Pengembangan ekonomi melalui sektor jasa pariwisata bisa diandalkan untuk mengurangi angka kemiskinan di desa. Untuk mengoptimalkan sektor pariwisata, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan ekonomi melalui sektor jasa pariwisata bisa diandalkan untuk mengurangi angka kemiskinan di desa. Untuk mengoptimalkan sektor pariwisata, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di perdesaan terdapat 15,15 juta penduduk miskin atau sebanyak 12,85 persen, sedangkan di perkotaan terdapat 9,99 juta orang.
Meski terus berkurang, laju penurunan angka kemiskinan cenderung lambat. Kondisi itu terlihat terutama di daerah-daerah terpencil yang belum bisa memanfaatkan bantuan sosial secara optimal atau mendapat akses pelayanan dan infrastruktur (Kompas, 15/7/2019).
Analis Kebijakan Indonesia Services Dialogue Muhammad Syarif Hidayatullah menilai, pengembangan sektor jasa pariwisata bisa dilakukan untuk membantu pengentasan rakyat miskin di perdesaan. Menurut Syarif, studi menunjukkan bahwa pariwisata dapat membantu mengentaskan rakyat miskin melalui tiga hal.
”Pertama, pariwisata membuat konsumen datang ke tempat atau desa tujuan. Hal itu membuka peluang masyarakat lokal untuk menawarkan barang dan jasanya. Kedua, pariwisata mendorong terciptanya diversifikasi perekonomian masyarakat. Ketiga, pariwisata membuka lapangan pekerjaan padat karya,” katanya kepada Kompas, Rabu (17/7/2019).
Pemerintah, antara lain melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) hingga Kementerian Pariwisata, juga telah fokus menggali dan mengembangkan potensi pariwisata di perdesaan.
Kabupaten Raja Ampat, Papua, misalnya, merupakan salah satu destinasi wisata alam yang menawarkan kekayaan perairan dan bawah laut. Sejak daerah itu membatasi kegiatan penangkapan ikan dan menggantikannya dengan kegiatan pariwisata pada sekitar 2006, kabupaten itu mampu memiliki pendapatan asli daerah dari sekitar Rp 5 miliar menjadi Rp 25 miliar dalam waktu lima tahun.
Meski demikian, Syarif melanjutkan, Indonesia masih kalah bersaing dibandingkan negara tetangga lainnya. Menurut data Forum Ekonomi Dunia, Indonesia kalah dari Thailand pada banyak sisi, salah satunya kualitas sumber daya manusia (SDM).
”Saat ini perlu adanya pemerataan kualitas SDM pariwisata, standardisasi kualitas dan sertifikasi tenaga kerja profesional. Berdasarkan penelitian, sekitar 51 persen tenaga kerja sektor pariwisata adalah orang yang bekerja sendiri dan bekerja sendiri dibantu dengan buruh tidak tetap. Artinya, kewirausahaan menjadi sangat penting dalam pengembangan sektor jasa pariwisata ke depan,” ujarnya.
Kewirausahaan sangat penting dalam pengembangan sektor jasa pariwisata ke depan.
Kemandirian
Peningkatan kualitas SDM masyarakat desa dalam bidang pariwisata juga menjadi fokus PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk membina sejumlah desa lewat program tanggung jawab sosial. Sejak 2011 hingga saat ini, BCA secara mandiri telah membina 12 desa, antara lain di wilayah Yogyakarta, Bali, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.
Direktur BCA Santoso, saat ditemui dalam pergelaran Dialog Budaya Nusantara dan Anugerah Nusantara Award di Jakarta hari ini, mengatakan, pembinaan tidak hanya didukung melalui sumbangan materi.
”Soal bantuan dana untuk pembangunan memang ada, tetapi yang terpenting adalah software-nya, dalam artian kemampuan memanajemen. Misalnya, masyarakat yang sebelumnya hanya bertani, lalu jadi pemilik hotel, kan, harus mampu berkomunikasi dengan orang luar dan punya keahlian khusus lainnya. Di situ kami membantu,” tuturnya.
Ditambahkan Executive Vice President CSR BCA Inge Setiawati, pengembangan SDM mendorong masyarakat agar lebih mandiri dan punya kreativitas untuk mengembangkan desanya.
”Kami menuntut desa-desa binaan kami agar nantinya bisa berswadaya. Desa itu juga harus punya local champion atau motor penggerak. Dengan demikian, mereka bisa mandiri, bahkan bisa ikut membina desa lain,” katanya.
Salah satu desa binaan BCA yang telah mandiri lewat pariwisata adalah Desa Bejiharjo di Yogyakarta yang terkenal lewat wisata Goa Pindul. Desa itu, menurut Inge, telah sukses memajukan perekonomian desa, bahkan menginspirasi desa lain. Kesuksesan desa itu juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah, tokoh masyarakat, pelaku wisata, hingga masyarakat setempat.
Akhir tahun ini, dua desa binaan siap dipromosikan kepada turis, yaitu Dusun Kopi Sirap-Gunung Kelir di Semarang, Jawa Tengah, dan Kampung Adat Minangkabau Sijunjung di Sumatera Barat.
Selain tiga daerah itu, BCA juga membina Desa Pentingsari dan Desa Wukirsari di Yogyakarta; Desa Gemah Sumilir di Semarang; Desa Tamansari di Jawa Timur; Desa Tinggan di Bali; Bukit Peramun dan Desa Kreatif Terong, dan Gunong Lumut di Belitung; serta Desa Silokek di Sumatera Barat.