JAKARTA, KOMPAS - Sebanyak 781 perwira remaja dilantik Presiden Joko Widodo di lapangan depan Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/7/2019). Para perwira remaja ini diharap mampu menghadapi tantangan zaman yang menuntut kecepatan, fleksibilitas, dan kemampuan menguasai teknologi.
Pelantikan perwira remaja ini ditandai dengan pengambilan sumpah yang dipimpin inspektur upacara Prasetya Perwira, Presiden Joko Widodo. Adapun perwira remaja ini terdiri atas 259 calon perwira remaja (capaja) TNI AD, 117 capaja TNI AL, 99 capaja TNI AU, dan 306 capaja Polri. Di antara mereka semua, sebanyak 88 orang adalah taruni.
Dalam acara Prasetya Perwira (Praspa) ini, Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo. Selain itu, hadir pula dalam acara ini Wakil Presiden Jusuf Kalla, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal Tito Karnavian, Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji, dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna.
Dalam amanatnya, Presiden Joko Widodo tak hanya menyampaikan selamat karena para perwira remaja ini rampung menjalani pendidikan yang berat. Presiden juga berpesan supaya tidak pernah mengecewakan orang tua dan NKRI.
Sebagai calon pemimpin, Presiden juga menyebut para perwira remaja ini sebagai penjaga masa depan bangsa. Namun, masa depan yang penuh harapan ini penuh dengan tantangan-tantangan besar dan berat.
Beberapa tantangan itu antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat, revolusi industri keempat, serta media sosial yang mengubah cara berkomunikasi dan berinteraksi.
Perkembangan ini membawa kemudahan tetapi juga perubahan, risiko, disrupsi, dan kejutan-kejutan yang seringkali jauh dari kalkulasi kita.
Karena tantangan yang sudah sangat berubah, cara kita menghadapi tantangan dan masalah juga harus berubah.
“Karena tantangan yang sudah sangat berubah, cara kita menghadapi tantangan dan masalah juga harus berubah. Cara-cara dan model-model lama sudah tidak bisa kita lanjutkan. Tidak ada pilihan lain bahwa kita harus cepat. Kita harus fleksibel. Kita harus cerdik. Kita harus semakin menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” tutur Presiden
Perkembangan teknologi juga dipastikan terjadi di dunia kemiliteran. Strategi, taktik, doktrin, dan sistem persenjataan perlu menyesuaikan perkembangan zaman. Di dunia kepolisian, para penegak hukum juga harus semakin piawai dalam memberantas kejahatan digital, penegakan hukum, memelihara keamanan dan ketertiban serta melindungi dan melayani kepada masyarakat.
“Semua harus dihadapi dengan respons yang cepat, cerdas, tepat, profesional, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tambah Presiden.
Penjaga NKRI
Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, karakter yang tangguh, tanggap, cepat, dan cerdas serta karakter kebangsaan yang kokoh, para perwira remaja ini akan menjadi penjaga NKRI dan Pancasila sejati.
“Tanggung jawab saudara-saudara sangat besar. Saudara-saudara harus terus melindungi Pancasila dari gempuran gelombang ideologi-ideologi luar, menjaga Bhinneka Tunggal Ika, menjaga toleransi terhadap perbedaan antaranak bangsa, menjaga persatuan dalam keberagaman Indonesia, serta memegang teguh kode etik perwira dan jati diri sebagai perwira TNI/Polri,” tegas Presiden.
Prasetya Perwira ini diakhiri dengan sesi foto bersama Presiden Joko Widodo dan Wapres Kalla. Selain itu, orang tua perwira muda bisa kembali memeluk anak mereka yang telah menjalani pendidikan selama empat tahun.
Harus terus melindungi Pancasila dari gempuran gelombang ideologi-ideologi luar, menjaga Bhinneka Tunggal Ika, menjaga toleransi.
Selain itu, peraih Adimakayasa 2019 juga diterima untuk bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Peraih Adimakayasa TNI AU M Ihza Nurrahbanni, anak guru asal Yogyakarta, mengatakan sangat gembira dan tidak menyangka bisa menjadi peraih Adimakayasa.
“Selama empat tahun di akademi tentu ada fase jatuh bangunnya. Tidak semudah itu, karena saya juga pernah mengalami kegagalan, tapi bagaimana saya bisa tetap bangkit dan motivasi terbesar dari kedua orang tua saya serta rekan-rekan dan senior yang selalu mendukung,” tuturnya.
Adapun peraih Adimakayasa dari Polri Muhammad Idris mengatakan pengalaman di akademi selama empat tahun memberinya kesempatan mengenal teman-teman dari Aceh sampai Papua. Idris sendiri sejak kecil ingin menjadi polisi.