Indonesia sedang memperkuat kehadirannya di Pasifik. Untuk itu, penting bagi Indonesia memberikan solusi bagi negara-negara di kawasan itu.
Berpuluh-puluh tahun silam, dalam Perang Dunia II, Pasifik adalah salah satu titik pertempuran penting. Di Eropa, Sekutu bertarung dengan kekuatan Nazi Jerman, sementara di Pasifik, Sekutu, terutama Amerika Serikat, berhadapan dengan militer Jepang. Serangan yang dilakukan Jepang terhadap pangkalan militer AS di Pearl Harbour, Hawaii, pada Desember 1941, menjadi titik awal keterlibatan AS dalam Perang Dunia II.
Dengan demikian, tampak bahwa sejak dulu, Pasifik tidak bisa diabaikan. Wilayah perairan luas yang memisahkan benua Amerika dengan Asia ini memegang peranan krusial dalam dinamika geopolitik.
Peran penting Pasifik kini semakin terasa ketika pertumbuhan ekonomi dunia beralih dimotori oleh negara-negara di Asia-Pasifik. Maka, muncullah konsep Indo-Pasifik.
Sejumlah pihak mengembangkan sendiri-sendiri gagasan kerja sama dalam bingkai Indo-Pasifik tersebut. Di tengah situasi ini, Indonesia berusaha memotori model kerja sama Indo-Pasifik yang lebih terbuka, tidak eksklusif, dan mengutamakan kesejahteraan bersama.
Dalam konteks inilah, upaya Indonesia untuk terus memperkuat kehadirannya di Pasifik, yang sesungguhnya telah dimulai bertahun-tahun silam, sangat pas. Di tengah upaya untuk menjaga agar Indo-Pasifik (kawasan yang meliputi Samudra Hinda dan Pasifik) tidak menjadi kancah pertarungan yang kontraproduktif sehingga mengancam perdamaian dan kesinambungan pertumbuhan, RI sudah sepantasnya untuk juga lebih spesifik berperan di Pasifik.
Negara-negara kecil yang tersebar di Pasifik merupakan mitra. Sebagaimana terungkap dalam berita mengenai kegiatan Eksposisi Pasifik 2019 di Selandia Baru pada harian ini, ada tiga isu besar di Pasifik, yakni konektivitas, perubahan iklim, dan kapasitas sumber daya manusia. Memperkuat kehadiran di Pasifik, RI berarti harus menjadi solusi: membantu negara-negara di Pasifik untuk menangani ketiga isu.
Eksposisi Pasifik 2019 melibatkan lebih kurang 20 negara dan wilayah khusus di Pasifik, dengan acara antara lain pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Bagaimanapun, hal pertama yang memang mendesak dilakukan RI sekarang ialah terus menjalin kesepahaman sebaik mungkin dengan pemerintah negara-negara Pasifik. Pertukaran warga dan budaya merupakan salah satu bentuk untuk mewujudkan kesepahaman itu.
Lewat kesepahaman yang mendalam, akan terbangun rasa saling percaya yang kuat. Berbagai peluang kerja sama pun terbuka setelah hal tersebut terwujud. Dengan cara ini, pemerintah dan masyarakat di negara-negara di Pasifik diharapkan sungguh merasakan bahwa Indonesia adalah sahabat dan kehadirannya bisa menjadi bagian dari solusi.