Wisata Pelipur Letih Pejuang Kebersihan
Bagi orang mampu, berlibur ke Dunia Fantasi di Ancol, Jakarta Utara, hanya soal memilih waktu luang. Namun, bagi warga kecil, wisata ke sana adalah soal mengorbankan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini juga berlaku bagi sebagian petugas penanganan prasarana dan sarana umum, PPSU.
Meski demikian, pemandangan bertolak belakang terlihat di Dufan pada Kamis-Jumat (18-19/7/2019) ini. Di berbagai penjuru area rekreasi itu, warna oranye menyelimuti rombongan turis. Para petugas PPSU dengan seragam oranye kebanggaan mereka berbaur dengan pengunjung, tidak sedang bersih-bersih seperti tuntutan profesi mereka sehari-hari, tetapi ikut berekreasi!
Salah satu anggota ”pasukan oranye” di sana adalah Usman Haryanto (35). Saat dijumpai, ia berjalan agak sempoyongan menuju bangku. tangannya gemetar. ”Haduh, jantung masih berdebar-debar ini,” ucapnya perlahan, Jumat siang.
Namun, senyum ceria menghias wajahnya. Rupanya kondisi tubuh yang tidak stabil itu akibat baru saja menjajal Kora-kora, wahana permainan berupa perahu yang digantung dan diayun-ayunkan seperti pendulum. Saat seperti akan berputar 360 derajat, kapal berbalik lagi dan berayun ke sisi lainnya. Para penumpang di dalamnya dibuat menjerit-jerit. Ada yang memohon agar petugas menghentikan ayunan, tidak sedikit juga yang berteriak: lagi, lagi, lagi.
Mengerikan sekaligus membahagiakan, menurut Usman. Bagaimana tidak, seumur hidupnya, baru kali ini ia berwisata ke Dufan, pusatnya wahana-wahana pencopot jantung meskipun sudah bermukim di Jakarta sejak 2000. ”Kurang terjangkau biayanya. Dengar-dengar, Rp 300.000 (tiket per orang). Ga sesuai dah,” ujar pria asal Ciamis, Jawa Barat, ini.
Tiket masuk Dufan tepatnya Rp 325.000 per individu, tetapi itu untuk akses masuk selama setahun. Bandingkan dengan tiket hanya untuk sekali masuk yang sebesar Rp 200.000 per orang pada hari kerja dan Rp 295.000 per orang di akhir pekan. Tawaran menarik, tetapi tetap terlampau membebani keuangan keluarga Usman.
Dengan gaji sekitar Rp 3,9 juta per bulan, Usman juga menanggung kehidupan istri serta kedua putrinya, usia 8 dan 2 tahun. Uang hanya cukup guna kebutuhan harian, tidak tersisa lagi untuk simpanan dana liburan keluarga. Namun, petugas PPSU Kelurahan Marunda, Jakarta Utara, yang bekerja sejak 2015 itu masih bersyukur, penghasilan tidak kurang untuk kebutuhan hidup.
Alasan biaya juga menjadi penghalang petugas PPSU lain, Rendi Hedi Saputra (28), untuk menyambangi Dufan seumur hidupnya, kecuali pada Jumat (19/7/2019). Pada waktu kecil, ia hanya bisa iri mendengar cerita teman-temannya yang merasakan memacu adrenalin di sana. Penghasilan ayahnya, seorang sopir angkutan kota mikrolet, hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Saat telah bekerja, gajinya pun tidak cukup, apalagi ia sudah memiliki tanggungan seorang istri dan bayi berusia 1 tahun 3 bulan.
Untuk anak, misalnya, ia harus mengalokasikan sekitar Rp 400.000 per bulan guna membeli dua dus popok dan empat dus susu. ”Belum kontrakan. Bayarnya Rp 650.000 sebulan,” kata petugas PPSU Kelurahan Pisangan Timur, Jakarta Timur, itu.
