Dari Acropolis ke Prambanan
Maestro asal Yunani, Giannis Chrysomallis, yang lebih dikenal dengan nama Yanni (64), menghadirkan kemegahan musiknya yang bernuansa magis dalam perhelatan Prambanan Jazz Festival 2019, Sabtu (6/7/2019) malam.
Ini adalah perayaan bagi penampilan Yanni di situs Acropolis Yunani 25 tahun lalu yang dikemas dalam konser ”25th Anniversary Acropolis”. Dari Acropolis, Yanni memboyong kemegahan dan keindahan musiknya ke Candi Prambanan.
Komponis dan pianis tersohor Yanni akhirnya menginjakkan kakinya ke Yogyakarta, Indonesia, Rabu (3/7/2019). Ia hadir secara khusus untuk pergelaran Prambanan Jazz Festival (PJF) 2019 yang digelar dua promotor, Rajawali Indonesia serta PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, pada 5-7 Juli di kawasan Candi Prambanan.
Yanni tampil memuncaki perhelatan PJF 2019 hari kedua di ajang special show atau pertunjukan khusus. Sebelumnya, tampil sejumlah musisi yang turut menghidupkan panggung PJF 2019, seperti Astrid Sulaiman ”Straight And Strecth”, Rida Sita Dewi, Saxx In The City, Pusakata, Maliq & D’Essentials, Yovie & His Friends. Yura tampil di ujung malam, menutup aksi seluruh penampil di Sabtu malam.
Yanni yang menjadi bintang malam itu tampil bersama para musisi yang diboyong dari Yunani, memainkan komposisi-komposisi miliknya yang diperkenalkan untuk pertama kali pada 1 Maret 1994 di The Acropolis of Athens dalam konser bertajuk ”Live at the Acropolis”.
The Acropolis of Athens adalah situs bersejarah di kota Athena, Yunani, yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Album Live at the Acropolis yang merupakan rekaman langsung konser tersebut kemudian menjadi album terlaris nomor dua di dunia setelah Thriller milik mendiang King of Pop, Michael Jackson.
Penjualan album itu mencapai 7 juta kopi di dunia. Live at the Acropolis juga menjadi salah satu siaran paling populer di PBS, stasiun TV publik di Amerika, dengan jumlah penonton mencapai 500 juta orang di 65 negara.
Sabtu malam, seluruh kemegahan dan keindahan musik Yanni yang magis itu ditampilkan kembali di Candi Prambanan yang juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO seperti halnya The Acropolis of Athens. Penontonnya 60 persen didominasi penggemar Yanni dari berbagai negara, mulai dari Singapura, Bangkok, India, Swedia, Kanada, Hong Kong, Arab, hingga China.
Pertunjukan spesial Yanni ini dibuka dengan lantunan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” yang dinyanyikan semua penonton. Tak lama kemudian, panggung menggelap, musik mengalun pelan, Yanni yang bersetelan putih-putih memasuki panggung diiringi tepuk tangan meriah penonton.
Panggung berlatar Candi Prambanan makin mempertontonkan kemegahan dalam sorot lampu panggung. Nuansa magis seolah meruap ke udara, seiring permainan biola yang mendominasi panggung.
Tak hanya membawakan komposisi-komposisi yang disuguhkan di Acropolis, Yanni juga menyuguhkan komposisi-komposisi baru. Di antara lagu-lagu Yanni yang membius penonton itu adalah ”For All Seasons”, ”Keys to Imagination”, ”Felitsa”, ”The Rain Must Fall”, ”Santorini”, dan ”The Storm” sebagai encore.
Konsernya malam itu menyuguhkan variasi musik yang cukup beragam. Suguhan musik Yanni pun makin terasa magis karena ditampilkan di antara kemegahan Candi Prambanan.
”Misiku adalah mempersatukan seluruh planet. Dan, cara terbaik untuk melakukan itu tidak melalui kata-kata, tetapi melalui musik, bahasa yang dipahami semua orang. Aku ingin menginspirasi orang, menularkan kegembiraan, ketenangan, kedamaian, saling memahami, toleransi, dan penerimaan kepada semua orang yang ada di dunia. Bahwa kita semua satu di Planet Bumi yang kecil dan rapuh ini,” tutur Yanni.
