Perburuan Tikus ”Kalagumarang” Kembali Digelar di Karawang
›
Perburuan Tikus ”Kalagumarang”...
Iklan
Perburuan Tikus ”Kalagumarang” Kembali Digelar di Karawang
Petani di Karawang, Jawa Barat, melakukan pembasmian hama tikus secara serentak, Minggu (7/7/2019), untuk mengantisipasi gagal panen akibat hama tikus pada musim panen nanti. Kegiatan berburu tikus sawah sejak 1980 itu dinamakan kalagumarang.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sebelum memasuki masa tanam, para petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, melakukan pembasmian hama tikus secara serentak, Minggu (7/7/2019). Upaya itu dilakukan untuk mengantisipasi gagal panen akibat hama tikus pada musim panen nanti. Kegiatan berburu tikus sawah itu dinamakan kalagumarang.
Perburuan menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh para petani di Karawang, khususnya sebelum mengolah sawah untuk ditanami. Aktivitas perburuan telah dilaksanakan sejak tahun 1980 dan masih berlangsung hingga sekarang.
Perburuan salah satunya dilakukan di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang. Para petani bahu-membahu berburu tikus yang bersembunyi di lubang-lubang pematang sawah. Alat yang mereka gunakan cukup sederhana, hanya bermodalkan ranting pohon dan sebilah bambu, selang panjang, dan pompa.
Sebanyak 30 petani ambil bagian dalam kegiatan itu. Sejak pukul 09.00, mereka bersiap di samping saluran irigasi tersier di dekat lahan.
Ada petani yang bertugas menyiramkan air dari selang ke dinding pembatas saluran irigasi yang terbuat dari tanah. Petani lain bersiap memukul tikus yang keluar dari lubang-lubang itu. Kemudian ada petani yang bertugas menangkap hasil buruan untuk dimasukkan ke dalam karung.
Lebih banyak
Menurut Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Ciranggon Asep Saepudin, jumlah tikus di musim gadu atau kemarau tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan pengalaman tahun 2017, para petani di desa itu banyak yang gagal panen karena padinya dimakan tikus.
Idealnya 1 hektar sawah menghasilkan 7 ton gabah. Saat diserang tikus, sawah hanya mampu produksi 1-3 ton gabah. Padahal, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, mereka merugi hingga Rp 15 juta per hektar.
Tidak ingin pengalaman itu terulang kembali, para petani berinisiatif untuk melakukan pembasmian secara serentak di lahan mereka. Teknik penyemprotan air dengan selang untuk menghancurkan rumah tikus dinilai lebih efektif dibandingkan dengan teknik pengasapan yang dilakukan individu.
Hingga pukul 11.00, para petani berhasil mengumpulkan satu karung tikus dengan bobot sekitar 15 kilogram atau setara 200 tikus. ”Pembasmian yang dilakukan serentak di suatu lokasi akan lebih efektif. Hama ini cukup mengkhawatirkan, bisa menghabiskan padi siap panen dalam semalam saja,” ujar Asep.
Kegiatan diawasi oleh petugas penyuluh lapangan Dinas Pertanian Karawang. Kalagumarang di Desa Ciranggon dilakukan di lahan seluas 341 hektar.
Pada hari yang sama, di Desa Pasirmulya juga dilakukan kalagumarang di lahan seluas 420 hektar. Sementara pada Senin (8/7/2019) esok, kegiatan serupa akan digelar di lahan seluas 319 hektar di Desa Sarijaya, Karawang. Dinas Pertanian membantu dalam pengadaan pompa.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Karawang Yuyu Yudaswara mengatakan, kegiatan ini mampu menekan gagal panen hingga 90 persen. Menurut dia, tikus termasuk salah satu hama yang berbahaya karena dapat mengganggu produktivitas padi di Karawang.
Kegiatan ini mampu menekan gagal panen hingga 90 persen.
Terlebih, kata Yuyu, kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan periode yang sama tahun lalu. ”Pada musim kemarau, hal yang perlu diwaspadai adalah adanya organisme pengganggu tanaman, misalnya tikus. Kondisi kering sangat disukai tikus, berbeda dengan hama wereng coklat yang suka kondisi lembab,” ujarnya.