Komunitas Pencinta Ikan Guppy Terpikat Warna-warni Si Mungil
Ketika ukuran rumah-rumah makin menyempit dan lahan untuk bermain hewan peliharaan menghilang, tetap ada ikan hias yang cocok menjadi peliharaan. Ikan guppy namanya. Di Jakarta, ikan ini dikenal dengan nama ikan cere atau ikan seribu. Dalam bahasa Inggris disebut millionfish atau rainbowfish.
Banyak orang terpikat dengan kecantikan ikan hias air tawar yang semula hidup di Amerika Tengah dan Selatan ini. Apalagi mereka berukuran kecil yakni hanya satu dua sentimeter sehingga hanya memerlukan akuarium kecil, cocok untuk orang yang ingin mempunyai hewan peliharaan.
Paling memikat dari si guppy adalah bentuk badan dan warnanya yang sangat beragam serta mudah dikawin silangkan dan dapat menghasilkan varian baru. Si guppy juga punya bentuk ekor berbeda-beda mulai dari delta, setengah lingkaran, pedang, sampai bak rok penari flamenco. Lebih seru lagi ada guppy yang bersinar dalam gelap.
Itu sebabnya di Indonesia saat ini ada paling tidak sekitar 50 komunitas pencinta guppy yang tersebar di 34 provinsi. Dari semua itu, yang terbesar adalah "Indonesian Guppy Popularized Association". IGPA Berdiri pada 1 November 2015 di Pontianak sebagai organisasi perkumpulan pencinta ikan guppy di Indonesia. IGPA memiliki visi dan misi mempopulerkan ikan guppy kepada masyarakat Indonesia serta mempopulerkan ikanguppy Indonesia ke dunia internasional. Kini IGPA mempunyai 20 perwakilan daerah di 34 provinsi di Indonesia.
Anggota IGPA dari berbagai kalangan dan usia. Ada pengusaha, pegawai negeri sipil (PNS), karyawan swasta, petani, bahkan mahasiswa. Meski tinggal di provinsi berbeda dan usia berlainan, mereka dapat menjadi akrab seperti keluarga serta tak segan berbagi ilmu soal si guppy. Kegiatan mereka bukan hanya berkumpul tetapi juga menggelar festival di pusat perbelanjaan atau pusat keramaian lainnya dan berjual-beli termasuk melelang ikan pemenang.
Mereka rela mendanai sendiri ongkos atau tiket kereta dan pesawat terbang ke kota lokasi festival. Tak punya biaya untuk membayar penginapan pun mereka tak gentar karena sudah jadi kesepakatan tak tertulis sesama pecinta ikan guppy merasa berkerabat dan mau menyediakan tempat menginap di rumahnya.
Begitu pula ketika diadakan di luar negeri. Biaya ditanggung sendiri.
Seperti ketika IGPA dan Swasti Farm mengadakan Swasti International Guppy Festival 2019 pada 13-14 Juli lalu di Sleman City Hall, Yogyakarta. Para peserta bukan hanya dari daerah sekitar tetapi juga dari mancanegara seperti China, Filipina, Malaysia, Singapura, Srilanka, Taiwan, dan Thailand.
Ketua IGPA Sahlan Rosyadi mengakui, mereka mampu membeli tiket yang umumnya dibiayai hasil penjualan ikan guppy. Salah satunya Sahlan yang sehari-hari bekerja sebagai PNS di Pontianak. Dia ke Yogyakarta untuk menghasidi festival itu. Asal tahu saja, meski kecil mungil, tak bisa dimakan, tak bisa dipeluk atau dielus-elus, harga sepasang ikan guppy lumayan, berkisar dari ribuan rupiah sampai jutaan rupiah per pasang.
"Potensi Indonesia sangat besar secara nilai keekonomian dalam pasar ikan guppy dunia. Jika dihitung kemampuan skala produksi dengan nilai jual pasar dunia 100 dollar AS untuk sepasang ikan guppy, nilai keekonomian ikan guppy nasional mencapai Rp 162 miliar hanya untuk enam bulan," kata Sahlan optimistis.
