Kementerian Pertanian memprediksi kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini tidak akan bertahan lama. Harga cabai akan stabil bahkan diprediksi turun drastis seiring datangnya musim panen raya yang terjadi secara serentak di sejumlah sentra produksi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·2 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kementerian Pertanian memprediksi kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini tidak akan bertahan lama. Harga cabai akan stabil bahkan diprediksi turun drastis seiring datangnya musim panen raya yang terjadi secara serentak di sejumlah sentra produksi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, mahalnya harga cabai disebabkan suplai sedikit. Tanaman cabai saat ini sebenarnya sudah berbuah, bahkan sudah ada yang mulai panen, tetapi stoknya tidak banyak.
”Meski tidak banyak, pasokan cabai ke pasar tetap lancar. Panen cabai di Jabar, misalnya, digunakan untuk memasok kebutuhan pasar di Sumatera Selatan, sedangkan hasil panen dari Jateng digunakan untuk memasok pasar ke Jakarta,” ujar Suwandi.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, panen raya secara serentak di sejumlah sentra produksi cabai nasional terjadi pada akhir Juli atau awal Agustus ini. Saat itu tiba, produksi cabai jumlahnya lebih dari 110.000 ton per bulan. Produksi yang melimpah itu justru akan menyebabkan harga cabai di petani jatuh.
Meski tidak banyak, pasokan cabai ke pasar tetap lancar. Panen cabai di Jabar, misalnya, digunakan untuk memasok kebutuhan pasar di Sumatera Selatan, sedangkan hasil panen dari Jateng digunakan untuk memasok pasar ke Jakarta.
Suwandi mengatakan, saat ini pihaknya tengah memikirkan upaya mengantisipasi stok yang melimpah saat panen raya nanti mengingat cabai merupakan komoditas yang rentan rusak. Salah satu upaya adalah membangun industri hilir pengolahan cabai seperti dengan cara dikeringkan. Hal itu memerlukan kerja sama dengan industri.
”Sekarang sedang dijembatani komunikasi antara petani dan pabrikan. Selama ini petani bingung karena tak punya akses. Pabrik juga tidak tahu bagaimana mendapatkan barang,” kata Suwandi.
Kementan telah meluncurkan sistem pemasaran berbasis daring yang memfasilitasi pertemuan antara petani, pelaku industri, bahkan eksportir. Hal itu diharapkan bisa semakin mendekatkan petani dengan pelaku usaha sehingga akses pasarnya semakin luas.
Terkait dengan harga cabai yang mahal saat ini, menurut Suwandi, pemerintah belum perlu melakukan upaya stabilisasi harga. Alasannya, harga akan stabil seiring melimpahnya stok pada musim panen raya cabai.
Masih mahal
Pantauan di Pasar Larangan, harga cabai rawit Rp 70.000 per kg di pedagang eceran. Harga cabai naik berangsur-angsur dari pekan ke pekan berikutnya sejak Lebaran lalu. Awalnya Rp 45.000 per kg, kemudian menjadi Rp 54.000 per kg pada pekan berikutnya.
Sulastri, pedagang di Pasar Larangan, mengatakan, kenaikan harga tertinggi terjadi pada cabai rawit. Namun, harga cabai lainnya juga tetap mahal. Cabai merah besar Rp 60.000 per kg, sedangkan cabai keriting Rp 55.000 per kg. Harga jual eceran lebih mahal sekitar Rp 5.000 per kg dibandingkan beli grosiran.
”Kenaikan berdampak terhadap penjualan karena pelanggan memangkas belanja cabai hampir 50 persen dari sebelumnya,” kata Sulastri.