Infeksi Rubela dan Kehamilan
Saya baru saja menjenguk teman sekerja yang melahirkan. Ini anak pertama yang sudah ditunggu lama. Dia amat bahagia, tetapi ada masalah serius yang dihadapinya. Anaknya menderita kecacatan akibat infeksi rubela sewaktu dia hamil. Menurut dokter spesialis anak, anaknya mengalami kelainan jantung berat serta gangguan pendengaran.
Setiap hari, saya sibuk dengan pekerjaan di sebuah bank swasta, tak banyak mengikuti informasi kesehatan. Pengalaman sahabat saya membuat saya khawatir. Saya berencana menikah 6 bulan lagi. Kami telah mempersiapkan pernikahan ini. Namun, persiapan kesehatan untuk menikah terlupakan.
Saya ingin mendapat penjelasan, apa yang harus kami lakukan agar tetap sehat dan kelak dapat mempunyai anak yang sehat. Saya tidak tahu apakah sewaktu kecil saya sudah mendapat imunisasi rubela. Apakah saya langsung dapat menjalani imunisasi itu? Apakah orang yang sedang hamil boleh menjalani imunisasi rubela? Apakah kecacatan bayi akibat rubela di Indonesia sering terjadi?
Kalau tidak salah, belum lama ini pemerintah telah melakukan imunisasi massal MR yang berarti imunisasi measles (campak) dan rubela (campak jerman). Namun, setahu saya, yang diimunisasi anak-anak. Kenapa tidak dilakukan imunisasi rubela untuk remaja putri? Apakah laki-laki juga perlu mendapat imunisasi rubela? Terima kasih atas penjelasan dokter.
N di J
Saya senang Anda memperhatikan kesiapan dari segi kesehatan dalam perencanaan keluarga Anda. Memang dalam mempersiapkan pernikahan jangan semata-mata memikirkan pesta. Diperlukan juga persiapan lebih menyeluruh dan jangka panjang.
Kita pernah membahas di ruang ini persiapan kesehatan untuk menikah. Kedua calon sebaiknya memeriksakan kesehatan sehingga jika ada penyakit dapat diobati. Pemeriksaan yang cukup penting termasuk pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit menular serta kelainan yang diturunkan, misalnya talasemia.
Pemeriksaan penyakit menular yang dianjurkan adalah hepatitis, HIV, sifilis, dan infeksi menular seksual lainnya. Penyakit sifilis sudah lama dikenal masyarakat, sempat menurun karena tersedianya obat penisilin, tetapi kini cenderung meningkat kembali. Ibu hamil yang tertular sifilis dapat melahirkan anak yang menderita kecacatan.
Anda benar, pada 2018 pemerintah melaksanakan kampanye imunisasi MR (morbilli/measles-rubela). Semua anak berumur 9 bulan sampai dengan 15 tahun mendapat imunisasi MR. Kampanye ini dimulai di Pulau Jawa, kemudian dilanjutkan ke seluruh Indonesia. Cakupan imunisasi di Pulau Jawa tinggi, melebihi 95 persen. Namun, di luar Pulau Jawa masih beragam, bahkan ada yang hanya 80 persen.
Masyarakat harus mendapat informasi yang benar tentang manfaat imunisasi, khususnya imunisasi MR. Morbili atau campak sudah dikenal masyarakat dan banyak di antara kita yang mengalaminya sewaktu kecil. Masyarakat beranggapan, ini penyakit yang biasa saja dan akan sembuh sendiri. Memang morbili dapat sembuh sendiri, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat kematian.
Padahal, menurut survei kesehatan rumah tangga di Indonesia, morbili menduduki peringkat ke-5 sebagai penyakit utama pada bayi dan anak berusia 1 sampai dengan 4 tahun. Hubungan penyakit morbili dan rubela cukup erat. Pada 2012 di Indonesia beberapa kali terjadi kejadian luar biasa (KLB) morbili. Pada KLB morbili itu ternyata pemeriksaan laboratorium menunjukkan 45 persen positif rubela.
Cara penularan rubela
Virus rubela ditularkan melalui droplet (butiran ludah) di udara. Gejala klinis yang menonjol adalah ruam kulit, pembengkakan kelenjar limfe biasanya di belakang telinga, serta nyeri sendi. Penderita juga mengalami demam, tetapi tidak tinggi, jarang melebihi 38,5 C. Sekitar 50 persen orang yang terinfeksi rubela tidak mengalami gejala. Terapi rubela hanya dengan obat penghilang gejala (simtomatik).
Rubela dapat berkomplikasi biasanya pada saraf. Komplikasi sering terjadi pada ibu hamil. Jika penularan rubela terjadi menjelang kehamilan atau pada kehamilan muda (trimester pertama), bayi yang lahir dapat mengalami kecacatan. Dalam ilmu kedokteran, kelainan ini disebut congenital rubella syndrome (CSR) atau sindrom rubela kongenital.
Sindrom rubela kongenital
Diperkirakan sekitar 85 persen bayi dari ibu hamil muda yang terinfeksi rubela akan mengalami komplikasi. Dapat terjadi keguguran atau kematian bayi. Bayi yang lahir dapat mengalami gangguan tuli, katarak, penyakit jantung, penyakit otak, retardasi mental, gangguan hati, limpa, dan tulang. Adapun gejala yang timbul lambat adalah diabetes, gangguan kelenjar tiroid (gondok), gangguan penglihatan, serta saraf. Sekitar 20 persen kasus infeksi rubela dapat berakhir dengan kematian. Jadi, memang infeksi rubela pada kehamilan merupakan masalah serius dan penularan infeksi harus dicegah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) berencana melakukan eliminasi morbili dan pengendalian rubela pada 2020. Kita di Indonesia juga bekerja keras untuk mengendalikan morbili rubela. Pembangunan negara kita membutuhkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan berbudi luhur.
Pemerintah berupaya menghilangkan kasus sindrom rubela kongenital dengan melakukan imunisasi MR pada bayi usia 9 bulan sampai anak usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 70 juta orang. Diharapkan imunisasi ini dapat menghasilkan antibodi yang melindungi tubuh dari penularan morbili rubela.
Kita berharap angka kejadian morbili dan rubela termasuk kejadian sindrom rubela kongenital akan menurun secara nyata. Untuk menurunkan kejadian morbili rubela, cakupan imunisasi MR harus tinggi, di atas 95 persen.
Karena itu, di masa depan kita berharap masyarakat memahami manfaat imunisasi MR sehingga akan memanfaatkan program imunisasi MR dengan sebaik-baiknya. Di negara-negara maju kejadian sindrom rubela kongenital amat jarang, bahkan sudah tidak ditemukan lagi.
Anda dapat berkonsultasi dengan dokter Anda tentang rencana imunisasi rubela. Perempuan yang akan menikah dianjurkan untuk imunisasi rubela agar punya antibodi terhadap rubela. Dokter Anda juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah sudah mempunyai antibodi rubela sehingga tidak perlu lagi diimunisasi.
Vaksin rubela adalah vaksin hidup yang tidak boleh diberikan kepada ibu hamil. Jika seseorang menjalani imunisasi rubela, selama 4 minggu setelah imunisasi, dia tidak boleh hamil. Laki-laki juga akan mendapat manfaat imunisasi rubela, risiko terkena rubela menurun sehingga tidak menjadi sumber penularan bagi istrinya. Saya berharap niat baik Anda menikah berjalan lancar.