KABANJAHE, KOMPAS — Hingga Kamis (11/7/2019) malam, pembersihan jalur lahar hujan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, di Sungai Lau Borus masih berlangsung setelah lahar hujan menghantam dua desa di lereng Sinabung, Rabu malam. Pemerintah Kabupaten Karo menurunkan dua mobil pemadam kebakaran dan dua alat berat untuk membersihkan material yang terbawa lahar hujan yang didominasi kayu-kayu besar.
”Hingga malam ini, pembersihan jalur lahar masih berlangsung,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Natanail Perangin-Angin yang dihubungi dari Medan. Pembersihan dilakukan agar lahar hujan masuk ke jalurnya di sungai. Jika tidak segera dibersihkan, dikhawatirkan sungai meluap dan lahar hujan masuk ke permukiman jika hujan kembali datang.
Lahar hujan menghantam dua desa, yakni Desa Kutambaru dan Perbaji, Kecamatan Tiganderket, Karo, Rabu malam, setelah hujan mengguyur kawasan Sinabung pukul 18.30. Lumpur masuk ke beberapa rumah warga di Desa Kutambaru hingga setinggi 30 sentimeter, yakni rumah Johanes Sembiring, Jaka Surbakti, Juhen Sembiring, dan Masliani br Barus. Puskesmas Kutambaru juga terendam lumpur.
Lumpur menerjang permukiman warga setelah jalur lahar hujan Sungai Lau Borus dipenuhi material yang terbawa lahar. Material itu membuat sungai meluap sehingga lahar hujan masuk ke permukiman penduduk.
”Jalur utama Tiganderket-Kutabuluh sempat terputus. Akses utama menuju Desa Perbaji juga terputus karena material Sinabung menutupi jembatan menuju Desa Perbaji,” kata Natanail.
Kamis siang, warga bersama staf BPBD Karo dibantu personel TNI bergotong royong membersihkan material dan lumpur yang memenuhi rumah warga. Adapun pembersihan material di jalan dilakukan pada Rabu malam.
Jembatan menuju Desa Gurukinayan yang membelah Sungai Lau Borus juga hancur. Namun, kerusakan jembatan itu tidak memengaruhi aktivitas warga karena Desa Gurukinayan yang berada di zona merah telah lama dikosongkan.
Hingga saat ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, tingkat aktivitas Gunung Sinabung berada di level III atau Siaga per 20 Mei lalu. Dikutip dari situs Pemkab Karo, Karokab,go,id, masyarakat di sekitar sungai yang berhulu Gunung Sinabung diminta tetap mewaspadai potensi terjadinya lahar hujan.
Adapun aktivitas warga dilarang di desa-desa yang telah direlokasi, radius 3 kilometer dari puncak Sinabung, 4 kilometer untuk wilayah 5 kilometer selatan-timur Sinabung, dan 4 kilometer jarak timur-utara Sinabung.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat diminta menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan abu vulkanik, menutup sumber air atau tandon air, serta membersihkan atap rumah dari abu agar atap tidak roboh keberatan abu vulkanik.
Sisa letusan
Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG Armen Putra mengatakan, material yang dibawa lahar hujan kemarin adalah material letusan Sinabung tanggal 9 Juni lalu. Lahar mencapai permukiman karena sisa-sisa material dari lahar hujan sebelumnya telah menumpuk di sungai yang berhulu ke Sinabung sehingga sungai meluap. Tebing bibir sungai juga banyak yang runtuh sehingga sungai banyak yang melebar dari tiga meter menjadi lima meter.
”Sabo dam bahkan sudah tertutup material sehingga harus dilakukan pengerukan,” kata Armen.
Armen mengatakan, setahun terakhir, pola Sinabung berubah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya, Sinabung menghasilkan kubah lava yang terus membesar. Saat terjadi guguran, terjadi pula erupsi.
Adapun saat ini, kubah lava tidak terbentuk, Pertumbuhan kubah lava hanya terjadi pada periode 2015-2017. Pada pengukuran Januari 2018, kubah lava Sinabung tercatat mencapai 3.000 meter kubik.
Potensi erupsinya masih besar, terlihat dari gempa-gempa kecil yang masih muncul di Sinabung. Penumpukan energi berupa gas terjadi.
”Erupsi tiba-tiba bisa terjadi tanpa tanda-tanda seperti yang terjadi pada 9 Juni lalu. Seperti perut kembung yang tiba-tiba keluar gasnya,” kata Armen.