapa? Karena yang menciptakan perbedaan adalah Allah itu sendiri. Kalau Allah mau, kamu semua satu. Indonesia merdeka karena bersatu dalam perbedaan saat mengusir penjajah,” ujarnya.
Menurut Mahfud, apa yang akan dibangun Indonesia ke depan bukanlah negara Islam, melainkan negara yang memiliki watak Islami, masyarakat yang madani. ”Bangun saja negara Islami yang memiliki sifat-sifat keislaman, nanti Islam akan berkembang sendiri,” ujar Mahfud.
Saat ini, kata Mahfud, muncul gerakan yang disebut Islam syariah dan Islam formal. Oleh karena itu, Mahfud mengajak semua pihak menyongsong era yang ada saat ini. ISNU sebagai salah satu tulang punggung bangsa harus turut mempersiapkan dan mengawal Indonesia agar benar-benar menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
”Kita tidak usah berteriak mendirikan negara Islam, mendirikan syariat Islam, dan sebagainya. Lakukan saja perintah-perintah Islam yang substantif,” ujarnya.Lebih jauh, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut juga mengajak semua yang hadir ikuti dan kembangkan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah.