Kayu Curian Kembali Diseludupkan di Rimbang Baling
›
Kayu Curian Kembali...
Iklan
Kayu Curian Kembali Diseludupkan di Rimbang Baling
Pembalakan liar di hutan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, terus berlangsung. Pada Senin (15/7/2019), ribuan log kayu curian kembali mengalir di Sungai Subayang yang membelah suaka margasatwa itu.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
BANGKINANG, KOMPAS – Pembalakan liar di hutan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, terus berlangsung. Pada Senin (15/7/2019), ribuan log kayu curian kembali mengalir di Sungai Subayang yang membelah suaka margasatwa itu.
Kondisi itu menjadi ironi karena sehari sebelumnya, Balai Besar Konservasi Daya Alam Riau, menggelar acara cinta alam melibatkan ratusan pelajar dan mahasiswa se-Riau di dua desa dalam areal suaka konservasi harimau Sumatera itu. Acara bertajuk “Millenial Jungle Track “ itu bahkan ikut dibuka Kepala Kepolisian Resor Kampar Ajun Komisaris Besar Andri Ananta Yudhistira.
“Semalam turun hujan sehingga aliran air Sungai Subayang naik lebih tinggi dari sebelumnya. Kondisi itu dimanfaatkan para penebang di hutan untuk mengalirkan kayu ke pelabuhan rakyat di Desa Gema. Nanti sore, ribuan kayu log dan sebagian sudah diolah akan menumpuk di Gema. Kalau penegak hukum mau bergerak, inilah saatnya,” kata Suhardi (34), warga Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kampar pada Selasa (16/7) pagi.
Pengamatan Kompas pada Minggu (14/7), di dermaga rakyat aliran Sungai Subayang, Desa Gema, nyaris tidak terlihat tumpukan kayu yang berasal dari tebangan liar hutan Rimbang Baling di hulu sungai. Namun, masih ada sisa-sisa puluhan kayu log yang belum sempat terangkut.
“Pada Jumat sore sebelum acara Jungle Track, kayu sudah dinaikkan ke truk di Gema. Ada delapan truk. Pada Sabtu dinihari, seluruh truk itu bergerak menuju pengolahan kayu di Teratak Buluh, perbatasan Kota Pekanbaru,” ujar Suhardi.
Sebelumnya, pada Kamis (11/7), tim Reserse Kriminal Khusus Polda Riau yang dipimpin Kepala Sub Direktorat IV Komisaris Andi Yul, berhasil menangkap dua unit truk kayu yang melintas di jalur Lipat Kain – Kota Pekanbaru. Berdasarkan keterangan sopir truk yang masih ditahan sampai Selasa ini, kayu diangkut dari Gema dan berasal dari SM Rimbang Baling.
Pada 24 Juni 2019, Polda Riau juga menangkap tiga unit truk kayu ilegal dari SM Rimbang Baling. Penangkapan ini bahkan sempat mendapat perlawanan dari puluhan masyarakat yang mengaku pemilik kayu.
“Memang kasus ini sulit untuk diberantas. Namun, kami tetap melakukan upaya penegakan hukum,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau, Komisaris Besar Gidion Arif Setiawan, Selasa siang.
Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Andri Hansen Siregar, yang dihubungi terpisah mengatakan, sudah mendapat informasi tentang maraknya pengiriman kayu dari hutan Rimbang Baling melalui Sungai Subayang. Ia mengatakan, informasi itu sudah disampaikan kepada Bidang Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Andri tidak bersedia berkomentar banyak terhadap fenomena maraknya peredaran kayu curian dari SM Rimbang Baling yang menjadi daerah tanggungjawab operasinya. Persoalan pembalakan liar disana, katanya, sangat kompleks karena melibatkan ratusan penduduk yang bermukim di desa-desa di sepanjang aliran Sungai Subayang.
Peredaran kayu curian dari SM Rimbang sangat tergantung dengan ketinggian muka air Sungai Subayang
Berdasarkan pengamatan Kompas selama beberapa tahun terakhir, peredaran kayu curian dari SM Rimbang sangat tergantung dengan ketinggian muka air Sungai Subayang. Disaat musim hujan, air sungai cukup dalam sehinggga mudah mengalirkan kayu dari hulu ke hilir. Namun, mendekati puncak musim kemarau pada Agustus mendatang, aliran air sungai yang jernih dan berbatu itu semakin kecil sehingga menyulitkan pengiriman kayu.
Penyelamatan milenial
Sementara itu, dalam kegiatan “Millenal Jungle Track”, peserta menyusuri sebagian areal hutan Rimbang Baling dan aliran Sungai Subayang dari Desa Muara Bio menuju Desa Tanjung Belit sejauh sembilan kilometer. Sebagian besar peserta adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai wilayah di Riau.
“Kami mengundang anak milenal mengenal alam Rimbang Baling. Ambil gambar alam sebanyak-banyaknya dan kemudian kirimkan gambar itu ke media sosial. Kami ingin mereka menumbuhkan rasa kecintaan terhadap alam Rimbang Baling,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Suharyono.
Riri (20), mahasiswa kedokteran salah satu universitas di Kota Pekanbaru, takjub melihat keindahan alam hutan Bukit Rimbang Baling. Ia tidak menyangka, di Riau masih terdapat hutan alam yang sangat indah dengan aliran sungai yang berair jernih.
“Selama ini saya mengira seluruh hutan di Riau sudah rusak dan tidak memiliki aliran sungai jernih. Semoga alam indah ini tidak dirusak oleh manusia,” kata Riri.