CIANJUR, KOMPAS - Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA Rajamandala resmi beroperasi secara komersil di Cianjur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/7/2019). Keberadaan pembangkit tersebut kini dapat menopang kebutuhan listrik di kawasan Cianjur serta Kabupaten Bandung secara keseluruhan.
Presiden Direktur PT Rajamandala Electric Power Basuki Setiawan mengatakan, PLTA ini mampu menghasilkan listrik sebesar 47 megawatt. Jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan listrik di kawasan Cianjur, terutama pada sejumlah kawasan industri yang merupakan sektor kegiatan produktif.
"Beberapa kawasan industri seperti di Jalan Raya Ciranjang, pabrik sepatu dan lain-lain, kini bisa memaksimalkan kegiatan produksinya. Suplai listrik tambahan bisa dipenuhi selama dalam lingkup kawasan Cianjur-Cigereleng", kata Basuki, di Cianjur, Jawa Barat, Jumat sore.
Adapun proyek PLTA Rajamandala didukung oleh PT Indonesia Power, anak perusahaan dari PT PLN. Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Indonesia Power M Ahsin Sidqi mengatakan, keberadaan PLTA ini turut mendukung penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.
Ahsin menjelaskan, kebutuhan listrik di wilayah Jawa Barat sendiri selama ini mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. Dengan adanya PLTA Rajamandala, diharapkan sebagian wilayah dapat secara penuh bergantung pada pembangkit berbasis EBT.
"PLTU Suralaya yang menggunakan bahan bakar batu bara memang telah menjadi penopang kebutuhan listrik di Jawa Barat sejak 30 tahun terakhir. Dengan ini, kita perlahan mulai berpindah menggunakan pembangkit dari EBT," ucap Ahsin.
Direktur Aneka Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Harris, mengatakan, jumlah 47 megawatt dari PLTA Rajamandala memang masih terbilang kecil. Namun, memurut dia, jumlah tersebut cukup berarti untuk menopang kebutuhan listrik di sebagian wilayah.
"Saya pikir berapapun jumlah listrik itu, asal dihasilkan dari EBT, maka harus kita dukung. Apalagi PLTA berpotensi menghasilkan EBT paling besar dari sejumlah pembangkit alternatif saat ini," jelas Harris.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, hingga saat ini porsi EBT dari PLTA mencapai 6.265 megawatt. Sementara capaian porsi penggunaan EBT sebesar 9.761,5 megawatt per Desember 2018.
Ia menambahkan, capaian porsi EBT itu masih jauh dari target yang ditentukan Kementerian ESDM sebesar 23 persen pada 2025. Walau begitu, ia mengatakan, ada 75 proyek pembangkit EBT yang sedang dikejar targetnya hingga tahun 2025.
"Dari 75 proyek pembangkit listrik itu, ada delapan yang sudah sampai proses penandatanganan pada periode 2017-2018 lalu. Sementara 35 proyek lainnya juga masih dikejar hingga 2025 nanti," kata Harris.