Meski sejarah kuno bangsa ini sarat dengan aksi makar dan pemberontakan, Presiden Soeharto adalah pemimpin yang memerintah mulus selama 32 tahun. Kalaupun ada lawan politiknya yang menantang atau mbalelo, aksinya tak pernah signifikan untuk menggulingkan Soeharto.
Namun, dari sekian banyak perlawanan politik, yang mungkin paling unik adalah yang dilakukan RM Sawito Kartowibowo. Pegawai Departemen Pertanian itu tiba-tiba menghebohkan dunia politik karena mendapat mandat dari sejumlah tokoh penting politik dan agama untuk meminta Presiden Soeharto mundur.
Tak tanggung-tanggung, Sawito mendapat dukungan proklamator Bung Hatta, tokoh tentara TB Simatupang, mantan Kapolri Soekanto Tjokrodiatmodjo, Ketua Majelis Ulama Indonesia Buya Hamka, dan Ketua Majelis Waligereja Indonesia Kardinal Yustinus Darmoyuwono. Banyak tokoh lain yang mendukungnya. Dia menyiapkan lima naskah politik. Ada naskah pelimpahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Bung Hatta, naskah permohonan maaf Soeharto kepada Bung Karno, dan ada naskah menuju pemerintahan adil.
Itu semua dilakukan Sawito karena dia merasa mendapat wangsit dari hasil pertapaan selama beberapa tahun di beberapa tempat. Dia merasa harus menjadi Ratu Adil, menjadi pemimpin besar Indonesia. Laki-laki yang suka klenik ini bahkan sudah menyiapkan perubahan simbol negara jika Soeharto mundur. Dia menyiapkan bendera baru, merah putih yang vertikal dan mengubah Burung Garuda dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi menghadap ke depan, bukan ke kanan.
Sawito akhirnya diadili dengan tuduhan subversi dan diganjar delapan tahun penjara. Yang hingga kini masih jadi pertanyaan adalah bagaimana Sawito bisa mendapatkan kepercayaan serta dukungan begitu banyak tokoh politik dan tokoh berpengaruh saat itu. Belakangan, sebagian orang, seperti Mohammad Hatta, mengaku merasa ditipu oleh Sawito. Setelah dipenjara, tak banyak orang tahu tentang kelanjutan hidup Sawito, termasuk apa yang dilakukannya selepas menjalani hukuman. (NUG)