Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,0 yang terjadi di Laut Maluku, sekitar 133 kilometer arah barat daya Kota Ternate, Maluku Utara, pada Senin (8/7/2019) pukul 00.08 WIT sempat membuat panik warga. Tanpa menunggu informasi peringatan dini tsunami, warga spontan menuju tempat yang lebih tinggi.
Oleh
frans pati herin
·2 menit baca
Ila Asman, warga Kota Ternate, yang dihubungi Senin siang mengatakan, warga di pesisir berlari ke tempat yang tinggi. Isu tsunami merebak sesaat setelah guncangan gempa yang terjadi hampir 10 detik itu.
”Tanah goyang kuat sekali,” ujarnya.
Ia mengatakan, warga setempat relatif terbiasa dengan guncangan gempa. Jika guncangan terasa sangat kuat, warga yang tinggal di pesisir langsung berlarian untuk menghindar apabila terjadi tsunami.
Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Ternate, Maluku Utara diguncang gempa 862 kali pada tahun 2016, 852 kali (2017), dan 903 kali (2018). Selama tiga tahun itu, terjadi gempa terbesar dengan M 7,1.
”Sekarang ini tidak perlu lagi tunggu perintah. Langsung lari saja,” ujarnya. Berkaca pada sejumlah peristiwa tsunami di Tanah Air, banyak warga juga memilih membangun rumah di ketinggian.
Pusat gempa pada Senin itu berada pada kedalaman 49 km. Guncangan terasa tidak hanya di Kota Ternate, yang berada di Pulau Ternate. Warga di Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat juga merasakannya. Wilayah Maluku Utara dan Maluku sama-sama rawan gempa. Banyak lempeng aktif di wilayah itu. Frekuensi gempa di Maluku lebih dari 1.000 kali per tahun.
Zainudin Kamsudin, anggota staf pada Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Utara, mengatakan, kesadaran untuk penyelamatan diri mulai tumbuh dalam diri warga. Warga sudah tahu apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana dan kondisi darurat.
”Warga sadar bahwa mereka tinggal di daerah bencana. Kami hanya mengarahkan,” ujarnya.
Sejauh ini, belum ada laporan kerusakan dan korban jiwa atau luka akibat gempa atau jatuh akibat panik. Menurut catatan Kompas, dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada dua warga di Maluku yang meninggal karena panik saat gempa.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Ternate Kustoro Hariyatmoko mengatakan, hingga pukul 13.16 WIT, telah terjadi gempa susulan sebanyak 23 kali. Gempa susulan terbesar dengan M 4,9 yang terjadi pukul 00.19 WIT dan 13.16 WIT. Peringatan dini tsunami sudah dicabut dan masyarakat diimbau agar tidak panik.