LONDON, SABTU - Gelar juara Perancis Terbuka 2018 menjadi titik balik dalam karier Simona Halep yang membuatnya lepas dari beban berat. Dia pun lebih rileks dalam menjalani musim ini yang ternyata berdampak positif. Halep menggapai impian semua petenis, menjadi juara Wimbledon.
Kemenangan dalam final yang dicapai hanya dalam waktu 55 menit dengan mengalahkan Serena Williams, 6-2, 6-2, di All England Club, London, Inggris, Sabtu (13/7/2019), menunjukkan bahwa Halep bisa lebih baik dari tujuh kali juara Wimbledon itu. Dia menjadi petenis Romania pertama yang menjuarai Wimbledon.
Adapun Serena, kembali tertahan pada 23 gelar Grand Slam, tertinggal satu gelar dari Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal.
Halep telah mengalahkan sikap mental negatif yang selama ini menjadi penghalang untuk menjadi yang terbaik : tak memiliki rasa percaya diri. Sikap itu berubah setelah dia menjuarai Perancis Terbuka 2018 dalam final keempatnya di ajang Grand Slam. Tiga kegagalan didpatnya pada final Perancis Terbuka 2014, 2017, dan Australia Terbuka 2018.
Bagai beban berat terlepas dari pundaknya, Halep menjadi lebih rileks dalam menjalani kerier sebagai petenis profesional yang dijalani sejak 2006. Pun termasuk ketika tiba di All England Club, dua pekan lalu.
Ini menjadi impian ibu sejak saya berusia 10 tahun
Dia tak mudah marah saat membuat kesalahan dalam pertandingan, seperti yang sering terjadi tiga tahun lalu. Dalam menjalani latihan bersama Daniel Dobre, pelatihnya sejak Februari 2019, sikap Halep juga lebih santai dan lebih banyak tersenyum.
Mantan petenis peringkat kelima dunia, Daniela Hantuchova, menyebut, sikap tersebut menjadi kunci sukses Halep meski dia tak termasuk favorit juara di Wimbledon. Halep pun tak pernah menyebut-nyebut targetnya untuk menjadi juara.
“Ini menjadi impian ibu sejak saya berusia 10 tahun. Dia mengatakan, bahwa jika saya ingin berbuat sesuatu di tenis, saya harus menjadi juara Wimbledon,” kata Halep sambil mendekap Venus Rosewater Dish, trofi juara tunggal putri berbentuk piring yang terbuat dari perak.
Petenis yang mengakhiri musim 2017 dan 2018 sebagai petenis nomor satu dunia itu bekerja keras untuk mengubah pola pikir tak menyukai tampil di lapangan rumput. “Ya, tadinya saya tak suka karena lapangan ini membuat sulit untuk berlari dan tak bisa meluncur. Tetapi, saya berusaha untuk berubah. Sekarang, saya tak sabar untuk kembali ke sini pada tahun depan,” katanya.
Perubahan itu tampak jelas ketika melawan Serena yang sembilan kali mengalahkannya dari 10 pertemuan. Gerakan kakinya sangat cepat hingga bisa mengejar bola kemana pun diarahkan. Itu termasuk ketika Serena berusaha mengubah-ubah taktik, memukul dengan sudut tajam atau menempatkan bola ke depan net dengan drop shot.
Selamat Simona atas kerja kerasnya
Dengan kelincahannya di lapangan yang sering membuat petenis kehilangan keseimbangan saat berlari ini, Halep bisa mengubah posisinya dalam bertahan menjadi menyerang dengan cepat. Pada set pertama misalnya, setelah bertahan jauh di belakang baseline, Halep memperoleh winner dari half volley di depan net, berkat usahanya berlari kencang dari belakang lapangan. Dia pun langsung unggul, 4-0, dengan dua kali mematahkan servis Serena.
Serena berusaha bangkit pada set kedua dengan servis hingga kecepatan 197 kilometer per jam. Namun, itu tak cukup karena dia juga membuat banyak kesalahan hingga ibunya menggeleng-gelengkan kepala di tribun tim. Serena membuat 25 unforced error, jauh lebih banyak dari tiga yang dibuat Halep.
“Kamu bermain sangat baik, saya sampai tak bisa melakukan apa-apa. Selamat Simona atas kerja kerasnya,” puji Serena diiringi tawa penonton.
Gelar kedua di arena Grand Slam ini menjadi pembuktian bahwa Halep mampu mempertahankan kedewasaan sikap yang dibentuk oleh Darren Cahill, pelatihnya pada 2016-2018. Halep pernah mengalami masa-masa sulit setiap kali harus bermain hingga set ketiga.
Terima kasih Darren karena telah datang untuk mendukung saya
Oleh Cahill, dia dinilai tak percaya pada kemampuannya sendiri meski selalu memiliki potensi untuk juara. Pelatih asal Australia itu, bahkan, pernah absen melatih sekitar dua bulan karena Halep tak juga mengubah sikaptnya. Sosok yang pernah melatih Lleyton Hewitt, Ana Ivanovic, Fernando Verdasco, dan Hantuchova itu akhirnya berhasil memperbaiki mental Halep.
Cahill, yang tak lagi melatih karena fokus mendampingi keluarganya di Australia, disebut Halep sebagai orang istimewa. “Terima kasih Darren karena telah datang untuk mendukung saya. Karena Anda, saya belajar menjadi orang yang lebih baik,” katanya. (AFP)