Secara khusus, melalui penampilannya di Candi Prambanan, Yanni juga ingin menunjukkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. CEO Rajawali Indonesia Anas Syahrul Alimi mengungkapkan, konser 25th Anniversary Acropolis Yanni di Candi Prambanan merupakan konser Yanni satu-satunya di Asia Pasifik. Konser serupa tidak digelar di negara lain di kawasan ini.
”Bisa menghadirkan Yanni adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Dia itu maestro, salah satu yang menginspirasi saya. Dan, ini adalah mimpi besar saya,” kata Anas.
Penonton muda
Hari Jumat (5/7/2019), PJF 2019 didominasi penonton muda yang menurut penyelenggara jumlahnya mencapai 10.000 orang. Hal ini dikarenakan penampil PJF 2019 hari pertama yang didominasi bintang muda.
Deretan bintang itu dimulai dari PJF Project, Hanin Dhiya, Sisitipsi, Galabby, Ardhito Pramono, Tashoora, Calvin Jeremy, Danilla, GAC, dan dipuncaki oleh Calum Scott. Selain bintang-bintang itu, ada nama Alex Mercado, pianis asal Mexico yang membawakan musik jazz ’njelimet’, serta Jogja Hip Hop Foundation Jazz Version yang juga menyuguhkan komposisi-komposisi beraransemen jazz.
Sambutan penonton cukup meriah. Hampir semua penampil berhasil menyedot perhatian penonton. Mereka memadati depan panggung dan turut menyanyi mengikuti lagu dengan antusias. Begitu juga saat Alex tampil dengan suguhan permainan jazz instrumentalia yang cukup rumit.
”Jazz adalah musik yang mengajarkan banyak hal. Termasuk merasakan improvisasi musik di dalam musik itu sendiri. Saya berharap musik saya berpadu dengan keindahan Candi Prambanan, menjadi hal yang menakjubkan,” kata Alex.
Menurut Anas, penyelenggara sengaja menampilkan Alex di hari pertama agar penonton yang didominasi generasi milenial mengenal musik jazz yang ’sedikit’ berat. Alex antara lain menyuguhkan lagu-lagu dari lima albumnya seperti ”Metropolitan Blues”, ”Prisma”, ”Follow” dan ”Freeman”.
Versi jazz yang lebih ringan dan segar dihadirkan oleh Hip Hop Foundation Jazz Version yang baru kali ini menghadirkan paduan hip hop dan jazz, serta Ardhito Pramono.
”Ini pengalaman pertama kami manggung dengan teman-teman jazz dan di-arrange dengan jazz. Kalau dengan gamelan sudah sering. Orkestra juga. Manggung di acara jazz, tetapi enggak nge-jazz, ya, malu,” tutur Kill The DJ yang bersama Hip Hop Foundation Jazz Version menampilkan antara lain ”Ngilmu Pring”, ”Ora Cucul”, ”Topi Miring” dan ”Jogja Istimewa”.
Sementara Ardhito berharap, melalui jazz yang diusungnya, stigma bahwa jazz adalah musik pengantar tidur, musik lemes,tak ada lagi. ”Dengan konsisten di jazz, pelan-pelan, mungkin bisa membuat jazz jadi pop culture lagi di kalangan anak muda,” kata Ardhito.
Calum Scott yang ditunggu di hari pertama membawakan beberapa lagu popularnya, seperti ”Dancing on My Own” dan ”You Are The Reason”. Penyanyi yang karakter vokalnya banyak memiliki irisan dengan sejumlah penyanyi seperti Sam Smith, Ed Sheeran, dan Adam Levine ini berkali-kali mengungkapkan rasa senangnya bisa tampil di Candi Prambanan yang menurutnya sangat megah dan agung. Menjelang akhir penampilannya, Calum menyanyi sambil membawa bendera Merah Putih yang segera disambut histeria penonton.
Hari Minggu (7/7/2019) ini, sejumlah bintang akan tampil. Dimulai dari MLD Jazz Project, Andien, Bali Lounge, Ari Lasso, dan Glenn Fredly, dengan spesial show The Brian McKnight 4 dan Anggun. Helatan PJF 2019 ditutup oleh Tulus, pelantun ”Gajah” dan ”Sepatu”.