Tujuh petugas pemadam kebakaran diserang massa, yang diduga perambah liar, setelah berjuang memadamkan kebakaran hutan pada area okupansi di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Tujuh petugas pemadam kebakaran diserang massa setelah berjuang memadamkan kebakaran hutan pada area okupansi di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Hingga Senin (15/7/2019), para korban masih dirawat di rumah sakit. Tim penyidik Kepolisian Daerah Jambi pun diterjunkan untuk mengamankan dan menyelidiki kasus itu ke lokasi kejadian.
Ketujuh korban penganiayaan massa tersebut merupakan tim reaksi cepat pemadam kebakaran PT Wira Karya Sakti (WKS), anak usaha Sinar Mas Forestry, dan anggota Satuan Tugas Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla) dari Komando Resor Militer 042/Garuda Putih yang menjalankan tugas pemantauan kebakaran hutan dan lahan.
Mereka bahkan sempat melarang tim memadamkan api. Namun, tim kami tetap bekerja sampai api akhirnya padam.
Komandan Korem 042/Garuda Putih Kolonel (Arh) Elphis Rudi mengatakan, timnya mendapat laporan adanya titik api di areal hutan tanaman industri PT WKS. Sebagai tim satgas karhutla, dikerahkanlah sejumlah anggota untuk mengecek ke lokasi kebakaran.
Sesampainya di lokasi, Jumat (12/7/2019), didapati api mulai menyebar seluas 10 hektar. Melihat kondisi itu, tim bergerak cepat untuk memadamkan api. Sewaktu upaya pemadaman masih berjalan, sejumlah orang yang diduga perambah liar berupaya menghalang-halangi petugas. ”Mereka bahkan sempat melarang tim memadamkan api. Namun, tim kami tetap bekerja sampai api akhirnya padam,” katanya.
Setelah api padam, tim pun beristirahat di kamp perusahaan di Distrik VIII, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Saat itu, telah didatangkan pula tim dari Polda Jambi untuk berjaga mengantisipasi ancaman konflik.
Satu hari setelahnya, Sabtu (13/7/2019) sore, massa berjumlah lebih dari 100 orang mendatangi kamp. Mereka membawa bambu, tongkat besi, parang, dan senapan api. Tim lalu menyerang para petugas yang tengah berjaga.
Selain dipukuli, HP (telepon) saya juga dirampas.
Melihat massa datang dengan senjata, karyawan setempat pun berlarian menyelamatkan diri, sedangkan para petugas keamanan berupaya menghadang. Namun, dalam kondisi terdesak, mereka dianiaya. ”Saya tidak sempat lari karena dipukuli massa. Ada yang pakai bambu, pakai besi, dan kecepek (senapan api tradisional),” kata Sucipto, salah seorang anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Karhutla PT WKS.
Selain menyerang para petugas, massa juga menjarah dan merusak peralatan kantor dalam kamp. Sejumlah sepeda motor, komputer, dan telepon genggam petugas raib dibawa massa. Belasan motor lainnya dirusak. ”Selain dipukuli, HP (telepon) saya juga dirampas,” ujar Ricky, korban lainnya.
Dalam peristiwa itu, 4 anggota satgas karhutla dari Korem dan 3 anggota TRC PT WKS terluka. Hingga Senin sore, ketujuh korban tersebut masih dirawat di Rumah Sakit Bratanata, Kota Jambi.
Menurut Elphis, perambahan yang terjadi di areal kerja perusahaan itu sudah terorganisasi. Mereka membentuk organisasi Serikat Mandiri Batanghari (SMB). Pembukaan kebun oleh kelompok itu dilakukan dengan cara membakar. ”Praktik ini yang tidak bisa kami maklumi. Pencegahan dan pemadaman harus kami lakukan sedini mungkin,” ujarnya seraya berharap aparat kepolisian serius menangani kasus tersebut.
Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jambi Ajun Komisaris Besar Kuswahyudi Tresnadi telah ada tim yang dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mengamankan situasi dan menyelidiki kasus tersebut. ”Tim masih berjaga di lapangan. Hari ini kondisi terkendali,” katanya.
Humas PT WKS Taufiqurrohman membenarkan peristiwa itu. Pihaknya berharap polisi menindak tegas para pelaku penganiayaan dan penjarahan, serta menindak aktor utama di balik perambahan liar di sana.