E-Sport Butuh Standardisasi Tata Kelola dan Regulasi
›
E-Sport Butuh Standardisasi...
Iklan
E-Sport Butuh Standardisasi Tata Kelola dan Regulasi
Industri olahraga elektronik atau eSport di Indonesia memerlukan penyusunan standardisasi tata kelola dan regulasi. Tujuannya adalah agar potensi industri bisa tergarap optimal.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Industri olahraga elektronik atau eSport di Indonesia memerlukan penyusunan standardisasi tata kelola dan regulasi. Tujuannya adalah agar potensi industri bisa tergarap optimal.
Ketua Umum Asosiasi Olahraga Video Game Indonesia (AVGI) Rob Clinton Kardinal, usai pelantikan kepengurusan AVGI periode 2019-2024, Selasa (16/7/2019), di Jakarta, mengatakan, industri eSport di Indonesia masih tergolong baru sehingga membutuhkan beberapa pengaturan.
Dia mencontohkan kasus perekrutan atlet nasional eSport. Sampai saat ini, kriteria dan standar pemain eSport profesional untuk tujuan pemusatan latihan nasional (pelatnas) belum terbentuk. Padahal, eSport sudah digaungkan akan jadi salah satu cabang olahraga di ajang SEA Games ataupun Asian Games.
Contoh lainnya adalah belum adanya pusat data pemain profesional eSport. Mereka tersebar di seluruh kota besar di Indonesia.
"Banyak pemain profesional berusia di bawah 17 tahun. Mereka memperoleh upah layaknya pemain profesional dewasa. Namun, mereka wajib mendapat izin orangtua ketika akan bertanding," ujar dia mencontohkan kasus lain di industri eSport tanah air.
Berdasarkan Global Games Market Report, Indonesia berada di peringkat 17 sebagai negara dengan pendapatan tertinggi dari gin daring. Per Januari 2019, nilai pendapatan telah mencapai sekitar 941 juta dollar AS. Gim daring yang dimaksud sudah termasuk video gim yang diperlombakan di ajang turnamen eSport.
AVGI beranggotakan pelaku ekosistem industri eSport. Oleh karenanya, AVGI membuka anggota bukan hanya terbatas pada pemain atau atlet eSport. Perusahaan studio dan penerbit konten gim pun diperbolehkan bergabung.
"Hanya saja, untuk keanggotaan kategori pemain, kami masih memutuskan seperti apa kriteria yang pas. Di industri eSport berkembang pemain musiman dan pemain aktif," kata dia.
Sekretaris Jenderal AVGI Angki Trijaka mengakui, di industri gim Indonesia sudah berdiri dua asosiasi, yakni Asosiasi Game Indonesia (AGI) dan Asosiasi E-Sport Indonesia (IeSPA). Dia menegaskan, antar AVGI dengan dua asosiasi itu bisa saling bersinergi membesarkan industri gim nasional.
Sejauh ini, IeSPA diketahui beranggotakan pemain profesional dan atlet eSport. IeSPA bahkan secara terang-terangan didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga yang bertindak sebagai pelindung dan pembina melalui FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia).
Sementara AGI diketahui lebih banyak beranggotakan pengembang aplikasi dan pengusaha studio gim. "Kami tidak berafiliasi dengan kementerian dan lembaga khusus. Keanggotaan kami bahkan tidak ditetapkan dengan surat keputusan kementerian tertentu," kata dia.
Angki mengatakan, AVGI siap menjadi mitra regulator untuk membesarkan industri eSport nasional.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang hadir saat pelantikan, menekankan pada pentingnya pemain ataupun atlet eSport Indonesia memainkan konten video gim buatan lokal.
"Pemerintah sekarang lebih ingin menjadi fasilitator dibanding regulator. Di tengah pesatnya perkembangan industri digital, kami mengajak para pelaku duduk bersama merumuskan keperluan dan regulasi yang pas," kata dia. (MED)