Perempuan Pemimpin Eropa
Kekuatan perempuan di Uni Eropa selama ini terwakili oleh sosok Kanselir Jerman Angela Merkel dan PM Inggris Theresa May. Namun, era mereka segera berakhir. Kini hadir sosok-sosok baru yang akan menentukan arah UE di masa depan.
Uni Eropa memulai sejarah baru dengan menempatkan perempuan pada jabatan tertinggi di Uni Eropa. Setelah melewati proses mendebarkan, Ursula Gertrud von der Leyen, Rabu (17/7/2019), terpilih sebagai perempuan pertama yang menjadi Presiden Komisi Eropa, menggantikan Jean-Claude Juncker.
Von der Leyen, yang lahir di Brussels, sebelumnya menjadi perempuan pertama sebagai Menteri Pertahanan Jerman (2013). Banyak yang memperkirakan karier sosok yang dekat dengan Kanselir Angela Merkel itu akan menjadi pengganti sang mentor.
Saat menjadi mahasiswa ekonomi di Universitas Gottingen tahun 1970, tulis The Guardian (16/7/2019), keluarganya diduga dijadikan target kelompok teroris Baader Meinhof. Terkait itu, Von der Leyen pindah ke London School of Economics di London dengan menggunakan nama baru, Rose Ladson.
London membuka mata Von der Leyen bahwa keragaman etnis bisa berbaur menjadi satu identitas. Dibandingkan Jerman yang ”serba putih”, London sangat penuh aura kebebasan.
Pernikahannya dengan Profesor Heiko membuahkan tujuh anak. Pada awal tahun 2000-an, Von der Leyen bergabung dengan partai Uni Demokratik Kristen (CDU). Saat Merkel terpilih sebagai kanselir (2005), Von der Leyen ditarik menjadi anggota kabinet sebagai menteri urusan keluarga. Sepanjang 2009-2013 ia menjadi menteri urusan tenaga kerja dan menteri sosial.
Von der Leyen merupakan menteri yang terus berada dalam 13,5 tahun kabinet Merkel. Ia sempat dianggap sebagai calon kuat pengganti Merkel sebagai kanselir.
Negosiator ulung
Di tataran pemimpin UE, Von der Leyen akan didampingi Christine Lagarde (60), yang juga merupakan perempuan pertama yang menjadi Presiden Bank Sentral Eropa, Sepanjang hidupnya, Lagarde kenyang dengan julukan sebagai ”Perempuan Pertama”.
Perempuan bertubuh atletis dan berpenampilan elegan itu merupakan perempuan pertama yang jadi Direktur Dana Moneter Internasional (IMF). Selama memimpin IMF, Lagarde dipuji karena bisa membentuk mekanisme dana talangan untuk membantu sejumlah negara di zona euro yang dilanda krisis ekonomi.
Sejak muda, Lagarde berlimpah prestasi. Saat remaja ia menjadi atlet tim renang indah Perancis. Pada usia 17 tahun, setelah ayahnya meninggal dunia, Lagarde belajar di AS selama setahun. Ia lulus dari sekolah hukum dan politik di Perancis. Pada 1981 dia kembali ke AS bergabung dengan firma hukum Baker & McKenzie dengan spesialisasi di bidang tenaga kerja dan akuisisi. Ia kemudian menjadi perempuan pertama sebagai pemimpin di firma itu.
Lagarde kemudian diangkat menjadi Menteri Perdagangan Perancis (perempuan pertama dengan jabatan ini). Di bawah kepemimpinannya, ekspor Perancis melejit. Dua tahun kemudian ia diangkat menjadi menteri keuangan, juga sebagai perempuan pertama, bukan saja di Perancis, tetapi juga di seluruh negara maju, G-8.
Menurut BBC, Lagarde tidak pernah takut menyampaikan pendapatnya. Secara blak-blakan ia menyalahkan krisis finansial 2008 akibat kelakuan bank- bank di dunia yang didominasi para pria yang ceroboh. Majalah Financial Times pada 2009 memilih Lagarde sebagai menteri keuangan terbaik di Eropa.
Para pemimpin Eropa yakin Lagarde adalah sosok paling tepat memimpin Bank Sentral Eropa, bukan saja karena kemampuan komunikasinya, melainkan juga karena keluasan pergaulannya di dunia.
”Merkel Mini”
Ketika Angela Merkel menyatakan akan mundur dari jabatannya sebagai pemimpin CDU, sebagian besar warga Jerman terenyak. Selama hampir 14 tahun, rakyat Jerman hanya mengenal Merkel, perempuan hebat yang berhasil membawa Jerman menjadi negara ekonomi terkuat di Eropa.
Begitu besar tanggung jawab yang diemban oleh Annegret Kramp-Karrenbauer alias AKK (56) untuk mengisi sepatu yang ditinggalkan Merkel. Perempuan yang bergabung dengan CDU pada usia 19 tahun (1981) itu membangun karier politiknya dari bawah. Ia merupakan perempuan pertama yang menjadi menteri urusan dalam negeri di Negara Bagian Saarland, dan juga perempuan pertama yang menjabat Perdana Menteri Saarland (2011-2018).
Selama 18 tahun, tanpa henti AKK berbakti kepada partai CDU. Ia dan Merkel saling mendukung sehingga ia kerap disebut sebagai ”Merkel Mini”.
Tak banyak yang terkejut ketika Merkel mendukung pencalonan AKK sebagai pengganti dirinya. Dalam Kongres CDU, Desember 2018, AKK terpilih sebagai Ketua CDU. Tradisinya, pemimpin CDU otomatis dicalonkan sebagai kanselir.
AKK sedikit demi sedikit berupaya keluar dari bayang-bayang Merkel. Ia antara lain menerapkan kebijakan yang lebih tegas dalam isu migran yang membuat penampilan CDU terpuruk dalam pemilu federal lalu. Merkel pada 2015 memutuskan menerima sejuta migran.
Kamis lalu, Merkel mengangkat AKK sebagai menteri pertahanan menggantikan posisi Von der Leyen. Jabatan itu menjadi ujian berat bagi AKK. Namun, jabatan itu juga memberikan kesempatan kepada AKK menimba pengalaman di bidang pertahanan dan luar negeri. Ini akan menjadi bekal AKK bertarung dalam perebutan kanselir tahun 2021.
Jika Von der Leyen, Lagarde, dan AKK kelak bisa bekerja sama, Uni Eropa diharapkan bisa lebih solid menghadapi tantangan yang menghadang.