Amerika Serikat mengklaim menghancurkan sebuah pesawat nirawak asal Iran di sekitar Selat Hormuz, Kamis (18/7/2019). Pesawat tersebut dinyatakan mengancam kapal AS yang ada di sekitar kawasan. Akan tetapi, Iran membantah pemberitaan ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Amerika Serikat mengklaim menghancurkan sebuah pesawat nirawak asal Iran di sekitar Selat Hormuz, Kamis (18/7/2019). Pesawat tersebut dinyatakan mengancam kapal AS yang ada di sekitar kawasan. Akan tetapi, Iran membantah pemberitaan ini.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, pesawat tersebut terbang dalam jarak sekitar 1.000 meter dari kapal amfibi Angkatan Laut AS, USS Boxer. Hal itu dilakukan meskipun pihak AS telah berkali-kali memperingatkannya untuk mundur.
”Ini adalah yang terbaru dari banyak tindakan provokatif dan bermusuhan oleh Iran terhadap kapal-kapal yang beroperasi di perairan internasional. Amerika Serikat berhak untuk membela personel, fasilitas, dan kepentingan kami,” kata Trump.
Juru Bicara Pentagon Letnan Kolonel Rebecca Rebarich mengatakan, USS Boxer telah mengambil tindakan ”defensif” terhadap pesawat tersebut. Hasil pemeriksaan militer AS menyebutkan, pesawat tersebut merupakan pesawat tanpa awak dari Iran.
Seorang pejabat AS, yang menolak menyebutkan nama, menyampaikan bahwa pesawat nirawak Iran dijatuhkan dengan menggunakan gangguan elektronik.
AS mulai mengantisipasi Iran dan negara-negara sekutunya yang mulai meningkatkan penggunaan pesawat nirawak di kawasan. AS menduga Iran menggunakan pesawat sejenis yang banyak tersedia di pasaran untuk mengawasi pasukan dan pangkalan militer AS yang berada di kawasan.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, Iran tidak memiliki informasi bahwa negara tersebut kehilangan sebuah pesawat nirawak pada hari ini. Hal itu ia sampaikan ketika sedang berada di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, AS, untuk bertemu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Ketegangan di wilayah Teluk Persia, Timur Tengah, sangat tinggi. Sejak pertengahan Mei, AS menambah kekuatan militer di kawasan yang menjadi jalur penting untuk perdagangan minyak dunia tersebut.
Sejumlah insiden sempat terjadi di kawasan. Salah satunya adalah Iran menembak jatuh sebuah pesawat nirawak mata-mata AS pada akhir Juni 2019.
Trump sempat mengancam akan menyerang Iran, tetapi membatalkannya pada saat-saat terakhir. Dunia internasional dilanda kekhawatiran bahwa perseteruan AS dan Iran akan berakhir dengan perang.
Konsesi
Zarif mengatakan, Iran telah menawarkan membuat sebuah konsesi untuk program nuklirnya. Dengan kata lain, Iran akan meratifikasi sebuah dokumen yang mengatur inspeksi lebih ketat jika AS mencabut sanksi ekonomi yang telah diberlakukan.
Namun, AS meragukan tawaran tersebut. ”Jika Iran ingin membuat langkah serius, Iran seharusnya memulainya dengan menghentikan pengayaan uranium seketika. (Pembicaraan) mengakhiri ambisi nuklir Iran secara permanen perlu menyertakan isu pengembangan rudal berkemampuan nuklir,” tutur seorang pejabat AS yang menolak menyebutkan namanya.
Hubungan AS dan Iran yang memburuk dimulai ketika AS menarik diri dari kesepakatan nuklir (JCPOA) pada 2018. JCPOA mengatur program nuklir Iran. Iran menuntut agar anggota yang terikat JCPOA lainnya, yakni Jerman, Perancis, Inggris, Rusia, dan China, untuk mengupayakan pencabutan sanksi ekonomi yang diberlakukan AS agar Iran tetap menepati kesepakatan yang ada.
Pada Kamis (18/7/2019), AS menyatakan akan memberi sanksi pada jaringan perusahaan internasional yang terlibat dalam pengadaan material untuk program nuklir Iran. (Reuters)