Kereta Api Menjadi Alternatif Menuju Tempat Wisata
›
Kereta Api Menjadi Alternatif ...
Iklan
Kereta Api Menjadi Alternatif Menuju Tempat Wisata
Kunjungan wisatawan ke Kota Surabaya terus meningkat meskipun harga tiket pesawat masih mahal. Wisatawan dari luar daerah menyiasati dengan beralih menggunakan moda transportasi kereta api.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kunjungan wisatawan ke Kota Surabaya terus meningkat meskipun harga tiket pesawat masih mahal. Wisatawan dari luar daerah menyiasatinya dengan beralih menggunakan moda transportasi kereta api.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti, Rabu (10/7/2019), di Surabaya, mengatakan, kunjungan wisatawan ke Surabaya terus menunjukkan peningkatan, bahkan jumlahnya melebihi target yang ditetapkan.
Selama 2018, wisatawan domestik mencapai 27,5 juta orang dan wisatawan mancanegara mencapai 1,7 juta orang. Pada tahun sebelumnya, wisatawan domestik sebanyak 22,7 juta orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 1,7 juta orang. ”Realisasinya selalu mencapai 140 persen dari target yang diharapkan,” katanya.
Menurut Antiek, dampak kenaikan harga tiket pesawat domestik tidak terlalu signifikan terhadap minat wisatawan untuk berkunjung ke Surabaya. Sebagai kota metropolitan, Surabaya memiliki beragam akses transportasi yang bisa dipilih wisatawan.
Realisasinya selalu mencapai 140 persen dari target yang diharapkan.
Selama tiket pesawat mahal sejak lebih dari setahun terakhir, wisatawan yang menggunakan pesawat terbang memang turun. Jika pada 2017 wisatawan yang ke Surabaya melalui Bandar Udara Internasional Juanda mencapai sekitar 9 juta orang, pada 2018 turun menjadi sekitar 8,6 juta orang.
Wisatawan banyak yang beralih menggunakan kereta api karena harga tiketnya bisa mencapai separuh dari harga tiket pesawat terbang. Kunjungan wisatawan yang menggunakan kereta api pun meningkat hingga 89 persen dalam dua tahun terakhir.
Pada 2017, sebanyak 4,7 juta wisawatan masuk ke Surabaya menggunakan kereta api yang meningkat menjadi 9 juta pada 2018.
”Surabaya mudah dijangkau menggunakan kereta api dari sejumlah daerah di Pulau Jawa. Tiketnya yang lebih terjangkau membuat wisatawan beransel tetap menjadikan Surabaya sebagai tujuan wisata tanpa harus mengeluarkan banyak biaya,” ujar Antiek.
Kompas Travel Fair
Tingginya angka kunjungan wisatawan ke Jatim, terutama Surabaya, merupakan salah satu alasan Kompas Travel Fair (KTF) 2019 kembali digelar di Surabaya. KTF 2019 berlangsung serentak di empat kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Di Surabaya, KTF pada tahun ini juga digelar di Grand Atrium Pakuwon Mall, 20-22 September. Pada KTF 2018, di Surabaya diikuti 30 travel agent dengan total pengunjung 12.000 orang.
Tiket pesawat dan tujuan wisata yang banyak diminati antara lain tujuan Amerika Serikat, Hong Kong, Jepang, Singapura, London, Paris, Korea, Australia, dan Thailand.
Selama KTF, biro perjalanan wisata tidak hanya menawarkan tiket pesawat, baik di dalam maupun luar negeri, tetapi juga hotel dan tempat wisata. Bahkan, beberapa biro perjalanan wisata juga mempromosikan obyek wisata dalam negeri, seperti Raja Ampat di Papua Barat.
Antiek mengatakan, selain akses yang mudah dan banyak pilihan, wisatawan ke Surabaya juga bisa terus tumbuh karena Pemkot Surabaya selalu membuat event rutin hampir tiap bulan. Selain itu, setiap tahun selalu ada destinasi wisata baru yang dibangun.
Kondisi keamanan di kota ini juga dinilai kondusif sehingga membuat wisatawan betah untuk berkunjung. ”Meningkatnya wisatawan memicu kenaikan hunian hotel dan penginapan yang naik hingga 47 persen pada 2018 dibandingkan pada tahun sebelumnya,” katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Teguh Pramono mengatakan, rata-rata tamu menginap di Jatim turun, dari 1,69 hari pada 2017 menjadi 1,46 hari pada 2018. Lama menginap tertinggi wisatawan berada di hotel bintang 1, 3, dan hotel bintang 4.
Tamu hotel tidak hanya turis, tetapi juga pelaku bisnis. Jadi, tamu hotel selalu mengalir. Apalagi banyak kegiatan berskala besar sehingga membutuhkan kamar banyak ’digelar’ di Surabaya.
Meski lama tinggal di hotel menurun, hotel mencari sumber dari penyelenggaran meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran. Di Surabaya relatif banyak kegiatan, seperti pameran, seminar, atau pertemuan, yang melibatkan peserta ribuan orang.
Menurut General Manager Hotel Santika Gubeng Surabaya Agus Triyono, dalam tiga bulan terakhir, okupansi hotel di Surabaya relatif membaik. Memang ada kecenderungan lama tinggal semakin singkat, dari semula 2-3 hari, kini menjadi 1-2 hari. ”Tamu hotel tidak hanya turis, tetapi juga pelaku bisnis. Jadi, tamu hotel selalu mengalir. Apalagi banyak kegiatan berskala besar sehingga membutuhkan kamar banyak ’digelar’ di Surabaya,” katanya.