Pembuatan Waduk untuk Membiasakan Warga dengan Perubahan Cuaca
›
Pembuatan Waduk untuk...
Iklan
Pembuatan Waduk untuk Membiasakan Warga dengan Perubahan Cuaca
Kekeringan hampir setiap tahun melanda 24 daerah dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Solusi paling tepat dengan perubahan cuaca dimana musim kemarau lebih panjang dari musim hujan, dengan mempercepat pembangunan waduk di wilayah selatan provinsi ini. Saat ini ada 4 waduk yang sedang dikerjakan yakni di Pacitan, Trenggalek, Ponorogo dan Nganjuk.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA, AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Kekeringan hampir setiap tahun melanda 24 daerah dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Solusi paling tepat dengan perubahan cuaca dimana musim kemarau lebih panjang dari musim hujan, dengan mempercepat pembangunan waduk di wilayah selatan provinsi ini. Saat ini ada 4 waduk yang sedang dikerjakan yakni di Pacitan, Trenggalek, Ponorogo dan Nganjuk.
Wakil Gubernur Jatim Emil Estianto Dardak, Kamis (18/7/2019) mengatakan, pembuatan waduk untuk melengkapi seluruh prasarana serupa yang sudah ada. Selain itu, secara bertahap pemerintah akan menggerakkan penghijauan agar sumber air yang sempat kering atau bahkan hilang bisa muncul kembali.
Waduk bisa menampung air hujan ketika musim hujan. Dengan demikian, air dari waduk nantinya digunakan saat musim kemarau. “Dengan cara ini, warga terutama petani pun terus diberikan pengertian terkait perubahan iklim agar mereka semakin terbiasa, dan mudah menyesuaikan aktivitas menanam dengan cuaca yang cenderung cepat berubah,” kata Emil.
Untuk penanganan krisis air yang terjadi saat ini terutama di Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Madiun, dan Nganjuk, memang paling cepat dengan memasok air bersih untuk keperluan sehari-hari warga. Langkah memasok air bersih ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang benar-benar jauh dari sumber air bersih.
Dengan cara ini, warga terutama petani pun terus diberikan pengertian terkait perubahan iklim agar mereka semakin terbiasa, dan mudah menyesuaikan aktivitas menanam dengan cuaca yang cenderung cepat berubah
Menurut Emil, distribusi air bersih ini untuk sementara difokuskan di Pacitan, Ponorogo hingga Bondowoso termasuk di Pulau Madura terutama Bangkalan dan Sampang yang dikategorikan amat rawan kekeringan.
Hanya kata Emil yang sempat menjabat Bupati Trenggalek 2016 hingga Februari 2019, memasok air bersih untuk masyarakat membutuhkan upaya besar. Padahal, kebutuhan air sangat besar juga diperlukan untuk sektor pertanian.
Air di persawahan harus terjamin meski musim kemarau berlangsung ganas seperti sekarang. Untuk itu, salah satu cara menghindari gagal panen dengan menabung air ketika musim hujan di waduk dan dipakai ketika kemarau tiba.
“Tahun ini kemarau diprediksi lebih lama dibandingkan tahun lalu, dan musim hujan sangat singkat tetapi intensitasnya luar biasa tinggi sehingga perlu wadah menampung yakni waduk,” kata Emil.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Subhan Wahyudiono menambahkan berdasarkan hasil pemetaan ada 822 desa di 24 kabupaten yang rawan kekeringan dengan kondisi puncak diprediksi pada Agustus dan September. Wilayah paling kritis kekeringan untuk sementara ada di Bojonegoro dengan cakuoan 164 desa di 51 kecamatan. Di Pulau Madura kekeringan menghantam 156 desa di 40 kecamatan.
Pemprov Jatim juga mencatat dari luas persawahan 1,87 juta hektar, yang mulai terdampak kekeringan sekitar 1,32 persen. Untuk ladang hanya 0,01 persen yang terserang kekeringan dari luas total 946.000 hektar.
Dari Pacitan dilaporkan, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pacitan Didik Alih Wibowo mengatakan, belum ada solusi permanen untuk mengatasi krisis air di hampir 50 desa di sana selain pengiriman air melalui truk tangki. “Kami berharap pembangunan waduk bisa selesai sehingga dapat dipetik manfaatnya pada tahun depan,” katanya saat dihubungi dari Surabaya.
Kalangan warga di Kabupaten Pacitan diakui ada yang terpaksa menempuh perjalanan lebih dari 10 kilometer untuk mendapat sumber air. Bahkan, ada yang mencoba mencari hingga menelusuri jaringan goa. Pacitan dikenal dengan sebutan Bumi 1001 Goa. “Kami baru bisa mengatasi krisis air dengan pengiriman,” ujar Didik.