Sang juara bertahan Liga 1, Persija Jakarta, masih kesulitan mencari tiga poin dan kini terdampar di zona degradasi. Mereka pun tidak punya banyak waktu untuk berbenah sebelum menjalani final Piala Indonesia 2019.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
Sang juara bertahan Liga 1, Persija Jakarta, masih kesulitan mencari tiga poin dan kini terdampar di zona degradasi. Mereka pun tidak punya banyak waktu untuk berbenah sebelum menjalani final Piala Indonesia 2019.
BOGOR, KOMPAS — Alarm tanda bahaya di kubu Persija Jakarta semakin meraung-raung setelah tim ”Macan Kemayoran” itu dilibas PS Tira Persikabo, 5-3, pada laga Shopee Liga 1 2019 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/7/2019) sore. Mereka kini punya tugas yang lebih penting dan mendesak selain mempertahankan gelar juara, yaitu bangkit dari zona degradasi.
Kekalahan yang menyakitkan itu membuat Persija melorot ke posisi ke-16 klasemen sementara dengan enam poin. Dalam tujuh laga ini, mereka baru menang satu kali saat mengalahkan PSS Sleman, 1-0, dan imbang tiga kali. Artinya, Persija kini masuk ke zona degradasi bersama Persela Lamongan dan Semen Padang.
Saya sebenarnya paling takut ketika lupa pada diri sendiri.
Bagi Tira Persikabo, kemenangan ini seolah menjadi seremoni bahwa mereka layak menjadi tim yang diperhitungkan dalam perebutan gelar juara musim ini. Kemenangan atas Persija ini mengokohkan posisi di puncak klasemen dengan 19 poin dari sembilan laga. Mereka merupakan satu-satunya tim yang belum pernah kalah.
”Saya sebenarnya paling takut ketika lupa pada diri sendiri. Oleh karena itu, saya ingatkan pemain untuk selalu menjaga sikap,” ujar Pelatih Tira Persikabo Rahmad Darmawan menyikapi kemenangan tersebut. Rahmad menyadari bahwa timnya pernah dianggap sebelah mata, tetapi kini bisa bersaing di papan atas. Situasi ini bisa membuat para pemain cepat puas.
Apalagi, Rahmad melihat Persija tidak tampil dengan kekuatan penuh. Macan Kemayoran tidak diperkuat kiper Andritany Ardhiyasa, bek Steven Paulle, dan gelandang serang Bruno Matos yang mengalami cedera. Adapun bek Persija, Rezaldi Hehanusa, juga baru tampil setelah pulih dari cedera sehingga belum bisa bermain maksimal.
Kami harus bangkit lagi karena kekalahan ini adalah cara kami untuk belajar.
Tanpa Andritany dan Paulle, lini belakang Persija tampak rapuh. Empat dari lima gol Persikabo pun berawal dari umpan-umpan silang yang tidak bisa diantisipasi dengan baik oleh para bek Persija.
Striker Tira Persikabo, Loris Arnaud, bahkan bisa berdiri di titik yang sama dan mencoba menembak sebanyak tiga kali sebelum mencetak gol. Umpan silang dari Ciro Alves kepada Osas Saha yang berbuah menjadi gol juga tidak dapat dihentikan. Pemain muda Rifad Marasabessy juga bisa menyumbang gol melalui sundulannya karena tidak dikawal ketat.
Ciro yang pada sore itu tampil gemilang kembali memberikan asis kepada Osas pada menit ke-64. Gol itu terjadi sebelum Ciro berhasil mengeksekusi tendangan penalti. Pemain asal Brasil itu beberapa kali juga memamerkan aksi dribbling bola yang memukau.
Berbenah
Adapun Persija sebenarnya unggul lebih dulu melalui sundulan Marko Simic ketika laga baru berjalan tujuh menit. Namun, ia kemudian kerap membuang peluang gol. Yogi Rahadian, tandem Simic, bahkan merasa terpukul karena gagal mencetak gol meski sudah berada di depan gawang lawan yang kosong. Simic mencetak dua gol lagi melalui titik putih.
Seusai laga, para pemain Persija tampak lesu dan menolak untuk diwawancarai ketika ditemui di area mixed zone. ”Kami pasti sedih, tetapi kami juga harus segera melupakan kekalahan ini. Kami harus bangkit lagi karena kekalahan ini adalah cara kami untuk belajar,” ujar Pelatih Persija Julio Banuelos.
Persija memang harus segera berbenah karena mereka akan menghadapi laga pertama final Piala Indonesia 2019 melawan PSM Makassar di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/7/2019). Gelar juara Piala Indonesia akan menjadi sangat penting untuk direbut mengingat kondisi mereka di Liga 1.
Sementara Rezaldi mengatakan, permainan buruk tim juga dipengaruhi minimnya suporter Persija yang datang ke Pakansari karena keberatan dengan harga tiket yang terlalu mahal, dari Rp 50.000 menjadi Rp 100.000 per lembar. ”Saya harap jangan seperti ini lagi karena suporter juga butuh perjuangan dan dana untuk sampai ke sini,” katanya.
Suporter Persija yang tergabung dalam The Jakmania hanya tampak memenuhi bagian tengah salah satu tribune. Teriakan mereka pun tenggelam karena suporter Tira Persikabo jauh lebih banyak. Saat laga berakhir, nyaris terjadi kericuhan antara kedua suporter, tetapi dapat segera diatasi petugas pengamanan.