GOTHENBURG, KOMPAS — Langkah tim LKG-SKF Indonesia di kategori Boys 15 Piala Gothia terhenti di babak 64 besar. Mimpi besar para pemain sepak bola usia muda itu untuk mempersembahkan gelar juara pupus setelah kalah 1-4 dari tim tuan rumah Stangebro United 2 pada pertandingan di SKF Arena, Gothenburg, Swedia, Kamis (18/7/2019).
Satu-satunya gol tim LKG-SKF Indonesia dibuat oleh penyerang Muhammad Faiz Maulana pada menit ke-24. Sementara empat gol lawan masing-masing dicetak oleh gelandang Elias Ostensson di menit ke-2, gelandang Emil Sandfridsson melalui penalti di menit ke-15, penyerang Didace Daniele Rutsoka Burubwa di menit ke-51, dan bek Daniel Daren delapan menit kemudian.
Lawan kami benar-benar menunjukkan permainan gaya Eropa, yakni permainan yang penuh percaya diri, kompak, dan taktikal.
Sejak awal laga, para pemain tim LKG-SKF Indonesia terlihat kalah mental dari tim Stangebro United 2. Mereka tidak berani mengontrol bola terlalu lama. Ketika menguasai bola, mereka buru-buru untuk mengumpan.
Situasi itu dimanfaatkan tim tuan rumah hingga berhasil mencuri gol cepat pada menit kedua. Setelah gol tersebut, tim LKG-SKF Indonesia semakin tertekan sehingga membuat permainan kehilangan alur. Pola membangun permainan dari lini belakang pun tak berjalan karena bola langsung diumpan ke depan. Demikian juga alur bola dari lini tengah yang terburu-buru diumpan ke depan, tanpa memperhatikan posisi kawan yang akan menerima.
Pemain sayap LKG-SKF Indonesia yang menjadi tumpuan serangan pun tidak bisa menguasai bola terlalu lama. Mereka terlalu buru-buru membawa bola itu ke depan. Pola permainan itu mudah terbaca oleh lawan yang bermain tenang.
Tim lawan membangun serangan balik dari hasil mencuri bola-bola tim LKG-SKF Indonesia. Salah satunya berbuah hadiah penalti pada menit ke-15.
Setelah tertinggal dua gol, tim LKG-SKF Indonesia mati-matian untuk menyamakan kedudukan. Harapan muncul setelah Faiz berhasil mencetak gol lewat tendangan keras. Semangat tim pun bangkit lagi. Berkali-kali mereka berusaha melakukan serangan.
Strategi terbaca
Memasuki babak kedua, tim tuan rumah sudah membaca strategi tim LKG-SKF Indonesia. Para pemain Stangebro United 2 cenderung bermain bertahan. Saat mendapatkan bola, mereka langsung meluncurkan bola ke depan untuk disambut oleh penyerang andalannya, Burubwa, yang punya kecepatan tinggi.
Menghadapi organisasi pertahanan ketat itu, tim LKG-SKF Indonesia mengalami kebuntuan. Serangan mereka terus mentok sebelum sampai ke muka gawang lawan. Sementara itu, lawan sering mencuri kesempatan untuk melakukan serangan balik.
Ketika lawan bisa membuat gol ketiga, tim LKG-SKF Indonesia tetap menjaga semangat untuk memperkecil ketertinggalan. Peluang itu terbuka ketika Indonesia mendapatkan hadiah penalti pada 10 menit sebelum laga usai. Sayangnya, gelandang Yardan Yafi gagal menyelesaikan eksekusi penalti. Tendangan kerasnya justru membentur mistar gawang.
Setelah gagal mencetak gol dari titik putih itu, mental para pemain LKG-SKF terpuruk. Semangat bermain mereka hilang. Akhirnya, lawan semakin mudah menembus pertahanan dan menambah satu gol, hingga menang 4-1.
Pelatih LKG-SKF Indonesia, Jumhari Saleh, menilai, anak asuhnya kalah mental dari tim tuan rumah. Padahal, secara kemampuan individu Faiz Maulana dan kawan-kawan jauh lebih baik. Namun, lawan mampu bermain secara tim dengan baik. Akibatnya, tim LKG-SKF Indonesia tidak bisa membangun pertahanan yang baik dan serangan yang tajam.
”Lawan kami benar-benar menunjukkan permainan gaya Eropa, yakni permainan yang penuh percaya diri, kompak, dan taktikal,” ujar Jumhari.
Setelah kekalahan itu, semua pemain menangis. ”Harusnya kami bisa lebih dari ini. Tapi, tadi beberapa teman tidak bermain seperti biasanya. Beberapa teman justru takut bertarung dengan lawan,” kata Faiz sambil terisak tangis.
Dengan kekalahan itu, prestasi tim LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2019 tidak lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pada 2018, tim LKG-SKF Indonesia mencapai peringkat ketiga.
”Tahun depan, tim 11 Liga Kompas Gramedia U-14 mungkin harus menyoroti juga mental bertanding para pemain yang ada sehingga ketika akan berlaga ke luar negeri, mereka tidak takut,” ujar Jumhari.