Rasio Kredit Macet Kartu Kredit Terendah dalam Setengah Dasawarsa
›
Rasio Kredit Macet Kartu...
Iklan
Rasio Kredit Macet Kartu Kredit Terendah dalam Setengah Dasawarsa
Rasio kredit macet kartu kredit perbankan secara umum mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kredit macet (NPL) dari awal tahun hingga April 2019 mencatatkan posisi terendah selama lima tahun terakhir.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rasio kredit macet kartu kredit perbankan secara umum mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kredit macet atau nonperforming loan (NPL) dari awal tahun hingga April 2019 mencatatkan posisi terendah selama lima tahun terakhir.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga April 2019, NPL kartu kredit perbankan secara umum mencapai 2,4 persen atau Rp 1,9 triliun dari total penyaluran Rp 81,1 triliun. NPL pada April 2019 lebih baik daripada periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 2,7 persen.
Posisi NPL kartu kredit saat ini merupakan yang terbaik dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya, pada 2016-2018, NPL selalu berada di atas 2,5 persen.
Salah satu yang mengalami perbaikan NPL kartu kredit adalah Bank OCBC NISP. Mereka mencatatkan NPL di bawah 1,3 persen. Rasio itu lebih rendah daripada target tahunan, yakni di bawah 1,5 persen.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja, di Jakarta, Senin (8/7/2019), mengatakan, tingkat NPL saat ini masih relatif terkendali. Pihaknya tetap akan menjaga posisi NPL tidak melewati 1,5 persen pada akhir tahun.
”Tren NPL menurun dibanding akhir tahun lalu. Tidak ada strategi khusus di samping sistem yang sudah ada sekarang. Kami akan terus mengembangkan kartu kredit, tetapi dalam hal kartu kredit bukan sebagai produk utama kami, hanya sebagai solusi untuk nasabah,” tutur Parwati, Senin, kepada Kompas.
Ia berharap, penyaluran dari kartu kredit bisa semakin terdorong setelah berakhirnya Pemilihan Presiden 2019. ”Harapannya memang segmen konsumsi bisa lebih cepat tumbuh di samping segmen produktif juga tentunya. Setelah kondisi saat ini lebih kondusif,” ujarnya.
Pada triwulan I-2019, penyaluran kredit OCBC NISP belum terlalu optimal, sekitar Rp 117,5 triliun. Pertumbuhan kredit hanya satu digit, yakni 6 persen secara tahunan. Segmen penyumbang terbesar antara lain ritel (27 persen), korporasi (32 persen), dan komersial (40 persen).
Adapun Bank Central Asia (BCA) mencatatkan NPL kartu kredit yang masih stabil di sekitar 2 persen. Kestabilan tingkat NPL didapatkan dari penyaluran kredit yang memperhatikan kualitas debitor.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, sumbangsih kartu kredit cenderung kecil dibandingkan dengan total kredit keseluruhan. Untuk itu, NPL kartu kredit tidak akan memengaruhi NPL secara umum yang stabil di level 1,4 persen.
Sesuai kebutuhan
Selesainya Pilpres 2019 tidak membuat BCA berencana mendorong konsumsi lewat kartu kredit. ”Kredit konsumtif seperti kartu kredit tidak boleh jorjoran. Harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat baru bisa positif,” kata Jahja.
BCA pada triwulan I-2019 mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,2 persen secara tahunan atau menjadi Rp 532 triliun. Pertumbuhan kredit ditopang oleh segmen korporasi (Rp 207,8 triliun) serta komersial dan usaha kecil menengah (Rp 184,7 triliun).
NPL kartu kredit Bank Mandiri juga menunjukkan perbaikan di semester I-2019 dengan berada di kisaran 2 persen-2,2 persen. ”NPL Mandiri Kartu Kredit terus menunjukkan perbaikan. Ini lebih rendah dibandingkan 2018. Kami melakukan perbaikan proses untuk meningkatkan akuisisi kartu kredit agar kualitas kredit terjaga. Penetrasi akuisisi kartu kredit fokus pada segmen mass affluent,” tutur Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas.