DOHA, SENIN — Perwakilan otoritas Afghanistan yang berisi figur-figur kuat memulai kembali perundingan dengan kelompok Taliban, Senin (8/7/2019), di Doha, Qatar. Pembicaraan damai yang diselenggarakan Pemerintah Jerman dan Qatar selama dua hari itu membuka peluang kesepakatan gencatan senjata plus pembicaraan aneka masalah utama lain, termasuk hak-hak perempuan di Afghanistan.
Resolusi konflik berdarah selama 18 tahun di Afghanistan sangat dinanti-nantikan di satu sisi, tetapi di sisi lain tampak sulit ditebak hasilnya. Ini menjadi pertemuan ketiga setelah pertemuan puncak di Moskwa pada Februari dan Mei lalu. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, melalui media sosial Twitter, mengatakan, pembicaraan itu sudah lama dinantikan. Ia memuji pemerintah, masyarakat sipil, kaum perempuan, dan kelompok Taliban yang bersedia hadir dalam pembicaraan bersama itu. Pembicaraan damai itu secara total diikuti 70 anggota dari perwakilan para pihak dan penyelenggara. Perwakilan AS tidak ikut serta dalam pembicaraan damai itu.
Di sisi lain, Washington berharap dapat mencapai sebuah kesepakatan politik dengan Taliban menjelang pemilihan presiden Afghanistan yang dijadwalkan pada bulan September. Hal itu diharapkan sekaligus memungkinkan dimulainya penarikan pasukan asing dari sana.
”Sejarah akan mengingat mereka yang mampu mengesampingkan perbedaan mereka demi negara,” kata utusan Jerman, Markus Potzel, Minggu. Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan, dirinya menantikan sebuah dialog yang konstruktif.
Salah satu anggota delegasi, Asila Wardak, yang merupakan anggota Dewan Perdamaian Tinggi yang dibentuk oleh mantan presiden Hamid Karzai untuk terlibat dengan unsur-unsur Taliban, mengatakan bahwa semua orang menekankan pada gencatan senjata. Taliban juga berbicara tentang peran perempuan, pembangunan ekonomi, dan peran minoritas dalam penyelesaian masa depan di Afghanistan.
Pertemuan yang disebut sebagai pertemuan intra-Afghanistan itu menjadi semacam tindak lanjut dari enam hari perundingan langsung Pemerintah AS-Taliban. Perundingan itu sendiri ditunda untuk pelaksanaan pembicaraan damai dua hari itu dan bakal langsung dilanjutkan pada Selasa pekan ini.
Ketua perunding AS, Zalmay Khalilzad, menyatakan, akhir pekan lalu, putaran terakhir perundingan AS-Taliban adalah perundingan paling produktif dari putaran yang pernah dilakukan dengan Taliban. Kubu Taliban pun mengaku senang dengan kemajuan perundingan.
Kelompok Taliban yang tegas menolak bernegosiasi dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani menekankan bahwa mereka yang hadir adalah dalam kapasitas pribadi. Pemerintahan Ghani, yang dianggap sebagai rezim boneka, juga telah dikeluarkan dari pembicaraan langsung AS-Taliban. (AFP/BEN)