Wisata Kapal Pesiar ke Cirebon Terhambat Infrastruktur Pelabuhan
›
Wisata Kapal Pesiar ke Cirebon...
Iklan
Wisata Kapal Pesiar ke Cirebon Terhambat Infrastruktur Pelabuhan
Pariwisata kapal pesiar di Kota Cirebon, Jawa Barat terkendala infrastruktur pelabuhan. Dalam lima tahun terakhir, hanya dua kapal pesiar berlabuh di Cirebon. Padahal, kota di pesisir utara Jawa ini kaya sejarah, seni, dan budaya, termasuk tiga keraton berusia ratusan tahun.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pariwisata kapal pesiar di Kota Cirebon, Jawa Barat, terkendala infrastruktur pelabuhan. Dalam lima tahun terakhir, hanya dua kapal pesiar berlabuh di Cirebon. Padahal, kota di pesisir utara Jawa ini kaya sejarah, seni, dan budaya, termasuk tiga keraton berusia ratusan tahun.
Pada Senin (15/7/2019) pagi, kapal Silver Discoverer yang membawa 98 turis tiba di Pelabuhan Cirebon sekitar sembilan jam. Turis itu berasal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Portugal. Meski demikian, hanya 80 turis yang mengikuti tur keliling Cirebon.
Mereka menggunakan perahu karet untuk bersandar di pelabuhan karena kedalaman kolam pelabuhan minus 6 meter low water spring (LWS). Kapal berukuran 5.218 gros ton (GT) itu hanya melempar jangkar di tengah laut. Ketiadaan dermaga penumpang membuat turis menepi di antara perahu karet polisi.
Ari Tampubolon dari Cruise Asia, yang menjadi penanggung jawab kunjungan turis ke Cirebon tersebut, mengatakan, Cirebon menjadi salah satu tujuan kapal pesiar karena memiliki kekayaan sejarah, seni, dan budaya. ”Turis tertarik ke sini. Bahkan, mereka meminta naik becak karena tempat wisatanya berdekatan,” ujarnya.
Sebelumnya, kapal bertolak dari Benoa, Bali, lalu menuju Probolinggo, Semarang, Cirebon, Kotawaringin Barat, dan berakhir di Singapura. ”Tahun 2016, kami juga mampir ke Cirebon dengan jumlah turis hampir sama dengan sekarang. Dulu, 2012 dan 2013, kami sampai empat kali setahun ke Cirebon. Sekarang, tiga tahun sekali,” ujarnya.
Hanya saja, menurut Ari, minimnya infrastruktur di Pelabuhan Cirebon menjadi kendala kapal pesiar ke pesisir utara. ”Terminal penumpang juga belum tersedia. Padahal, ruang tunggu bagi turis sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Perpelabuhan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Cirebon Rudy Juanto mengakui, infrastruktur di pelabuhan masih kurang untuk mendukung kedatangan kapal pesiar. Namun, pihaknya tetap mengutamakan keselamatan penumpang kapal pesiar yang berkunjung ke Cirebon.
”Dalam lima tahun terakhir, hanya dua kapal pesiar yang datang ke sini. Setiap bulan, rata-rata 100 kapal bersandar ke Pelabuhan Cirebon. Sekitar 80 persen membawa muatan batubara,” ujarnya.
Menurut Rudy, Kementerian Perhubungan bersama PT Pelindo II Cabang Cirebon telah menyiapkan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) untuk merevitalisasi Pelabuhan Cirebon. Revitalisasi akan menambah kedalaman kolam pelabuhan hingga lebih dari 10 meter LWS sehingga kapal pesiar dapat bersandar.
”Saat ini, revitalisasi menunggu analisis mengenai dampak lingkungan pengembangan pelabuhan. Selain membangun terminal curah kering untuk batubara, revitalisasi juga akan membangun terminal penumpang mulai 2022,” ujarnya.
Para turis menari bersama penari di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (15/7/2019). Sekitar 80 turis berwisata ke Cirebon menggunakan kapal pesiar Silver Discoverer. Selain Keraton Kacirebonan, para turis juga berwisata ke Pasar Kanoman dan Keraton Kasepuhan.Wisata sejarah
Sementara itu, para turis kapal pesiar Silver Discoverer sesampainya di dermaga selanjutnya dijemput becak menuju Keraton Kasepuhan, sekitar 2 kilometer dari pelabuhan. Setelah menikmati bangunan keraton yang sudah berdiri sejak abad ke-15 itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Pasar Kanoman, 750 meter dari Keraton Kasepuhan. Di pasar yang berdekatan dengan Keraton Kanoman itu para turis berbelanja.
Selanjutnya, mereka mengunjungi Keraton Kacirebonan, sekitar 1 kilometer dari Pasar Kanoman. Sultan Kacirebonan IX Abdul Gani Natadiningrat turut menyambut para turis. Tarian tradisional, seperti Tari Topeng, Tari Sintren, dan Tari Tayub, juga disajikan bagi wisatawan mancanegara tersebut. Setelah menaiki becak, para turis lalu berangkat ke kawasan batik Trusmi dan Goa Sunyaragi menumpang bus.
Sultan Kacirebonan IX Abdul Gani Natadiningrat mengapresiasi kedatangan turis dan kapal pesiar di Cirebon. ”Kami senang dan terbuka dengan wisatawan mancanegara. Cirebon ini kota bersejarah dari Kerajaan Padjadjaran, masuknya agama Islam, penjajahan Belanda, hingga termasuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Dalam sejumlah kesempatan, Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati berkomitmen menjadikan Cirebon sebagai kota tujuan wisata. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, pada 2017, jumlah wisma ke Cirebon tercatat 11.558 wisman. Jumlah ini anjlok dibandingkan tahun 2012, yakni 20.618 wisman.