‘Festival Nyi Pohaci’ Siap Meriahkan HUT Purwakarta
›
‘Festival Nyi Pohaci’ Siap...
Iklan
‘Festival Nyi Pohaci’ Siap Meriahkan HUT Purwakarta
Sejumlah rangkaian kegiatan disiapkan untuk menyambut perayaan hari jadi Purwakarta ke-188 dan Kabupaten Purwakarta ke-51 tanggal 20 Juli 2019. Acara ini diharapkan kian meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS - Sejumlah rangkaian kegiatan disiapkan untuk menyambut perayaan hari jadi Purwakarta ke-188 dan Kabupaten Purwakarta ke-51 tanggal 20 Juli 2019. Acara ini diharapkan kian meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta.
Tahun ini perayaan ulang tahun mengambil tema ‘Nyi Pohaci Festival’. Nyi Pohaci dalam masyarakat Sunda adalah padi. Sementara dalam budaya Jawa lebih dikenal dengan sebutan Dewi Sri. Pemda ingin mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat akan manfaat dan pentingnya padi bagi kehidupan mereka.
Nasi yang tersaji di meja merupakan kerja keras para petani selama berbulan-bulan. Menghargai setiap proses yang dilalui itu lewat tradisi dan perayaan ini
Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Wisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Purwakarta Acep Yuli M, Selasa (9/7/2019), mengatakan, acara ini akan mengangkat padi dalam berbagai aspek. Mulai dari proses penanaman, pengairan, pemanenan, hingga produk turunan dari beras.
“Nasi yang tersaji di meja merupakan kerja keras para petani selama berbulan-bulan. Menghargai setiap proses yang dilalui itu lewat tradisi dan perayaan ini,” ujar Acep.
Rangkaian acara dimulai pada tanggal 16 Juli dengan doa bersama. Esok harinya, akan diadakan Muru Indung Cai Purwakarta Istimewa di Situ Wanayasa. Cai dalam bahasa sunda berarti air, elemen utama ini dibutuhkan untuk mengairi lahan persawahan. Air yang diambil dari Situ Wanayasa akan didoakan bersama untuk memohon kesuburan agar hasil panenan melimpah dan tidak terdampak kekeringan.
Pada 19 Juli digelar Teater Purwakarta Indung Budaya yang menampilkan sebuah penampilan budaya khas Sunda. Keesokan harinya, wisata kuliner Nyi Pohaci diadakan sepanjang jalan utama Jalan KK Singawinata. Berbagai olahan pangan dari tepung beras disajikan, antara lain, simping, kue putu, awug (kue beras), dan rengginang. Keunikan yang ingin ditonjolkan adalah suara dari pembuatan kue putu.
“Suara ngiiiing..ngiing… yang dihasilkan dari kukusan kue putu menjadi suatu simbol dan harapan agar Kabupaten Purwakarta semakin bergaung prestasinya,” ucap Acep.
Sebanyak 1000 penari tari Jaipongan kolosal turut meramaikan acara itu. Mereka menari sepanjang malam di Jalan Jenderal Sudirman. Puncaknya pada tanggal 27 Juli, Festival Budaya Nyi Pohaci diramaikan dengan perarakan kue tradisional Sunda (awug) yang terbuat dari tepung beras.
Para warga membawa kue awug yang berbentuk kerucut dengan tinggi kisaran 30—40 sentimeter. Ditargetkan sebanyak 1000 orang terlibat dalam kegiatan ini sehingga dapat memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia.
Tahun ini Pemkab Purwakarta menargetkan sebanyak 4 juta orang wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta. Target ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yakni sekitar 2,5 juta orang wisatawan. “Semoga rangkaian acara ini dapat menarik wisatawan hingga sepuluh ribu orang,” kata Acep.
Penting diangkat
Seniman dan Aktivis Sosial asal Purwakarta Rudy Aliruda, permaknaan Nyi Pohaci dalam acara ini adalah wujud ungkapan syukur masyarakat Purwakarta terhadap alam yang telah memberikan manfaat bagi kehidupan selama ini. Alam beserta hasil sumber dayanya yang telah diterima serta digunakan oleh manusia merupakan anugerah dan berkah dari Tuhan yang wajib disyukuri.
Festival Nyi Pohaci sekaligus mengajak dan mengingatkan masyarakat untuk tak lupa membalas kebaikan alam sebagai "ladang" sumber kehidupan. Manusia hidup dengan tetap menjaga kelestariannya, merawat lingkungan, menghormati makhluk Tuhan lainnya
Menurut Rudy, beras sebagai salah satu bahan pokok masih menjadi prioritas dalam kebutuhan hidup masyarakat. Namun, masyarakat kerap lupa untuk berterimakasih dengan mengabaikan sumber pangan dari alam. Padahal perlakuan dan sikap manusia akan sangat berdampak terhadap alam itu sendiri, kesadaran untuk merawat, dan menjaga keberlangsungan sumber pangan menjadi penting.
Simbol Nyi Pohaci diharapkan bukan hanya sebagai simbol belaka. Namun masyarakat juag memahami makna penting di dalamnya. Melalui kegiatan ini, Rudy berharap, semangat untuk pelestarian alam dan lingkungan serta rasa syukur kepada Tuhan bisa tersampaikan.