Makin langka, makin mahal
Secara kasar dari sepasang guppy seharga Rp 500.000 misalnya, dapat menghasilkan beberapa anakan yang dapat dijual seharga Rp 300.000 per pasang. Anakan guppy dijual lebih rendah dari harga induknya. Makin banyak guppy sejenis, makin rendah nilai jualnya sebaliknya, makin langka makin mahal harganya.
Meski sering diadakan festival, hadiahnya belum tentu sangat besar. Bisa jadi hadiah itu tak sebanding dengan ongkos mengawin silangkan guppy, ongkos pesawat, dan biaya akomodasi. Seperti di Swasti International Guppy Festival 2019, total hadiah hanya Rp 30, 5 juta. Di situ ada banyak kategori lomba mulai dari delta solid, delta albino solid dan sebagainya.
Kawasan Asia Tenggara umumnya menyukai guppy berekor besar seperti delta sedangkan pecinta guppy di Jepang lebih menggemari guppy berekor aneh seperti pedang yang lancip di ujungnya. Ekor pedang itu bisa dua bilah di atas dan di bawah atau hanya satu bilah di atas atau di bawah.
"Dulu saya hobi memelihara ikan arwana, mas koki, dan ikan jenis lainnya. Tidak tertarik dengan guppy yang kecil. Setelah jalan-jalan ke China saya baru tertarik memelihara guppy. Kemudian mengawinsilangkan dan akhirnya menghasilkan dragon guppy dengan dorsal (sirip punggung) tinggi," kata Agung Saputra, pencinta ikan guppy dari Yogyakarta. Dia kini dianggap sebagai sesepuh bagi para penyuka guppy.
Guppy dragon memiliki corak unik, warna antik karena memiliki kelima unsur alam semesta menurut filosofi Tiongkok kuno yakni logam, air, api, tanah, dan batu. Semua unsur itu seakan menyiratkan kemisteriusan alam semesta bak dragon yang juga misterius.
Agung mengakui proses mengawin silangkan guppy bukan proses langsung jadi. Para peternak (breeder) guppy pasti sering mengalami kegagalan. Satu sisi guppy mudah beranak pinak. Di sisi lain mereka juga tidak tahu jika A disilangkan dengan B akan menghasilkan apa. Semua proses tidak ada yang sama. Pastinya trial and error terus menerus untuk menghasilkan varian baru.
Namun, belum tentu varian baru itu bergenetik kuat. Sering kali hadir varian baru tetapi tidak bisa menghasilkan keturunan varian yang sama lagi. Oleh sebab itu, untuk lomba biasanya keturunan ketiga atau F3 yang genetikanya lebih stabil.
"Lucunya, dari ikan sekecil itu saya mendapat ketenaran, pengalaman, uang, dan banyak teman dari seluruh dunia. Berkat guppy saya sering diminta menjadi juri di acara festival di berbagai kota. Bahkan, pernah saya baru turun dari mobil di seberang lokasi festival tiba-tiba pembawa acara mengumumkan saya datang. Duh, seperti selebritis saja, ha-ha-ha," ujar Agung geli.
Tiap kali mendapat ikan guppy, semua pecinta ikan ini pasti pernah menemui ikan guppy yang baru dibeli mati karena tidak mampu beradaptasi. Meski ukurannya mini, guppy tahan puasa selama sembilan hari. Namun, guppy bisa mati hanya karena tidak cocok dengan air di lingkungan baru.
"Supaya guppy tidak langsung habis karena mati, kami biasa membeli beberapa pasang sekaligus," ujar Yonathan Adhi Wijaya, pecinta guppy dari Yogyakarta. Dia pernah membeli guppy mahal seharga Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per pasang.
Untuk memelihara guppy, pembeli diminta untuk mengendapkan air selama minimal sehari untuk menyiapkan air bagi guppy. Pengendapan itu bertujuan memisahkan air dari kapur, pasir, kotoran, atau bakteri. Pakan terbaik untuk guppy adalah pakan alami seperti kutu air, jentik nyamuk, cacing sutra, dan cacing darah (bloodworm). Guppy sehat adalah guppy yang lincah dan jarang diam serta warnanya terang.