Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura mendeteksi sejumlah titik panas di beberapa daerah di Papua dan Papua Barat sejak 20 Juni 2019.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura mendeteksi sejumlah titik panas di beberapa daerah di Papua dan Papua Barat sejak 20 Juni 2019. Daerah-daerah tersebut antara lain Merauke, Jayapura, Fakfak, Serui, Nabire, Pegunungan Arfak, dan Tambrauw.
Hal ini disampaikan Prakirawan Cuaca Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Esri Romsumbre, saat ditemui di Jayapura, Kamis (11/7/2019).
Esri mengatakan, jumlah titik panas di setiap daerah belum terlalu signifikan, yakni satu titik hingga tiga titik. Namun, jumlah titik diperkirakan bertambah jika terjadi musim kemarau yang panjang. Dari data terakhir pada Kamis pukul 07.00 WIT, terdapat delapan titik panas yang tersebar di Merauke (7 titik) dan Kota Jayapura (1 titik).
"Titik panas banyak terdapat di Merauke karena sudah terjadi musim kemarau. Tak terjadi hujan di sana sejak pertengahan Mei lalu," papar Esri. Esri mengatakan, Merauke menjadi daerah yang diperkirakan akan meningkat jumlah titik panasnya. Suhu di Merauke saat ini mencapai 32 derajat celcius.
Dari data BBMKG Wilayah V Jayapura sepanjang 2015 hingga 2018, terdapat sebanyak 500 hingga 1.000 titik panas per tahun. Kondisi ini sangat berbahaya untuk aktivitas penerbangan di Merauke dan wilayah sekitarnya. Masyarakat setempat juga rawan terkena penyakit infeksi saluran pernapasan.
"Merauke berpotensi menjadi daerah dengan titik panas terbanyak karena musim kemarau yang panjang dari Mei hingga Oktober mendatang. Selain itu, banyak lahan pertanian di sana," tutur Esri.
Kepala BBMKG Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, pihaknya akan memantau perkembangan titik panas di Papua selama 24 jam. Ia pun mengimbau masyarakat agar lebih hemat menggunakan air saat musim kemarau dan masyarakat tidak membuka ladang dengan cara membakar lahan.
"Kami akan terus memberikan informasi terkait titik api ke pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah di wilayah yang terdapat titik api," katanya.
Kami akan menggunakan cara persuasif agar masyarakat menghentikan cara berladang dengan membakar lahan saat musim kemarau.
Manajer Pusat Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Jonathan Koirewoa mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan terkait adanya titik api di sejumlah daerah. Hal tersebut diduga akibat aktivitas masyarakat yang membuka areal pertanian dengan cara membakar lahan.
"Kami akan menggunakan cara persuasif agar masyarakat menghentikan cara berladang dengan membakar lahan saat musim kemarau," kata Jonathan.