Situs Adan-adan di Kediri Dipastikan sebagai Candi Buddha
›
Situs Adan-adan di Kediri...
Iklan
Situs Adan-adan di Kediri Dipastikan sebagai Candi Buddha
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS - Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyimpulkan Situs Adan-adan di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merupakan sebuah candi Budha. Hal itu diperoleh setelah penelitian tahap keempat yang berlangsung selama dua pekan, 1-15 Juli.
Ketua Tim Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) Sukawati Susetyo, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (17/7/2019), mengungkapkan, tim menemukan tambahan data baru yang melengkapi data yang didapat pada penelitian (ekskavasi) tahap pertama (2016), kedua (2017), dan ketiga (2018).
Beberapa temuan yang diperoleh pada penelitian tahap keempat, antara lain kepala arca Boddisatwa, lapik arca sebatas kaki, dan arca Dhyanibuddha Amitabha. Sebagian besar artefak berbahan batu kali, tetapi ada juga yang terbuat dari batu bata.
“Masterpiecenya kepala arca Boddisatwa yang relatif utuh, sedangkan yang lain ditemukan fragmen dan kondisinya sudah bocel-bocel. Selain itu juga ada temuan batu-batu candi yang mengindikasikan bahwa situs itu adalah candi dan ada bagian atasnya yang sudah rusak. Yang kami temukan saat ini adalah kaki candinya,” ujarnya.
Kepala arca Boddisatwa ditemukan pada kotak ekskavasi S2T1 pada kedalaman 280 centimeter (cm). Tinggi kepala arca dari ujung dagu sampai mahkota 48 cm, panjang wajah 20 cm, dan lebar 16 cm. Mahkota arca berjenis kiritamakuta dengan jamang (hiasan mahkota) mengelilingi dahi. Ragam hias mahkota didominasi bentuk tumpal berisi untaian bunga dan puncak mahkota berhias padma ganda.
Arca Dhyanibudda Amitabha ditemukan pada kedalaman 260 cm di kotak ekskavasi S2T1. Ukuran depan arca 59 cm dengan tinggi 34 cm. Adapun lapik arca ditemukan pada kotak dan kedalaman yang sama dengan Dhyanibudda Amitabha. Artefak ini memiliki diameter 39 cm dan tebal 34 cm.
Dari sisi arsitektur, menurut Sukawati, kompleks Candi Adan-adan diperkirakan memiliki luas 784 meter persegi atau meluas dari prediksi sebelumnya. Denah candi berlekuk-lekuk diperkirakan segi 12-18.
“Dari penelitian kali ini ketahuan akar keagamaan situs Adan-adan merupakan candi Budha aliran Mahayana. Kalau dulu kami baru meraba-raba. Dari arca Dwarapala (ditemukan pada penelitian sebelumnya) biasanya Budha, tetapi belum kuat. Lalu, kami tambah lagi data seperti fragmen pinakel, ini stupa. Jika tahun lalu kami masih ragu, kali ini kami benar-benar yakin lantaran temuan arca Budha,” katanya.
Melihat lokasinya yang berada tiga meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan Candi Adan-adan tertimbun abu vulkanik (guyuran abu/pasir) Gunung Kelud. Dilihat dari lapisan tanah penimbunnya, diperkirakan ada tiga letusan besar Kelud yang menimbun candi yang berada sekitar 25 kilometer di sisi barat laut Gunung Kelud itu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo didampingi Kepala Seksi Museum dan Purbakala Eko Priatno, mengatakan, situs Adan-adan berbeda dengan Situs Tondowongso yang berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah. Berjarak hanya 2 kilometer di sisi timur Adan-adan, sebelumnya Situs Tondowongso tertimbun oleh banjir lahar Kelud.
Adan-adan diperkirakan dibuat pada abad ke-11 atau ke-12 pada masa Kerajaan Kediri. Satu masa dengan Situs Tondowongso. “Uniknya Tondowongso itu bercorak Hindu. Ini mengingatkan seperti Candi Prambanan dan Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, yang jaraknya relatif dekat tetapi agama berbeda. Ini menunjukkan sudah ada kerukunan umat beragama sejak dulu,” kata Adi.
Menurut Adi, kegiatan penelitian tahap kelima oleh Puslitarkenas rencananya dilakukan tahun 2020. Sambil menunggu, pemerintah daerah diijinkan menjalin kerjasama dengan pihak terkait lain untuk meneliti Adan-adan. Artefak temuan pada ekskavasi keempat saat ini disimpan di museum milik Pemerintah Kabupaten Kediri.