Stasiun Klimatologi Jembrana, Bali, meprediksi kekeringan di Bali masih berlanjut. Hujan akan minim turun dimungkinkan sampai bulan Agustus mendatang. Hingga Selasa (16/7/2019), sejumlah lembaga atau instansi terkait urusan kekeringan ini terus berkoordinasi mendata desa yang kekeringan sehingga memerlukan distribusi mobil tangki air bersih.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
JEMBRANA, KOMPAS — Stasiun Klimatologi Jembrana, Bali, memprediksi kekeringan di Bali masih berlanjut. Hujan akan minim turun dimungkinkan sampai Agustus mendatang. Hingga Selasa (16/7/2019), sejumlah lembaga atau instansi terkait urusan kekeringan ini terus berkoordinasi mendata desa yang kekeringan sehingga memerlukan distribusi mobil tangki air bersih.
Hal ini juga terkait pemberian peringatan dini untuk fenomena kekeringan yang masih berlangsung di wilayah Pulau Bali sejak Mei lalu. Sebanyak enam kabupaten dari sembilan kabupaten/kota masih rawan kering. Kekeringan di satu kabupaten (Buleleng) ini diperkirakan 90 hari ke depan mulai dari 10 Juli.
Kabupaten yang mengalami lebih dari sebulan adalah Kabupaten Buleleng, Badung, Klungkung, Karangasem, Bangli, dan Kota Denpasar. Stasiun Klimatologi Jembrana memberikan atensi kepada tiga daerah di Kabupaten Buleleng, Sambirenteng (diperkirakan kekeringan 93 hari), Puncaksari (73 hari), dan Sumber Klampok (72 hari).
”Kemungkinan kekeringan meteorologis masih berlanjut hingga Agustus. Peringatan dini ini diharapkan menjadi bahan kebijakan untuk mitigasi selanjutnya bagi pemerintah provinsi ataupun daerah setempat,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana Rahmat di Jembrana, Selasa (16/7/2019).
Indikasi kekeringan ini di Pulau Bali sudah berjalan mulai Mei hingga Selasa ini. Fenomena ini memiliki kemiripan pada tiga tahun terakhir meski dengan perbedaan durasi kekeringan. Namun, secara lokasi, berdasarkan data Stasiun Klimatologi Jembrana, lanjut Rahmat, indikasi ini diprediksi kemungkinan adanya perubahan atmosfer.
Kemungkinan kekeringan meteorologis masih berlanjut hingga Agustus. Peringatan dini ini diharapkan menjadi bahan kebijakan untuk mitigasi selanjutnya bagi pemerintah provinsi ataupun daerah setempat.
Sekolah lapang iklim
Otomatis potensi kekeringan ini memengaruhi utamanya pada pertanian dan perkebunan. Menurut rencana, stasiun menjadwalkan gelar sekolah lapang iklim akhir Juli ini. Sekolah lapang ini merupakan bagian dari upaya mitigasi dan belajar bersama mengenai fenomena alam, seperti perubahan iklim. Sekolah tersebut akan diikuti di antaranya petugas penyuluh lapangan untuk pertanian dan perkebunan agar memahami potensi klimatologi yang tengah terjadi atau fenomenanya.
Data Peringatan Dini Kekeringan Prov Bali pada 10 Juli 2019:
daerah tidak hujan berturut-turut lebih dari 30 hari, sebagai berikut :
1. Kabupaten Buleleng (Tukad Mungga, Pucak Sari, Tista, Sumber Klampok, Patas, Celukan Bawang, Banyupoh, Tejakula, Sambirenteng/Gretek)
2. Kabupaten Badung (Jimbaran, Nusa Dua, Kapal)
3. Kota Denpasar (Sanglah, Suwung Kangin)
4. Kabupaten Klungkung (Sampalan, Prapat)
5. Kabupaten Karangasem (Seraya Timur, Sukadana, Tianyar)
6. Kabupaten Bangli (Toya Bungkah, Trunyan)
dengan teratas yaitu :
1. Kabupaten Buleleng 93 Hari (Sambirenteng)
2. Kabupaten Buleleng 73 Hari (Pucaksari)
3. Kabupaten Buleleng 72 Hari (Sumber Klampok).
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Made Rentin terus berupaya dan berkoordinasi menanggapi peringatan dini kekeringan di enam kabupaten tersebut.
Selanjutnya, bersinergi dengan BPBD Kab/Kota untuk menurunkan tim gabungan dengan menyasar titik-titik tersebut. Senantiasa mengimbau masyarakat agar melakukan upaya penghematan konsumsi air bersih.
Salah satunya, pada Sabtu (13/7/2019), petugas BPBD Karangasem bersama BPBD Bali dan PMI Karangasem mendistribusikan air bersih sebanyak 2 unit tangki air di Desa Nawa Kerti, Karangasem. Pengiriman ini berdasarkan permohonan kepala desa setempat.