Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim kekeringan tidak mengganggu produksi beras. Menurut dia, sampai saat ini di gudang Bulog masih menyimpan 2,4 juta ton beras dan akan terus bertambah hingga November nanti.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim kekeringan tidak mengganggu stok beras di Indonesia. Sampai saat ini di gudang Bulog masih tersimpan 2,4 juta ton beras dan akan terus bertambah hingga November nanti.
Kekeringan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Ribuan hektar lahan petani di Jawa Barat dan Jawa Timur terancam puso. Di Kalimantan Tengah, kekeringan juga melanda. Meskipun demikian, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menilai kekeringan belum mengganggu produksi dan pasokan beras di Kalteng.
Beberapa daerah penghasil beras di Kalteng, seperti Kapuas dan Pulang Pisau, sampai saat ini justru sedang menghadapi tantangan kebakaran hutan dan lahan. Meski demikian, di dua sentra padi Kalteng ini petani juga sedang menunggu panen.
Sugianto menjelaskan, saat ini produksi beras di Kalteng masih stabil. Kebakaran hutan dan lahan menjadi tantangan karena bagi petani dengan sistem Oktober-Maret (Okmar) saat ini sedang persiapan menanam.
”Sejauh ini tidak ada kendala, pasokan masih aman, kebutuhan masyarakat masih terpenuhi,” kata Sugianto di Palangkaraya, Jumat (19/7/2019).
Sebelumnya, pada pertemuan kepala dinas perkebunan seluruh Indonesia di Palangkaraya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Kamis (18/7/2019) malam, mengungkapkan, secara umum kekeringan tidak mengganggu produksi beras di Indonesia.
Sejauh ini tidak ada kendala, pasokan masih aman, kebutuhan masyarakat masih terpenuhi.
”Jangan tanah lima hektar (gagal panen) mewakili lahan pangan seluruh Indonesia yang luasnya lebih kurang 16 juta hektar,” ujar Amran.
Amran menyebutkan, beberapa kementerian sudah mengantisipasi kekeringan, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang membangun bendungan atau DAM, lalu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi membangun embung. Sementara kementeriannya menggali sumur bor dan membagikan 100.000 mesin pompa air ke seluruh daerah.
”Tahun ini jauh lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya karena proses mitigasi sudah jauh lebih siap,” kata Amran. Selain infrastruktur, pihaknya juga menyiapkan asuransi untuk lahan petani yang terdampak kekeringan dan gagal panen. Asuransi menanggung biaya produksi untuk lahan seluas 1 juta hektar.
Sementara bagi petani yang tidak mendapatkan asuransi dan terkena musibah akan diberikan bibit secara gratis. ”Jadi, tak ada alasan petani rugi,” ujar Amran.
Melakukan pendataan
Sampai saat ini, pihak Kementerian Pertanian masih melakukan pendataan berapa luas lahan pertanian yang terdampak kekeringan dan gagal panen. Meskipun demikian, ia mengklaim bahwa wilayah yang gagal panen atau fuso tidak mencapai 5 persen, sesuai ambang batas toleransi.
”Tiap tahun pasti ada puso, tetapi sangat kecil, dan sekarang jauh lebih kecil. Ini sama sekali tidak menggangu produksi kita,” ujar Amran.
Amran mengimbau, saat ini pihaknya terus mendorong kepala dinas tanaman pangan di seluruh Indonesia untuk mulai membagikan pompa kepada petani, khususnya yang terdampak kekeringan. Pompa tersebut dinilai akan membantu petani yang terdampak kekeringan.
Kondisi di Kalteng hampir sama dengan beberapa daerah yang mengalami kekeringan. Kemarau kali ini dinilai lebih kering daripada tahun sebelumnya karena intensitas hujan yang sangat rendah.
Lian Adriani, Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Palangkaraya, mengatakan, tahun 2019 fenomena El Nino atau panasnya suhu air laut Pasifik masih dalam kategori lemah. Meskipun demikian, saat ini musim kemarau jauh lebih kering jika dibandingkan tahun sebelumnya. ”Meskipun kemarau, bukan berarti tidak ada hujan,” ujarnya.