Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadapi ancaman baru pada pemilu 2023 menyusul retaknya tubuh AKP yang berkuasa di Turki sejak 2002. Setelah kemenangan telak Ekrem Imamoglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) dalam pilkada ulang kota Istanbul, Senin (8/7/2019), tokoh dan salah seorang pendiri AKP, Ali Babacan, mengumumkan secara resmi mundur dari keanggotaan AKP.
Babacan, semasa menjadi anggota teras AKP, pernah menjabat wakil perdana menteri, menteri keuangan, menteri luar negeri dan penanggung jawab perundingan dengan Uni Eropa.
Bersama Erdogan dan Abdullah Gul, Babacan membidani berdirinya AKP pada tahun 2001. AKP kemudian memenangi semua pemilu parlemen Turki mulai tahun 2002 hingga 2018 yang mengantarkan Erdogan menjadi perdana menteri dan kemudian presiden saat ini.
Mundurnya Babacan menandai mulai retaknya AKP yang selama ini dikenal sangat solid. Babacan diketahui banyak beda pendapat dengan Erdogan soal politik luar negeri, terutama terkait terlalu kuatnya Turki terlibat dalam konflik di Timur Tengah, seperti Suriah, Mesir dan Libya. Konflik ErdoganBabacan mencapai puncaknya ketika Babacan menolak keras keputusan Erdogan mengubah sistem politik Turki dari parlementer ke presidensial.
Keluarnya Babacan dari AKP merupakan ancaman terhadap Erdogan dan AKP. Disinyalir kuat, Babacan dan Gul segera mendirikan partai politik baru. Media Turki memberitakan Babacan dan Gul di satu pihak dan mantan PM Ahmet Davutoglu di pihak lain masih berbeda pendapat tentang ideologi partai. Babacan dan Gul ingin partai berideologi wasatiyah atau nasionalis religius yang bisa menampung kelompok Islamis dan sekuler. Davutoglu menghendaki partai berideologi Islam konservatif, mirip seperti AKP.
Para pengamat Turki mengatakan, partai baru dari pecahan AKP yang akan didirikan Babacan, Gul, dan Davutoglu dipastikan akan mengurangi perolehan suara AKP dan Erdogan pada pemilu 2023 jika tidak ada keputusan menggelar pemilu dini sebelum tahun 2023.