Sebanyak 1.491 ton produk olahan hasil perikanan dari Jawa Timur diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jumat (19/7/2019). Komoditas yang dikemas dalam 87 kontainer itu memuat ikan beku, udang beku, tuna kaleng, cumi-cumi beku, rumput laut, hingga ikan kering.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 1.491 ton produk olahan hasil perikanan dari Jawa Timur diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jumat (19/7/2019). Komoditas yang dikemas dalam 87 kontainer itu memuat ikan beku, udang beku, tuna kaleng, cumi-cumi beku, rumput laut, hingga ikan kering.
Produk perikanan yang diekspor itu diproduksi oleh 26 unit usaha pengolah ikan binaan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya I dan BKIPM Surabaya II. Produk perikanan ini dikirim ke Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, China, Vietnam, Korea Selatan, dan Sri Lanka.
”Total nilai ekspor sebanyak 1.491 ton produk perikanan tersebut mencapai Rp 85 miliar,” ujar Kepala BKIPM Surabaya II Hasim di sela-sela pelepasan Ekspor Raya Hasil Perikanan di Puspo Agro Sidoarjo.
Realisasi ekspor komoditas perikanan selama Januari-Juni 2019 mencapai 204.620 ton dengan nilai Rp 12,85 triliun.
Hasim mengatakan, kecenderungan ekspor produk perikanan dari UPT Balai KIPM Surabaya II tahun ini, meningkat empat kali lipat. Sebagai gambaran, realisasi ekspor komoditas perikanan selama Januari-Juni 2019 mencapai 204.620 ton dengan nilai Rp 12,85 triliun. Realisasi ekspor itu meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 55.230 ton senilai Rp 3,92 triliun.
Sementara itu, Kepala BKIPM Surabaya I Muhlin mengatakan, ekspor merupakan bagian dari upaya peningkatan nilai tambah produk perikanan Jatim. Pihaknya optimistis pasar ekspor tahun ini meningkat signifikan karena potensi pasarnya masih terbuka lebar. Iklim usaha perikanan diyakini kian kondusif karena pemerintah telah memberikan beragam kemudahan pelayanan seperti pengurusan dokumen karantina.
Dalam rangka Bulan Bakti Karantina, Mutu dan Hasil Perikanan 2019, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan ekspor raya hasil perikanan secara serentak di lima pelabuhan utama, yaitu Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Perak, Surabaya; Tanjung Emas, Semarang; Belawan, Medan; dan Soekarno-Hatta, Makassar. Acara yang berlangsung di Tanjung Priok dipimpin Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Ekspor raya hasil perikanan ini diikuti 147 perusahaan perikanan binaan BKIPM yang berada di wilayah Medan, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Adapun komoditas perikanan yang diekspor antara lain frozen tillapia, baby octopus, crayfish, kerang beku, frozen whole cleaned cuttlefish, frozen whole round squid, dan frozen black tiger shrimps.
Dalam ekspor raya tersebut dikirim 394 kontainer produk perikanan dengan berat 8.938,76 ton senilai Rp 588 miliar. Ada 21 negara tujuan pengiriman, antara lain, Amerika Serikat, Uni Eropa, China, Spanyol, Singapura, Sri Lanka, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Austria, Malaysia, Perancis, Italia, Belanda, Australia, Inggris, Denmark, dan Yunani.
Dalam ekspor raya tersebut dikirim 394 kontainer produk perikanan dengan berat 8.938,76 ton senilai Rp 588 miliar.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, tumbuhnya usaha perikanan di Indonesia merupakan dampak positif dari upaya pemberantasan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal yang digalakkan pemerintah beberapa tahun belakangan. Sejak 2014, KKP telah menenggelamkan 516 kapal pencuri ikan. Bahkan, selama semester pertama 2019, KKP telah berhasil menangkap 67 kapal pencuri ikan.
Pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal berdampak positif terhadap stok ikan nasional. Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), Maximum Sustainable Yield (MSY) perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, yakni dari 7,3 juta ton pada 2015 menjadi 12,54 juta ton pada tahun 2017, atau meningkat 71,78 persen.
Peningkatan stok ikan ini juga dibarengi kenaikan jumlah dan nilai produksi perikanan tangkap. Produksi perikanan tangkap meningkat dari 6,67 juta ton senilai Rp 120,6 triliun pada 2015 menjadi 7,3 juta ton dengan nilai Rp 210,7 triliun pada 2018. Artinya, terjadi peningkatan nilai produksi perikanan sebesar 74,7 persen.
Kenaikan produksi perikanan tangkap ini berdampak terhadap produksi unit pengolahan ikan (UPI) binaan KKP dan akhirnya mendorong peningkatan ekspor komoditas perikanan. Tren ekspor produk perikanan Indonesia meningkat 45,9 persen, yaitu dari 654.950 ton senilai 3,87 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 955.880 ton senilai 5,17 miliar dolar AS di 2018.