Dua bulan lebih tidak ada perkembangan, sejumlah pemerhati cagar budaya di Malang, Jawa Timur, meminta pihak terkait segera memugar Situs Sekaran yang berada di tepi Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi V di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Mereka khawatir situs tersebut cepat rusak bila terlalu lama dibiarkan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Dua bulan lebih tidak ada perkembangan, sejumlah pemerhati cagar budaya di Malang, Jawa Timur, meminta pihak terkait segera memugar Situs Sekaran yang berada di tepi Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi V di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Mereka khawatir situs tersebut cepat rusak bila terlalu lama dibiarkan.
Sejauh ini, kondisi situs yang ditemukan secara tidak sengaja pada Maret lalu, terkesan terbengkalai. Setelah dilakukan ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur dan Balai Arkeologi Yogyakarta, situs yang terbuat dari batu bata itu dibiarkan begitu saja.
Kami prihatin dengan nasib Situs Sekaran. Padahal sejarah merupakan peradaban bangsa
Dari pengamatan Kompas hanya ada pagar bambu pengaman yang mengelilingi area bekas ekskavasi situs yang dibangun pada masa sebelum Majapahit itu. Satu tenda terpal kecil menaungi bagian tengah situs. Di sekitarnya tumbuh rerumputan cukup tinggi.
Sedangkan pecahan batu bata tampak bertebaran di luar pagar. Beberapa jengkal di luar pagar bambu, kondisi tanah sudah terkeruk untuk keperluan pembangunan jalan tol yang masih dalam tahap pengerjaan.
“Kami prihatin dengan nasib Situs Sekaran. Padahal sejarah merupakan peradaban bangsa,” ujar Azis Franklin, salah satu seniman di sela-sela kegiatan Menolak Lupa di lokasi Situs Sekaran, Minggu (7/7/2019).
Ditemani sapek buatannya, saat itu Azis membawakan lagu karya sendiri berjudul “Menolak Lupa” dan Indonesia Raya. Menurut dia, bangsa yang besar menghargai sejarah dan budayanya. Hal itu penting sebagai pijakan untuk maju ke depan.
Stagnasi perlakuan
Arkeolog dari Universitas Negeri Malang M Dwi Cahyono mengatakan sejak Ramadhan pihaknya melihat ada stagnasi perlakuan terhadap Situs Sekaran. Sementara di satu sisi pengembang tol terus bergerak menyelesaikan pembangunan jalan agar bisa selesai sesuai target.
“Dengan jeda waktu dua bulan terakhir, atau mungkin akan berlanjut tiga-empat bulan ke depan, keberadaan situs relatif tidak tersentuh. Tidak lagi terdengar hingar bingar seperti sesaat setelah ditemukan. Jika kondisinya senyap seperti sekarang maka situs ini bisa saja akan dilupakan. Apalagi cuaca hujan dan panas membuatnya cepat rusak,” tuturnya.
Menurut Dwi upaya eksplorasi dengan cara ekskavasi untuk mencari jejak masa lampau situs belum tuntas. Dan pihaknya berharap perlu ada ekskavasi lanjutan sehingga gambaran mengenai temuan bisa terungkap lebih detil.
“Tahap selanjutnya adalah kegiatan konservasi, yakni melalui kegiatan restorasi atau pemugaran. Kalau ini tidak dilakukan pemugaran maka akan alami kerusakan dari waktu ke waktu. Baru setelah itu dilakukan tahap fungsionalisasi, yakni pemanfaatan apakah akan dibuka untuk wisata sejarah atau bagaimana,” katanya.
Dengan jeda waktu dua bulan terakhir, atau mungkin akan berlanjut tiga-empat bulan ke depan, keberadaan situs relatif tidak tersentuh. Tidak lagi terdengar hingar bingar seperti sesaat setelah ditemukan. Jika kondisinya senyap seperti sekarang maka situs ini bisa saja akan dilupakan. Apalagi cuaca hujan dan panas membuatnya cepat rusak
Sebelumnya, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang menyatakan belum bisa mengambil langkah terkait pengelolaan situs. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Made Arya Wedanthara mengatakan pihaknya masih menunggu penyerahan dari pihak Jasa Marga selaku pemilik lahan. Pemerintah Kabupaten Malang juga berencana menjadikannya sebagai destinasi wisata purbakala.
Adapun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, saat meninjau situs itu, pada 5 April lalu, mengatakan jika Situs Sekaran bisa menjadi referensi baru dalam pendidikan sejarah. Hal ini bisa merubah berbagai teori yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Malang dan sekitarnya. Untuk itu pihaknya akan melakukan kajian terus terhadap situs yang dimaksud.