Empat puluh tujuh tahun lalu sudah ada keluhan soal minimnya sarjana fisika. Bayangkan saja, di tahun 1972 atau 27 tahun setelah Indonesia merdeka, hanya ada sekitar 300 sarjana fisika di Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 80 orang adalah sarjana fisika lulusan ITB.
Jumlah yang sangat minim jika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia. Sangat minim pula jika dibandingkan dengan kebutuhan negara yang sedang membangun seperti Indonesia.
Namun, itulah kenyataannya. Hingga saat ini pun fisika tidak menjadi bidang ilmu prioritas dalam pendidikan tinggi kita. Minat calon mahasiswa juga sangat minim untuk masuk program studi ini dibandingkan bidang ilmu lain. Padahal, fisika adalah ilmu yang sangat menarik. Ada adagium, seluas jagat raya, seluas itulah ilmu fisika.
Berdasarkan data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, program studi (prodi) terbanyak yang ada di perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia saat ini adalah program studi pendidikan, yakni 5.023 prodi. Program studi terbanyak berikutnya adalah ilmu sosial dengan 2.975 prodi, teknik 2.884 prodi, ekonomi 2.126 prodi, dan agama 1.243 prodi.
Berdasarkan pemeringkatan QS World University Rankings by Subject 2013, kualitas jurusan fisika di Indonesia juga bisa membuat bangga. Memang, di tingkat dunia, Indonesia belum masuk unggulan. Masih jauh dibandingkan peringkat lima besar dunia, yakni Institut Teknologi Massachusetts (MIT) di Amerika Serikat (AS), Universitas Cambridge di Inggris, Universitas Harvard, Universitas Stanford, dan Universitas California, Berkeley, di AS.
Di Indonesia, perguruan tinggi terbaik untuk jurusan fisika berdasarkan pemeringkatan itu adalah Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Kualitas pendidikan di Indonesia sudah mumpuni, tinggal keinginan pemerintah untuk mengembangkan jurusan ilmu fisika dan mendorong generasi milineal menekuni ilmu fisika. (THY)