Taman Bumi Berpotensi Jadi Napas Pemberdayaan Masyarakat
›
Taman Bumi Berpotensi Jadi...
Iklan
Taman Bumi Berpotensi Jadi Napas Pemberdayaan Masyarakat
Taman bumi berpotensi menjadi nafas pemberdayaan masyarakat. Peran pemerintah daerah bisa menjadi salah satu kunci utamanya.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·2 menit baca
KUTA, KOMPAS – Taman bumi berpotensi menjadi nafas pemberdayaan masyarakat. Peran pemerintah daerah bisa menjadi salah satu kunci utamanya.
"Harus ada ketegasan dan komitmen jelas dari pemerintah setempat dari masing-masing pemilik wilayah geopark tersebut. Pusat, lanjutnya, berupaya maksimal memberikan pendampingan untuk pengembangannya," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar di Bali, Sabtu (6/7/2019).
Indonesia memiliki empat taman bumi (geopark) global Unesco yaitu Gunung Batur, Gunung Sewu, Ciletuh-Pelabuhanratu, dan Gunung Rinjani). Selain itu, ada juga 15 taman bumi nasional seperti Merangin, Raja Ampat, Toba, Pongkor).
"Kami akan tetap memberi perhatian pengembangan geopark jelang evaluasi UNESCO tahun 2020 nanti," kata Rudi usai acara Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pengembangan Taman Bumi Daerah Regional II (Jawa, Bali, Kalimantan).
Peraturan tersebut merupakan yang pertama mengatur taman bumi Indonesia dan menjadi payung hukum untuk keberlangsungan ke depan. Selain itu, aturan ini diharapkan dapat dimanfaatkan membangun sinergi di antara pemangku kepentingan terkait. Tujuannya, membentuk tata kelola pengembangan keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).
Rudy menambahkan peraturan ini juga menyinergikan seluruh elemen berkepentingan agar taman bumi benar-benar menjadi wadah konservasi, edukasi, serta pembangunan ekonomi berkelanjutan. Ia mengharapkan ketiga pilar ini memiliki porsi yang seimbang.
“Harapannya, pengakuan taman bumi ini dapat membuat masyarakat juga paham dan bersedia merawat serta melestarikannya. Pemerintah melalui badan pengelola jug harus aktif mendampingi,” ujar Rudy.
Sementara itu, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bali, mengkhawatirkan masa depan Taman Bumi Batur. Berdasarkan kajian sementara dari IAGI Bali, hanya delapan titik pengembangan yang masih bisa eksis dari 21 titik yang dimiliki Gunung Batur. Menurutnya, Taman Bumi Batur harus dipertahankan. Hanya saja, manajemennya harus diperbaiki, terutama memaksimalkan kapasitas dan kemampuan masyarakat setempat.
“Kajian ini dilakukan karena kekhawatiran status Taman Bumi global Batur dicabut tahun depan saat evaluasi. Sayang sekali jika tidak segera dibenahi mulai dari sekarang,” kata Ketua IAGI Bali Ketut Arianta.