Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali mendata hingga pukul 14.00 Wita, Selasa (16/7/2019), lima orang terluka dan 28 bangunan rusak. Laporan ini merupakan dampak dari gempa magnitudo 5,8 yang mengguncang Bali sekitar 30-40 detik pada pukul 08.18 Wita, Selasa pagi.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali mendata, hingga pukul 14.00 Wita, Selasa (16/7/2019), sebanyak lima orang terluka dan 28 bangunan rusak. Laporan ini merupakan dampak dari gempa bermagnitudo 5,8 yang mengguncang Bali sekitar 30-40 detik pada Selasa pukul 08.18 Wita.
Gempa yang berpusat di 83 kilometer barat daya kawasan Nusa Dua, di sisi selatan Pulau Bali, dirasakan merata oleh masyarakat di sembilan kabupaten/kota Pulau Bali. Kepala sekolah sejumlah sekolah, terutama sekolah dasar, memulangkan anak murid mereka seusai gempa guna mengantisipasi ada gempa susulan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali I Made Rentin menjelaskan, sesegera mungkin pihaknya memperbaharui data jika ada perubahan. ”Hingga pukul 14.00 Wita ini, tidak ada laporan korban meninggal dunia,” katanya.
Tiga orang yang terluka adalah siswa dan guru SD 1 Ungasan, Kabupaten Badung Bali, yakni Ni Nengah Sukensi (guru), Gading Eka Paksi (murid kelas 4), dan Kadek Suryawati (murid kelas 3). Dua korban luka lainnya adalah siswa SMPN 5 Mendoyo, Jembrana.
Rentin mengatakan, pendataan kerusakan yang terjadi terus dilakukan. Data sementara hingga pukul 14.00 terjadi kerusakan pada 28 bangunan di sejumlah kabupaten. Kerusakan terbanyak ada di Kabupaten Badung.
Di Kabupaten itu, sebanyak 20 bangunan rusak, di antaranya SD Negeri 1 Ungasan, Kantor Kecamatan Kuta, Hotel Mercure Nusa Dua, Alfamart Jalan Bali Cliff 48 Ungasan, SMPN 5 Kuta Selatan, SMPN 2 Ungasan, dan SMP Negeri 2 Kuta Selatan.
Selain itu, Kantor Kecamatan Kuta Selatan, SDN 1 Tuban, SDN 2 Tuban, Gedung Serbaguna Desa Adat Tuban, Banjar Tuban Griya, serta Kantor Bea dan Cukai Tuban.
Kerusakan juga terjadi di Kabupaten Jembrana, yakni bangunan SD 1 Yeh Sumbul dan SMP 5 Mendoyo.
Adapun di Kabupaten Buleleng, sebuah rumah di Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, roboh. Satu lagi rumah di Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, rusak.
Di Kabupaten Tabanan, sebuah angkul-angkul api surang roboh di Banjar Nyuh Gading, Desa Mundeh, Kecamatan Selemadeg Barat. Di Kabupaten Giantar, plafon bangunan Lembaga Pemasyarakatan Gianyar jebol dan ornamen pada atap gedung DPRD Kabupaten Gianyar patah dan beberapa genteng pecah.
Adapun di Denpasar beberapa bata merah di Pura Lokanatha Lumintang runtuh. Sejauh ini masih dilakukan pengecekan lebih detail.
Gempa juga dirasakan kuat di Kabupaten Bangli, Karangasem, dan Klungkung, tetapi belum ada laporan kerusakan di kabupaten itu
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Samudra Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara. Awalnya BMKG menyatakan kekuatan gempa bermagnitudo 6, tetapi kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi M 5.8.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 9,08 Lintang Selatan dan 114,55 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 80 km arah selatan Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, pada kedalaman 104 kilometer.
Gempa bumi dengan pusat di selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara ini, berdasarkan kedalaman hiposenternya, merupakan gempa bumi berkedalaman menengah yang diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia.
Hasil analisis mekanisme gempa menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis naik mendatar (oblique thrust fault).
Bergetar
Wayan Gendra, warga Badung, mengatakan, saat gempa terjadi, dirinya merasakan getaran. Ia tidak merasakan guncangan atau gelombang, tetapi getaran.
”Seisi rumah seperti bergetar dan gelas-gelas seperti bergemericik suaranya. Tetangga pun memukul kentongan. Saya merasakan getaran itu lebih dari 20 detik dan itu cukup lama terasa,” tuturnya.
Kepala Stasiun Geofisika Denpasar Ikhsan mengatakan, alat perekam menunjukkan gempa berdurasi sekitar 30 detik hingga 40 detik. Gempa pada Selasa pagi itu mempunyai kekuatan yang berbeda di tiap daerah di Bali. Namun, getarannya menjalar ke semua arah di permukaan bumi.
Efeknya tergantung dari kondisi batuan di setiap daerah. Daerah Kuta, misalnya, yang berada di wilayah selatan Bali, jenis batuannya aluvium, maka efek getaran dapat dirasakan lebih kuat dibandingkan dengan daerah lainnya karena titiknya juga berada di wilayah selatan.
Berkaca dari gempa ini, Rentin berharap simulasi bencana alam, seperti gempa, dapat gencar dilatihkan kepada semua masyarakat. Simulasi itu perlu dimasukkan dalam agenda mahasiswa yang tengah KKN ke desa-desa. Hal ini untuk mendukung upaya penanggulangan bencana dan melatih agar masyarakat sadar bencana serta tidak panik ketika benar-benar menghadapi fenomena alam seperti gempa.