Kerukunan Beragama dan Persatuan Bangsa
Kiprah tokoh agama, termasuk alim ulama, dalam membangun harmoni di tengah keberagaman relevan dari masa ke masa. Para tokoh tersebut merupakan pemimpin yang berada di tengah masyarakat sehingga benar-benar memahami aspirasi dan jiwa rakyat.
Pengakuan itu dicetuskan Presiden Soeharto ketika membuka Musyawarah Nasional Ke-1 Majelis Ulama Seluruh Indonesia, Senin (21/7/1975), di Istana Negara, Jakarta. ”Kerukunan dan persatuan nasional hanya mungkin terwujud jika kita rukun dan bersatu dalam kelompok kita sendiri serta rukun dan bersatu antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam keluarga besar bangsa Indonesia,” ujar Pak Harto, sebagaimana diberitakan harian Kompas edisi Selasa (22/7/1975).
Kini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun terus menyerukan umat untuk mengedepankan kesatuan bangsa. Keretakan sebagai ekses dari kontestasi Pemilihan Umum 2019 diharapkan tidak berlanjut dan didorong untuk dirajut kembali. Seruan ini mengemuka dalam Rapat Pleno Ke-33 Dewan Pertimbangan MUI, Rabu (26/12/2018), di Jakarta.