JAKARTA, KOMPAS - Lini bisnis Amazon di bidang teknologi komputasi awan, Amazon Web Service, berkomitmen berinvestasi jangka panjang di Indonesia. Komitmen itu diwujudkan dalam pengembangan pusat data dan program vokasional keahlian di bidang teknologi digital.
Country Leader PT Amazon Web Services Indonesia (AWS Indonesia) Gunawan Susanto,saat konferensi pers AWS Cloud Day 2019, Selasa (16/7/2019), mengatakan, April 2019, AWS memperluas jangkauan wilayah operasional untuk Asia Pasifik, yaitu ke Indonesia. Kehadiran entitas legal AWS di Indonesia memerankan fungsi penjualan sekaligus pusat layanan kepada konsumen.
Sebelumnya, operasional ataupun manajemen pelayanan untuk pasar Asia Pasifik dilayani entitas AWS di Singapura sejak tahun 2010.
Untuk komitmen investasi pengembangan pusat data di Indonesia, Gunawan menyebutkan, akan ada sekitar tiga pusat data. Segmen pasar yang disasar mulai dari perusahaan rintisan sampai berskala korporasi besar. Dia menyebut Traveloka, Halodoc, Grab, dan Warung Pintar sebagai contoh pelanggan layanan komputasi awan AWS.
"Negara-negara kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia, tengah gencar bertransformasi. Adopsi teknologi digital menjadi bagian dari strategi transformasi. Hampir segala sektor industri bertransformasi, antara lain pertanian, kesehatan, dan finansial," ujar Gunawan.
Menurut dia, pemanfaatan teknologi komputasi awan mampu menurunkan ongkos belanja teknologi suatu perusahaan. Di tingkat internasional, pemanfaatan jenis teknologi ini sedang berkembang pesat.
Secara global, pendapatan penjualan AWS sekitar 7,7 miliar dollar AS pada triwulan I-2019 atau tumbuh 40 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sementara, terkait komitmen investasi program vokasional, dia mengelompokkan ke dalam tiga subprogram. Subprogram pertama bernama AWS Educate, lalu berikutnya AWS Academy, dan terakhir AWS Training and Certification. Ketiga program ini berisikan materi keahlian mengoperasikan teknologi digital berbasis teknologi komputasi awan, misalnya kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran.
Dalam menjalankan ketiga subprogram tersebut, AWS bekerja sama dengan instansi kementerian/lembaga. Tujuannya, agar lebih mudah menarik peserta, baik berlatar belakang siswa maupun pekerja. AWS menargetkan akan ada ratusan ribu orang peserta sampai tahun 2025.
"Kami menjadi mitra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk merevisi kurikulum pendidikan sekolah menengah. Kami membantu menyarankan materi keahlian mengoperasikan teknologi digital berbasis teknologi komputasi awan," klaim Regional Head Asia Pacific Japan, Education, Worldwide Public Sector AWS, Vincent Quah.
Kontribusi
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menambahkan, di Amerika Serikat, investasi infrastruktur dan teknologi komputasi awan yang dilakukan perusahaan digital berkontribusi 50 persen terhadap total investasi pada 2017. Situasi ini bisa menjadi gambaran tren investasi dunia.
Lebih lanjut, Thomas menuturkan, ada peluang bisnis besar di setiap rantai industri layanan komputasi awan. Ukuran nilai peluang bisnisnya pun dimulai dari skala kecil hingga besar.
Thomas membenarkan AWS telah berkomitmen merealisasikan penanaman modal asing di Indonesia. Namun, dia menolak menyebutkan nilai investasi AWS.
"Hal yang harus menjadi perhatian adalah kualitas investasi, bukan sekadar mengejar kuantitas," ujarnya.
Dia mengatakan, setiap kali investasi asing masuk ke Indonesia, pemerintah mendampingi agar perusahaan lokal bisa segera mendapatkan manfaat.
Thomas menambahkan, pemerintah mengapresiasi langkah AWS untuk berinvestasi di Indonesia, baik berupa pusat data maupun program pelatihan dan pendidikan teknik komputasi awan bagi tenaga kerja lokal.
Mengutip laporan studi Bank Dunia “Preparing Information and Communications Technology Skills for Digital Economy (Maret 2018)”, Indonesia akan membutuhkan tambahan sembilan juta orang pekerja terampil dan semi terampil di bidang teknologi informasi komunikasi selama 2015 - 2030. Langkah AWS dinilai bisa membantu memenuhi kebutuhan itu.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan, pemerintah telah memutuskan akan memberlakukan insentif vokasi atau super tax deduction. Insentif ini berupa pengurangan Pajak Penghasilan badan hingga 200 persen atas belanja wajib pajak untuk keperluan riset produktif teknologi industri. Sampai sekarang, peraturan menteri keuangan sebagai ketentuan pelaksana masih dibahas.
Dia menganggap, inisiatif investasi AWS itu dapat diikutsertakan dalam kebijakan super tax deduction. Dia berharap semakin banyak perusahaan, khususnya perusahaan teknologi digital, mengikuti jejak AWS.
Hanif mengungkapkan, sekitar 58 persen dari total angkatan kerja nasional berlatar belakang lulusan sekolah menengah ke bawah. Ditambah lagi, tingkat ketidakkecocokan kompetensi dan keahlian lulusan sekolah menengah ke tinggi mencapai sekitar 50 persen. Dua persoalan ini masih membayangi pasar tenaga kerja di Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah terus berusaha meningkatkan kompetensi dan keahlian pekerja. Swasta perlu berpartisipasi. (MED)