Tanpa menyia-nyiakan peluang masuk Dufan, Rendi naik Kora-kora dan roller coaster khas Dufan, Halilintar. Hal yang sangat diimpikannya sejak kanak-kanak. ”Seneng banget, sumpah. Ga bakal ngelupain, inget terus deh,” ucap Rendi penuh semangat.
Lantas, jika tidak ada dana, bagaimana Usman, Rendi, dan ribuan petugas PPSU lain bisa berwisata di Dufan yang tiketnya ratusan ribu rupiah itu? Rupanya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Pembangunan Jaya Ancol agar ada tiket masuk Dufan gratis bagi petugas PPSU se-Ibu Kota.
Ada lebih kurang 20.000 petugas yang secara bergiliran mengunjungi Dufan pada Kamis hingga Jumat (18-19/7/2019) serta Senin-Rabu (22-24/7/2019). Dalam sehari, rata-rata 4.000 petugas PPSU dari sejumlah wilayah tugas masuk ke Dufan. Jadwal kunjungan ditetapkan agar mereka berkunjung secara bergantian sehingga tidak ada kekosongan petugas yang bersiaga melayani masyarakat setiap harinya.
Dengan memberikan akses gratis, jika menghitung menggunakan tarif tiket normal hari kerja Rp 200.000 per orang, Ancol berarti merelakan pemasukan sebesar Rp 4 miliar. Namun, Vice President Dufan Ancol Haryanto menuturkan, itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) agar kelompok masyarakat yang selama ini hidup serba kekurangan bisa turut menikmati kebahagiaan.
Program masuk gratis ke Dufan bagi PPSU ini adalah yang pertama kali diselenggarakan, tetapi pengelola sudah berkali-kali mengadakan kegiatan serupa bagi anak yatim piatu, di antaranya waktu ulang tahun Dufan. ”Saat peluncuran Dunia Kartun (salah satu area wahana di Dufan) waktu Lebaran yang lalu, kami mengundang 1.500 anak yatim piatu untuk rekreasi gratis,” ucap Haryanto.
Petugas PPSU akhirnya juga mendapat kado spesial. Sebab, di tengah keterbatasan penghasilan, mereka berjuang dari pagi hingga malam untuk memastikan DKI asri setiap saat. Apresiasi berupa kunjungan gratis ke Dufan pantas mereka peroleh. ”Jadi, kita lihat sekarang ini lingkungan DKI semakin bersih, indah, salah satunya merupakan kontribusi PPSU,” ujar Haryanto.
Menjadi petugas PPSU tidak sekadar mendedikasikan tenaga. Mereka juga mesti menghadapi risiko kerja yang tidak bisa diremehkan.
Rendi menceritakan, ia pada 2017 ikut kerja bakti, kemudian diminta mengawal truk pembawa sampah agar kabel udara tidak menyangkut ke badan truk. Ternyata ada satu utas kabel yang menyangkut dan pengemudi truk tidak mendengar teriakan Rendi agar berhenti terlebih dahulu, sedangkan bak truk sudah sarat sampah sehingga tidak tersisa ruang untuk berlindung. Tubuh Rendi pun terempas terkena kabel, mengakibatkan luka pada kaki sebelah kanan bagian atas karena membentur jalan. Ia izin tidak bekerja selama dua pekan.
Kejadian itu sampai memicu trauma. Saat diajak untuk naik Hysteria (wahana yang melontarkan kursi secara vertikal pada menara setinggi 60 meter), Rendi langsung menolak. Kaki yang dulu terluka seakan ngilu lagi saat ia memandang wahana itu.
Di Jakarta Utara pada 25 Juni, seorang perempuan petugas PPSU di Kelapa Gading Timur, Sellha Purba (21), ditabrak pesepeda motor saat sedang menyapu jalan. Dokter mendiagnosisnya mengalami cedera kepala sedang yang ditandai dengan perdarahan. Beruntung Sellha masih bisa selamat.
Keriaan di Dufan semoga menjadi pelipur letih serta luka lahir dan batin para pejuang kebersihan kita.