Baznas Ajak Hotel dan Restoran Kurangi Sampah Makanan
›
Baznas Ajak Hotel dan Restoran...
Iklan
Baznas Ajak Hotel dan Restoran Kurangi Sampah Makanan
Sampah makanan di Indonesia berdasarkan riset Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO mampu menghidupi sebelas persen populasi Indonesia.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas mengajak Perhimpunan Pariwisata Halal Indonesia dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia untuk mengurangi sampah makanan. Sampah makanan di Indonesia berdasarkan riset Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO mampu menghidupi sebelas persen populasi Indonesia.
"Tingkat food waste (sampah makanan) di Indonesia cukup tinggi. Hasil riset FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) menunjukkan, potensi food waste di Indonesia mampu menghidupi menghidupi 11 persen populasi Indonesia atau setara dengan sekitar 28 juta orang. Ini adalah jumlah yang mirip dengan total penduduk miskin di Indonesia," kata Kepala Divisi Pendayagunaan Baznas, Randi Swandari, di acara diskusi Philanthropy Learning Forum ke-24 yang digelar Filantropi Indonesia dan Dompet Dhuafa, di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Hadir pula sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk "Aksi dan Kolaborasi Mengatasi Sampah Perkotaan" itu, Recovery and Environment Program Manager Dompet Dhuafa Syamsul Ardiansyah, Program Manager Coastal and Small Island Ecosystem Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Basuki Rahmad, dan Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Andres Zulman.
Data oleh Dinas Lingkungan Hidup menunjukkan, pada 2011, komposisi sampah di Jakarta terdiri dari 53,75 persen sampah organik. Pada bulan Ramadan 2019, jumlah sampah yang dihasilkan warga meningkat karena banyak makanan yang terbuang sia-sia selama berbuka puasa.
Sementara itu, FAO menyebutkan, secara rata-rata, setiap orang di Indonesia menghasilkan 300 kilogram sampah makanan per tahun. Angka tersebut merupakan terbesar nomor dua di dunia setelah Arab Saudi.
Terkait hal itu, Baznas berencana meluncurkan program bank pangan yang bertujuan mengelola kelebihan makanan di hotel dan restoran agar tidak berakhir menjadi sampah. Kelebihan makanan itu akan diolah, dibungkus, dan diberikan kepada yayasan sosial yang membutuhkan.
"Tagline kita adalah bridging excess to the less (menjembatani mereka yang kelebihan dan mereka yang kekurangan). Kita berharap, dalam jangka panjang, dampaknya dapat mengurangi jumlah rakyat yang kekurangan gizi, serta pengidap stunting, dan jumlah kematian ibu dan anak. Kita juga ingin mengedukasi bahwa makan itu tidak boleh berlebih-lebihan. Tidak boleh dibuang-buang juga,” jelas Randi.
Melibatkan hotel dan restoran
Program yang akan diluncurkan Baznas itu akan bekerja sama dengan Perhimpunan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Untuk lebih mematangkan rencana tersebut, akan digelar diskusi kelompok terarah, akhir Juli ini.
Harapannya dari diskusi akan lahir dokumen pelaksanaan program di Jakarta, yang kemudian akan diimplementasikan pada semester kedua tahun ini.
“Kita akan mulai dari Jakarta. Kita ingin mengajak masyarakat bahwa ini bisa dilakukan. Pelaku tidak harus lembaga filantropi. Swasta juga bisa. Ini juga menjadi sebuah solusi bagi pelaku industri restoran dan hotel, sehingga dapat citra yang baik,”ucap Randi.
Randi belum bisa memastikan, berapa jumlah hotel dan restoran yang akan bergabung dalam program itu. “Sampai sekarang belum ada komitmen. Tetapi yang jelas, dengan asosiasinya kita sudah berkomunikasi, sehingga nanti dalam jangka dekat ada focus group discussion dan memperoleh komitmen dari pihak terkait,” tuturnya.
Mengurangi plastik
Sementara untuk mengurangi sampah plastik, Program Manager Coastal and Small Island Ecosystem Yayasan Kehati Basuki Rahmad mengatakan, pihaknya berencana berkolaborasi dengan PT Taman Impian Jaya Ancol untuk mengurangi penggunaan plastik dan styrofoam sebagai wadah makanan di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Dengan demikian, jika kelak kolaborasi itu direalisasikan, warung atau restoran di Ancol yang memilih menggunakan besek sebagai wadah makanan dapat keringanan pajak dari Pemprov DKI Jakarta.
“Harapannya, beberapa tahun kemudian, tidak ada penggunaan plastik dan styrofoam. Nanti diwajibkan menggunakan besek. Kalau jadi, ini bisa menjadi model di tempat lain,” kata Basuki.