Banjir akibat luapan Sungai Mansahang melanda empat kecamatan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menyusul hujan lebat pada Rabu malam hingga Kamis (18/7/2019) pagi. Ketinggian air hingga Kamis sore rata-rata 50 cm, menyusut dari sebelumnya 100 cm.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
LUWUK, KOMPAS — Banjir akibat luapan Sungai Mansahang melanda empat kecamatan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menyusul hujan lebat pada Rabu malam hingga Kamis (18/7/2019) pagi. Ketinggian air hingga Kamis sore rata-rata 50 sentimeter, menyusut dari sebelumnya yang mencapai 100 sentimeter.
Keempat kecamatan yang dilanda banjir adalah Batui Selatan, Moilong, Toili, dan Toili Barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banggai belum mendata secara pasti jumlah desa yang terdampak banjir.
Meski demikian, menurut Kepala BPBD Banggai Rensly Saadjad, jumlah rumah setiap desa yang tergenang air diperkirakan 70 unit hingga 500 unit. Banjir juga masih menggenangi sejumlah ruas jalan sehingga beberapa akses jalan untuk sementara terputus.
”Kami masih mendata desa beserta rumah yang terdampak banjir. Luas areal sawah yang terendam dan ternak yang terseret banjir juga belum bisa kami pastikan,” katanya saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Kamis.
Rensly menyebutkan, hingga Kamis sore, air di permukiman warga rata-rata sudah surut. Pemerintah daerah juga sudah mendirikan posko darurat. Selain BPBD, bantuan juga disalurkan dinas sosial dan Palang Merah Indonesia setempat.
Jumlah rumah setiap desa yang tergenang air diperkirakan 70 unit hingga 500 unit. Banjir juga masih menggenangi sejumlah ruas jalan sehingga beberapa akses jalan untuk sementara terputus.
Dari empat kecamatan yang terdampak banjir, tiga kecamatan, yakni Moilong, Toili, dan Toili Barat, merupakan sentra persawahan di Banggai. Luas sawah di keempat kecamatan tersebut tak kurang dari 4.000 hektar. Saat ini, tanaman padi rata-rata berumur satu bulan.
Ketiga kecamatan tersebut merupakan dataran rendah yang berada di antara laut dan pegunungan. Ketiga daerah itu berada di selatan Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai.
Rensly menyatakan, selain luapan sungai, air yang masuk ke permukiman warga dan sawah juga akibat jebolnya tanggul di pinggir sungai. Ia memastikan kondisi tersebut sudah dipantau dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat setempat sehingga diharapkan segera diperbaiki.
Aloysius Nasus (49), warga Kecamatan Toili, menuturkan, sebagian warga hingga Kamis masih mengungsi ke lokasi yang lebih aman. ”Kebanyakan belum kembali ke rumah masing-masing karena rumah masih tergenang meski sudah tidak setinggi kemarin,” ucapnya.
Selain itu, warga masih khawatir pada banjir susulan karena cuaca di wilayah itu diliputi mendung gelap. Gerimis juga sesekali mengguyur. Aloysius meminta pemerintah menangani ancaman banjir di keempat kecamatan tersebut dengan tepat. Warga sudah bosan dengan banjir yang terus-menerus terjadi tanpa penanganan berarti.
”Kalau setiap musim hujan terjadi banjir, berarti tak ada penanganan yang tepat. Kami minta dicarikan solusinya. Tanaman rusak karena banjir,” ujarnya.
Pada awal Juni, banjir juga melanda Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Moiling. Banyak rumah tergenang. Banjir tersebut menyebabkan satu jembatan di jalan penghubung ketiga kecamatan itu terbawa banjir.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu, banjir masih berpotensi melanda Banggai. Dalam tiga hari ke depan, daerah di timur Sulteng tersebut diperkirakan diguyur hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Kondisi cuaca yang sama terjadi di Kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Buol, dan Morowali Utara.