Kloter Pertama Tiba di Madinah
JAKARTA, KOMPAS— Kelompok terbang pertama jemaah calon haji Indonesia tiba di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, Sabtu (6/7/2019) sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Jemaah asal Magetan yang diberangkatkan dari Embarkasi Surabaya, Jawa Timur, berjumlah 449 orang.
Kedatangan jemaah calon haji itu disambut Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh, Kepala Daerah Kerja Bandara Arsyad Hidayat, serta anggota Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
Informasi yang diperoleh dari Media Center Haji (MCH) menyebutkan, proses kedatangan jemaah calon haji berlangsung cukup cepat karena jemaah tidak perlu menunggu koper bagasi. Seusai upacara penyambutan, mereka langsung diarahkan ke paviliun untuk menunggu bus yang akan mengantarkan jemaah ke hotel. Mereka ditempatkan di Sektor 3 Hotel Isyraq Al Bustam.
Dari 449 orang jemaah asal Magetan, 2 di antaranya memakai tongkat untuk berjalan dan 8 orang lainnya menggunakan kursi roda. Calon haji tertua adalah Sukinah berusia 93 tahun.
Kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Surabaya itu terbang menggunakan Boeing 747-700 maskapai Saudi Arabia Airlines dari apron 11 Bandar Udara Juanda, Jumat (5/7) pukul 03.15 WIB.
Penerbangan kloter kedua embarkasi Surabaya juga tepat waktu, pukul 07.00. Pesawat Saudi Arabia Airlines membawa 445 orang jemaah asal Ngawi, Ponorogo, dan Surabaya. Menurut rencana, ada 85 kloter jemaah calon haji embarkasi Surabaya yang berangkat secara berangsur dari Bandara Juanda hingga 6 Agustus 2019.
Jemaah calon haji embarkasi Surabaya berjumlah 38.150 orang. Mereka berasal dari Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Pemberangkatan 85 kloter jemaah calon haji itu terbagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama, yakni kloter 1-40, akan mendarat di Madinah, sedangkan kloter 40-85 di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah.
Satu wilayah
Di Batam, Sabtu kemarin, sekitar 900 orang jemaah calon haji yang terbagi dalam dua kloter berangkat dari Bandara Hang Nadim menuju Madinah menggunakan Boeing 747-400 Saudi Arabia Airlines. Jemaah haji kloter 1 berasal dari Kepulauan Riau, sedangkan kloter 2 dari Riau.
Ketua PPIH Embarkasi Batam Mukhlisuddin mengatakan, dua kloter yang diberangkatkan itu masing-masing menampung 445 orang jemaah calon haji dan 5 pendamping. Kloter 1 diterbangkan 06.00 WIB, kloter 2 empat jam kemudian.
Secara keseluruhan ada 29 kloter jemaah calon haji yang akan diberangkatkan dari embarkasi Batam. Sebanyak 13.045 orang jemaah calon haji itu berasal dari empat provinsi, yaitu Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.
”Semua anggota jemaah calon haji yang berasal dari embarkasi Batam akan ditempatkan dalam satu wilayah di Sizah agar memudahkan petugas memberikan pelayanan dan bantuan dengan maksimal selama 75 hari ibadah di tanah suci,” ujar Mukhlisuddin.
Hari Minggu (7/7) ini, dijadwalkan berangkat jemaah calon haji kloter pertama dari embarkasi Makassar, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Palembang, Lombok, dan Padang, serta kloter 3-5 embarkasi Surabaya dan kloter 2 embarkasi Batam.
Total ada 231.000 orang jemaah calon haji, termasuk 17.000 orang jemaah calon haji khusus, yang akan berangkat dari Indonesia. Jemaah calon haji itu terbagi menjadi 529 kloter dalam dua gelombang penerbangan. Gelombang pertama akan diterbangkan ke Madinah, 6-19 Juli 2019, dan gelombang kedua akan diberangkatkan ke Jeddah, 20 Juli-5 Agustus 2019.
Jemaah calon haji gelombang pertama akan berada di Madinah selama 8-9 hari untuk menjalani ibadah Arbain, yaitu shalat 40 waktu berjemaah di Masjid Nabawi. Setelah itu, mereka akan diberangkatkan ke Mekkah untuk menjalankan ibadah haji.
Layanan ditingkatkan
Jumat lalu, saat penyambutan jemaah calon haji dari embarkasi Surabaya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, PPIH terus meningkatkan layanan kepada jemaah calon haji. Mulai tahun ini, lokasi pemondokan jemaah berdasarkan zonasi. Satu provinsi berada dalam satu lokasi.
”Tahun ini, untuk pertama kalinya kami memasang penyejuk ruangan di tenda-tenda di Arafah yang sebelumnya hanya kipas angin. Penyejuk ruangan mengantisipasi udara panas,” ujar Lukman.
Saat ini, cuaca di Mekkah dan Madinah dilaporkan 41 derajat celsius.
Kepala Daker Bandara Jeddah Arsyad Hidayat mengatakan, pihaknya menyiagakan 155 petugas, terdiri dari 80 petugas yang diberangkatkan dari Jakarta, 55 orang dari tenaga musiman, dan tim mobile sebanyak 20 orang untuk menyambut kedatangan jemaah haji.
Pelaksana Tugas Kepala Daker Madinah Amin Handoyo juga memastikan bahwa semua petugas Daker Madinah siap melayani jemaah calon haji. Amin mengatakan bahwa pemondokan jemaah haji di Madinah telah dipilih di lokasi yang dekat dengan Masjid Nabawi.
”Pemondokan di Markaziyah semua, paling jauh di ringroad 500 meter dari Masjid Nabawi. Paling dekat di Thaybah Arak, di depan pelataran Masjid Nabawi, kalau shalat Jumat tinggal gelar sajadah,” ujar Amin.
Imigrasi
Upaya mendukung kelancaran pemberangkatan jemaah calon haji terus dilakukan, termasuk mengantisipasi permasalahan terkait dokumen keimigrasian. Masalah dokumen keimigrasian ini mencuat pada musim haji tahun lalu, di antaranya ditemukan sejumlah paspor tidak sesuai antara nama pemilik dan nama yang tertera pada lembar pengesahan.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya Barlian mengatakan, imigrasi telah menyelesaikan proses pembuatan paspor untuk seluruh jemaah haji dengan menerapkan sistem jemput bola bekerja sama dengan Kemenag di tingkat kabupaten dan kota. Adapun terkait visa menjadi kewenangan penuh Pemerintah Arab Saudi. ”Untuk memudahkan proses pemeriksaan dokumen keimigrasian para anggota jemaah, telah disiapkan petugas khusus imigrasi di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Mereka menangani terkait pemberian izin (clearence) keberangkatan,” kata Barlian.
Barlian mengatakan, pihaknya masih menemukan permasalahan pada saat pemeriksaan dokumen keimigrasian jemaah kloter pertama asal Magetan. Salah satunya ada ketidaksesuaian dokumen antara visa dan paspor jemaah. Namun, permasalahan itu telah diselesaikan.
Hal yang perlu diantisipasi oleh imigrasi berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya adalah adanya upaya memanipulasi data. Misalnya orang yang seharusnya berangkat meninggal dan digantikan oleh anggota keluarganya.
(NIK/SYA/LAM/NDU)