LONDON, KAMIS - Simona Halep menunjukkan bahwa dia memiliki wilayah kekuasaan baru : lapangan rumput. Untuk pertama kalinya, Halep akan tampil dalam laga puncak Grand Slam di luar lapangan keras dan tanah liat saat bermain dalam final Wimbledon.
Kemenangan, 6-1, 6-3, atas Elina Svitolina pada semifinal di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Kamis (11/7/2019), membuat Halep menjadi petenis putri pertama Romania yang tampil di final Wimbledon. Kesempatan pertamanya untuk membawa pulang trofi berbentuk piring, bernama Venus Rosewater Dish, ini akan berlangsung Sabtu saat melawan Serena Williams. Serena mengalahkan Barbora Strycova, 6-1, 6-2.
“Luar biasa. Ini salah satu momen terbaik dalam hidup saya. Saya gugup saat menjalani pertandingan tadi, tetapi sudah siap dalam fisik dan mental ,” kata Halep.
Meski menjalani pertandingan yang cukup singkat, hanya dalam waktu 1 jam 13 menit, Halep mengatakan, skor tak merefleksikan bahwa laga itu dimenangi dengan mudah. “Setiap perebutan poin berjalan ketat dan cukup lama,” katanya.
Pencapaian Halep di All England Club kali ini melampaui hasil terbaiknya, semifinal pada 2014. Halep yang menjadi unggulan ketiga saat itu dihentikan Eugeni Bouchard.
“Saya yang sekarang berbeda dengan saya lima tahun lalu. Saat ini, saya punya lebih banyak pengalaman dan bukan lagi seorang yang gampang menyerah. Saya akan selalu berjuang hingga akhir,” kata Halep.
Perubahan sikap Halep, yang sempat merasa tak percaya dengan kemampuannya serta emosional, terjadi karena ada campur tangan Darren Cahill yang melatihnya pada 2016-2018. Cahill membuat petenis berusia 27 tahun itu lebih dewasa dan mengantarkannya pada final Grand Slam di dua jenis lapangan, yaitu tanah liat dan keras.
Petenis peringkat ketujuh dunia itu tampil pada final Perancis Terbuka 2017 dan menjuarainya setahun kemudian. Dia pun dikenal sebagai salah satu petenis putri terbaik di tanah liat saat ini.
Lima bulan sebelum juara di Roland Garros, Halep tampil di final Australia Terbuka.
Dengan pencapaian itu, Halep menjadi petenis nomor satu dunia pada 9 Oktober 2017-28 Januari 2018 dan 26 Februari 2018-27 Januari 2019.
Kerja sama keduanya berakhir ketika Cahill mengundurkan diri agar memiliki lebih banyak waktu dengan keluarganya di Australia. Namun, Halep tetap membawa nilai-nilai yang diajarkan Cahill yang juga pernah melatih Andre Agassi dan Lleyton Hewitt itu.
Di sela penampilan di Wimbledon, Halep mendapat tambahan semangat dari Cahill yang juga berada di London. Dalam foto bersama Cahill yang diunggahnya di media sosial, Halep menyebutnya sebagai pelatih terbaik. Cahill juga menonton langsung di stadion saat Halep tampil di semifinal.
Peluang Serena
Bagi Serena, final melawan Halep menjadi final ke-11 di Wimbledon. Serena membuka peluang kembali meraih gelar kedelapan di Wimbledon, sekaligus ke-24 di semua ajang Grand Slam. Jika itu terjadi, dia menyejajarkan namanya dengan Margaret Court sebagai petenis degnan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal.
“Menyenangkan kembali ke final. Ini bisa terjadi jadi karena saya selalu menyukai yang saya lakukan, yaitu bermain tenis. Saya bangun pagi setiap hari, berlatih, berusaha tetap sehat. Tidak semua orang bisa melakukan itu. Saya rasa, saya sudah melakukan yang bisa saya lakukan,” ujar Serena yang akan bersaing dengan Halep untuk ke-11 kalinya.
Dari level yunior, langkah tunggal putri Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, dihentikan unggulan ke-10 asal AS, Alexa Noel, pada perempat final. Priska kalah 6-7 (4), 2-6. (AFP)